22

157 15 0
                                    

Sekamat malam ehe:')

"Ken, awas ih!" pinta Yura.

Kenan sedari tadi mengikutinya semenjak bertemu di kantin. Kata pria itu, Yura marah padanya karna berbicara dengan Tania.

"Bilang aja kalau cemburu, tuh. Gengsinya tinggi banget," ujar Kenan membuat Yura melotot.

Yura menghentakkan kakinya kesal dan berjalan cepat menuju kelas. "Yur, tungguin!"

"Pergi, gak, Ken?"

"Kalau gue gak mau pergi gimana?"

Yura berbalik dengan muka garang. Kenan yang mengikutinya juga mendadak berhenti. Ia menelan ludah, muka calon istrinya itu berubah. Dari seperti boneka beruang berubah menjadi singa.

"Nggak mau pergi ya, .... " ujar Yura sambil menyikut lengan bajunya. Kedua tangannya diletakkan di pinggang.

"Bu-bukan gitu, Ra." Kenan berangsur mundur. Baru kali ini ia melihat muka Yura memerah padam saat marah. Jangan bilang sebentar lagi keluar gumpalan asap dari telinganya?

Yura maju dan Kenan mundur. Tatapan Yura yang tajam menyulutkan Kenan. Ia mundur sampai membentuk tembok.

"Yur?" panggil Kenan ragu.

Yura mendengus kasar. "Kenapa?"

"Ngeri lo." Yura memelotot lagi. Ia melayangkan tangannya di udara hingga Kenan menutup matanya.

Selamat tinggal muka tampan. Batin Kenan mengira ia akan mendapat hujaman. Namun, saat ia memejamkan mata, malah tidak terasa sakit. Memberanikan diri, Kenan membuka matanya perlahan.

Ia menemukan Yura yang duduk lesehan di lantai dengan muka cemberut.

"Loh? gak jadi nonjok gue?" heran Kenan lalu berjongkok di depan Yura.

Yura mendongak menatap wajah Kenan yang sejajar dengannya. "Jangan ikutin gue, .... " rengek Yura imut.

Kenan yang melihat gadis itu bertingkah mengemaskan berusaha menahan senyumnya. Ingin sekali ia menarik pipi Yura sampai melar dan memeluknya erat-erat.

"Gue bukan ngikutin," balas Kenan.

"Jelas-jelas lo ngikutin gue mulai dari kantin tadi."

Kenan tersenyum dan mengacak gemas rambut panjang Yura. "Udah gue bilang, gue bukan ngikutin lo," Kenan menangkup wajah mungil Yura. "gue cuman jagain calon istri gue, apa salah?"

Yura terdiam, senyum dari seorang Kenan Aryana Refangga ternyata manis dan memabukkan. Ia baru sadar sekarang, Kenan sangat tampan dan memiliki senyum gulali.

Wajahnya nyaris terpahat sempurna. Mata berwarna coklat yang menyipit ketika tertawa selalu bersinar seperti kilat perak. Hidung panjangnya merunduk turun seperti anak panah di atas bibirnya yang tipis.

"Matanya dijaga cantik," tegur Kenan dengan menyentil kening Yura.

Yura mengelus-elus keningnya sambil mencibir, "ngeselin!" Kenan berdiri lalu menghulurkan tangan. "Bentar lagi masuk." Yura menerima ukuran tangan itu dan bangkit berdiri dibantu Kenan.

"Balik nanti bareng gue, ya?" tawar Kenan sambil berjalan menuju kelas.

Yura menggeleng membuat Kenan merengut. "Oh, mau balik sama Dimas? yaudah." Ia berjalan mendahului Yura dengan perasaan jengkel. "Bukan Dimas. Tapi lo," lirih Yura menghentikan jalannya.

Kenan menoleh ke belakang, ia mengamati Yura yang menunduk dan menggesekkan kakinya di lantai. "Kalau mau balik sama gue, kenapa gue tawarin gak mau?" tanya Kenan.

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang