안녕 안녕 나는 친구야 ....
Jangan lupa vommentnya^^
Terlihat di ruangan serba putih itu, terdapat seorang perempuan tengah duduk di atas brankarnya. Pandangannya kosong. Entah apa yang ada di pikirannya.
"Lagi mikirin apa, sayang?" Perempuan itu menoleh mendapati sang ibu dengan wajah pucatnya itu mendekatinya.
Tania tersenyum, lalu menggeleng. "Jangan dipendam, ah! Coba sini, Ibu mau liat putri Ibu yang cantik ini. Bilang sama Ibu, apa yang ganggu pikiran kamu?" Kali ini, Tania menghela nafasnya.
"Tania nggak mikirin apa-apa, kok, Bu. Udah, Ibu istirahat lagi, ya? Kata dokter, secepatnya Ibu bisa pulang." Lalu, Tania membawa ibunya berbaring di atas brankar. Lama-kelamaan, ibunya terlelap, membuat Tania meneteskan air matanya.
Lalu, Tania mengambil sebelah tangan Ibunya. "Semua bakal baik-baik aja, Bu. Tania bakal buat Ibu dapat hak Ibu," ujar Tania kemudian mencium tangan ibunya.
___
Sementara di SMA Gentara, bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi. Dan pada saat kantin sedang hening-heningnya, tiba-tiba ada yang berteriak histeris.
"DIMASS, JADIAN SAMA GUE, YUK?!"
"DIMASS, UWU BANGET, SIHH!"
"Gak ada Kenan, Dimas pun jadi. Ahahaha," celetuk seorang perempuan.
"Enggaklah ya, gue tetep pilih Kenan. Mending Dimas buat si sunyi Yura nggak penting itu. Iwh," desis seorang perempuan satunya lagi, membuat Dimas naik pitam.
"Maksud lo apa bawa-bawa nama Yura?" tanya Dimas mendekatinya.
"Eh, eh. Ada pawangnya, Cel," ujar teman si perempuan itu.
"Jawab gue, Celin!" bentak Dimas padanya.
"Apaan, sih, Dim? Nggak liat gue lagi makan? Udah deh, sana. Lo ganggu pemandangan aja."
"Wah, sialan, Dim. Dia ngolokin, elo." Salah satu teman Dimas menyahut.
"Jangan sekali-kali lo bawa-bawa Yura. Dan inget, sehelai rambut Yura ada di tangan lo, rambut lo gue botakin! Gue foto, gue kirim ke semua akun sosmed. Biar lo malu!" kata Dimas mengultimatum.
"Lo tuh kenapa, sih, Dim? Perasaan Yura mulu lo bela. Guenya kapan?!"
"Sikap lo menjijikan kayak gini, mana mau si Dimas bela elo, Celin. Jangan halu, dah!" olok teman Dimas–Ares– dengan sarkas.
"Eh, Ujang! Lo diem, ya? Gue nggak ada urusan sama lo!"
"Dan gue ada urusan sama, lo. Gue peringatin lo sekali lagi. Jangan berani ngelakuin hal buruk ke Yura. Atau jeruji bakal ngukung lo." Setelah itu Dimas pergi meninggalkan Celin yang terdiam kesal.
"Awas, lo, Yur. Bakal gue balas!" batin Celin kesal. Lalu, Celin pun pergi dari kantin menuju toilet.
Dia benar-benar butuh ketenangan. Nampaknya, dengan mencuci wajahnya akan sangat menyegarkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Teen Fiction[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...