Dimas, Ares, dan juga Radit sudah sampai di taman dekat perumahan Melati.
"Kira-kira ada cctv disini nggak, ya?" tanya Dimas melihat ke arah pesekitaran.
"Mungkin aja ada. Di toko-toko deket sini biasanya di kasih cctv. Coba kita tanya aja," usul Radit diangguki semua. Mereka pun berjalan ke salah satu toko boneka.
"Permisi, apa disini di pasang cctv?" tanya Ares pada penjaga toko.
"Ada, Mas. Kalau boleh tau ada perlu apa?"
"Em, jadi gini, beberapa hari lalu, temen saya hampir ke tabrak di sekitar taman. Apa kita bisa izin untuk lihat rekaman cctv nya?" tanya Radit meminta izin.
"Silahkan ikuti saya," ujarnya. Lalu, Dimas, Ares, dan Radit pun mengikuti si penjaga toko.
Dan sampailah mereka di pintu ruangan yang berisi monitor pengintai.
"Saya hanya mengantar sampai sini. Nanti ada penjaga yang akan menunjukkan kalian rekaman cctv di monitor," ujar si penjaga diangguki semua.
Lalu, mereka pun kembali meminta izin pada seorang lelaki paruh baya berbadan gempal.
"Kita udah minta izin sama manager toko ini. Jadi, apa bisa kita liat isi cctvnya?"
Lelaki berbadan gempal itu mengangguk."Kejadiannya tanggal berapa dan jam berapa?" tanyanya.
"Tanggal berapa, Dit?"
"Em, kalau nggak salah tanggal 1 juni. Jam, ... 10 pagi, deh," jawab Radit ragu.
"Yang bener dong, Dit. Lo masih muda atau udah tua?"
"Bentar gue cek hp, dulu." Lalu Radit pun mengecek ponselnya. Dia melihat ke aplikasi chatting. "Bener kok, tanggal 1 juni," jawab Radit mantap.
"Apa hubungannya sama aplikasi chatting?" tanya Dimas heran.
"Ya, mungkin aja mereka pada ghibah!" tebak Ares tepat sasaran.
Radit terkekeh. "Tau aja, lo, curut!"
Lalu pandangan mereka kembali ke arah monitor. Di monitor terlihat seorang perempuan, yang di yakini mereka adalah Yura tengah berdiri di pesisi jalan. Lalu, di monitor sebelah, terlihat ada mobil berwarna hitam berhenti di jalan. Sepertinya sedang bersiap-siap. Dan, benar saja, saat Yura akan menyebrang, mobil hitam itu segera melaju dengan kecepatannya.
"Stop, Pak!" titah Radit. Lalu, lelaki paruh baya itu mem-pause video di monitor. "Coba zoom di plat mobilnya, pak," titah Radit lagi, lalu lelaki paruh baya itu kembali mengikuti perintah.
"B 100 SH?" beo Radit. Membuat Dimas dan Ares menoleh. "Dim, lo punya nomor si penerror, kan?"
___
Tok tok tok ....
Radit mengetuk pintu berwarna putih di depannya. Menunggu seseorang untuk membukanya. Sebenarnya, ada banyak rasa yang dirasakannya. Rasa bingung, rasa tak menyangka, rasa sayang, rasa cinta, kepercayaan, dan rasa kecewa.
"Cari sia--Radit?" gumam perempuan di depannya. Mata Radit menelusuk ke dalam mata si perempuan yang ada di depannya.
"Radit, Dimas, Ares, kalian ngapain disini? Kalian saling kenal?" tanya si perempuan mengalihkan rasa gelisahnya.
"Kita boleh bicara sebentar?" tanya Dimas santai. Diangguki oleh perempuan itu. Lalu, mereka pun memasuki rumah yang sangat sepi itu.
"Kalian duduk disini, mau gue buatin minum apa?"
"Air putih aja deh, Keisha," jawab Ares.
Ya, perempuan pemilik rumah yang selalu sepi itu adalah Keisha Anandita Raveena.

KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Fiksi Remaja[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...