7 | START

8K 957 123
                                    

Hari Senin ini setelah usai upacara, tidak seperti biasanya. Jika biasanya para murid dibiarkan berhamburan ke kantin dan guru tengah pembinaan, namun sekarang seluruh warga sekolah berkumpul di lapangan tak terkecuali.

Hari ini waktunya Gerhana melepas jabatannya. Pemilihan ketua OSIS tengah diselenggarakan di lapangan terbuka. Masing-masing murid sebelum upacara tadi sudah diberi tau untuk membawa satu buah bolpoin untuk menulis nama pilihan mereka pada kertas putih yang akan dibagikan oleh panitia.

Namun itu berlaku untuk anak-anak yang tidak malas alias rajin. Kalangan anak pemalas biasanya lebih baik menunggu teman mereka selesai dulu, baru akan meminjam bolpoin. Selain malas mengantungi bolpoin di saku, terkadang mereka bahkan tidak mempunyai bolpoin padahal rata-rata murid SMA Galaksi berada di kalangan atas.

Lihat saja suasana barisan 10 IPA 1 saat ini. Kelas IPA 1 memang jurusan paling unggul di SMA Galaksi, tak urung banyak murid yang diajukan lomba dari kelas ini, guru-guru pun banyak yang menjamin mereka semua. Namun mereka tidak tau, bahwa IPA 1 anaknya ada yang bandel banget!

Contohnya, si Merkurius dan si Angin. Kedua cowok itu berisik sekali, bingung mau meminjam bolpoin karena katanya mereka lupa membawa. Padahal, Merkurius itu ketua kelas di kelas 10 IPA 1.

"Woi cepetan elah! Gue mau minjem nih," cetus Merkurius berdiri sembari memainkan kakinya karena cowok itu gampang bosan.

"Pinjem dong! Sama temen sendiri pada gitu lo?" Kini giliran Angin yang membuat gaduh.

"Heh, siapa suruh nggak bawa bolpoin? Tau rasa lo!" ujar Pelangi menoleh ke belakang, di mana para barisan laki-laki pemalas itu.

"Hih, siipi sirih nggik biwi bilpiin? Tii risi li!" Angin malah menye-menye dengan wajah jeleknya, membuat Pelangi refleks menampol wajah cowok itu dengan tangan sucinya.

"Aduh!" adu Angin mengelus-elus wajahnya.

Bulan yang baris di sebelah kanan Pelangi mendengus mendengar pertikaian kecil itu.

"Nih nih bolpoin! Udahlah, nggak usah banyak komentar, diliatin kakel tuh kalian," kata Bulan melerai.

Bolpoin gel dengan boneka doraemon kecil di atasnya itu langsung disahut oleh Merkurius.

"Pinjem, Lan," kata Merkurius, kemudian langsung menulis pilihannya.

"Sini, gantian gue!" Angin merebut bolpoin yang milik Bulan dari Merkurius, membuat cowok dengan netra hitam di sampingnya berdecak keras. Untung saja dia sudah selesai menulis, meskipun tercoret sedikit sebab gerakan tangan Angin.

"Astagfirullah, tabahkan hambamu ya Allah," ucap Merkurius mengadahkan tangan ke atas dan pandangannya menatap luas langit biru.

"Nah, dah selesai!" kata Angin mengembalikan bolpoinnya pada Bulan.

"Dasar nggak modal!" ejek Pelangi dengan sadis. "Kalian mau sekolah atau mau apasih? Heran gue. Bolpoin pinjem, penggaris nggak punya, tip-ex buat sekelas, ulangan minta sesobek kertas. Bener-bener nggak ada akhlak banget," lanjut Pelangi menatap kedua sejoli di depannya itu dengan miris.

"Miris gitu liatnya," desis Pelangi.

"Tau deh, emang uang saku kalian sehari berapa? Masa nggak kuat buat beli alat tulis?" tanya Bulan mengerutkan alis.

GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang