Pukul 06.25, Dimas sampai di sekolah dengan mengendarai motor. Hari ini ia harus menyiapkan keperluan upacara yang dilaksanakan kelasnya.
Dimas yang menjadi pemimpin upacara hari ini, tentu saja harus datang lebih awal dibandingkan murid lainnya.
Dimasta Leon Abigael. Itulah nama lengkap dari Dimas. Bertubuh tinggi, dengan bahu lebar, dan tentunya berparas tampan. Lelaki yang secara terang-terangan menyukai Yura ini adalah ketua kelas di kelasnya yaitu, 11 IPA-1 yang merupakan kelas unggulan.
"Dimas!" Seorang perempuan menyuarakan namanya dari kejauhan.
Dimas menoleh, mendapati teman sekelasnya yang masih menggandeng tas karna baru saja sampai seperti Dimas.
"Gimana, yang lain udah pada di jalan, nggak?" tanya Dimas pada perempuan itu.
"Udah kok, beberapa juga udah di kelas katanya," ujar perempuan itu sembari menyamakan langkah kakinya dengan Dimas.
Mereka berjalan bersama di koridor menuju kelas sembari membahas persiapan upacara nanti.
"Bendera juga udah siap di ruang piket. Tinggal kita ambil aja nanti." Dimas mengangguk mendengar penjelasan perempuan itu saat mereka sudah sampai di dalam kelas.
Dimas meletakkan tas miliknya, "Nanti chat gue aja kalau yang lain udah pada sampai. Gue mau keluar dulu," ujarnya lalu melangkahkan kaki meninggalkan kelas.
Tujuan Dimas saat ini adalah taman belakang yang ditanami pohon kurma. Karena mendengar betapa antusiasnya Yura menanam kurma, hatinya tergerak untuk ikut merawat pohon itu secara diam-diam agar Yura bisa mendapatkan perbaikan nilai.
Baginya, kebahagiaan Yura adalah hidupnya. Yura tidak bahagia, maka Dimas akan mati saat itu juga. Dramatis memang, tapi itulah Dimas.
Namun, saat sampai di tempat tujuan, pohon kurma yang belum lama tumbuh itu sudah tercabut dari tanah.
Ada beberapa yang tidak tercabut, namun, daunnya di potong asal.
"Kok jadi rusak?" gumam Dimas sambil mengambil pohon kurma yang tercabut. Ketika sedang sibuk mengambil, matanya tak sengaja menoleh pada sebuah gunting rumput yang tergeletak.
"Gue yakin, pasti ada orang yang sengaja rusakin pohon ini."
⚙️
Kenan memasuki kelasnya dan mendapati kursi milik Yura yang masih kosong. Ia melemparkan pandangan ke arah lain. Berusaha menghilangkan ingatan, di mana Yura menolak ajakannya karna seorang Dimas.
Gak ada alasan buat lo marah sama Yura, Ken, batin Kenan.
"Ken, lo udah kerjain tugas kimia, gak?" tanya Tegar salah satu teman kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Teen Fiction[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...