43

70 14 9
                                    


"Kayaknya Kenan mulai tertarik tuh sama Seira."

Yura membeku mendengar penuturan Dimas. Ada sedikit takut dalam dirinya, jika itu terjadi.

"Ahaha, lo jadi bocah tengil banget, dah?" Terdengar gelak tawa dari Kenan membuat lamunan Yura sadar. Dan, hanya satu yang didapatinya, mereka sedang bercanda ria.

"Iya biarinlah, karena gue kesel. Jadinya, gue sembunyiin aja sepatunya Vero. Lagian, dia jahilin gue mulu," imbuh Sera menampilkan wajah kesalnya.

"Terus, lo sembunyiin dimana sepatunya?"

"Di atas genteng lah, lagian kan dia lelaki. Masa nggak bisa ngambil, sih? Pastinya bisa, kan?"

"Harusnya gitu," jawab Kenan.

"Dia emang nggak tinggi-tinggi amat, sih, Kak," seloroh Seira terkekeh.

"Kayak lo tinggi aja. Mirror, lo juga pendek, Sei."

"Biarin aja gue pendek. Kata orang, cewek pendek artinya imut! Nah, kayak gue contohnya," kekeh Seira.

"Bisa aja, lo." Kenan pun ikut terkekeh sembari mengacak puncak kepala Seira gemas.

Yura terus memperhatikan mereka yang terus bercanda. Mereka sepertinya kelihatan cocok. Kenan yang tampan, manis, dan hangat. Lalu, Seira yang imut, cantik, dan mengemaskan juga.

Seketika, Yura menjadi insecure. Apa dia pantas untuk Kenan? Rasanya, tidak. Apalah Yura ini? Cantik saja tidak, manis? Jangan ditanyakan Yura sudah kelewat manis. Malah menjadi pahit.

Disamping terdiamnya Yura, ternyata sedari tadi Kenan terus memperhatikan gadisnya itu. Kenan paham jika Yura memang tengah dilanda kecemburuan. Tapi biarlah, dia ingin sedikit memanasi Yura. Atau, bisa saja sampai Yura mengakui kalau dirinya cemburu.

Tidak tahan dengan keterdiaman Yura. Membuat Kenan geram. Kenapa Yura harus menyembunyikan perasaan cemburunya itu? Pikir Kenan.

"Ra," panggil Kenan menatap Yura. Sera yang tengah berbicara dengan Kenan pun menoleh ke arah Yura. Tapi, Yura masih diam. Sepertinya masih bergulat dengan pemikirannya.

"Ra, lo kenapa?" Kenan menepuk bahu Yura.

Seketika, Yura tersadar. "Em, nggak papa, kok. Kalian, ... masih mau ngobrol? Kalau masih, gue harus pergi masih ada kelas. Bye," pamit Yura meninggalkan Kenan dan Seira.

"Kak Yura kenapa? Apa dia nggak suka sama keberadaan gue?" batin Seira bertanya.

"Sei, ini udah jam lo balik sekolah. Mau gue anterin ke rumah, lo?" tawar Kenan.

Seira mengangguk antusias. "Mau, kak!"

___

Kenan pun menjemput Yura di tempat perkuliahannya. Dan pas sekali, saat itu memang baru bubar.

Tapi matanya tidak menangkap presensi Yura. Tapi, Dimas sudah bersama Celin. Lalu, hati Kenan tergerak untuk menanyakan Yura pada Dimas.

"Dim, lo ada liat Yura nggak?"

"Yura? Harusnya, sih udah bubar. Kan dia satu fakultas sama gue. Mungkin, masih di kelas," ujar Dimas menjawab.

Kenan mengangguk-anggukan kepalanya. Lalu berlari mencari Yura.

Saat dia menyusuri koridor, dia melihat keberadaan Yura. Tapi tidak sendiri, melainkan dengan seorang lelaki.

"Yura!" seru Kenan menghampiri dua manusi berbeda gender itu.

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang