11 | AMANAT

6.5K 854 65
                                    

Di sekolah tadi Bulan dan Pelangi merencanakan untuk menjenguk Biru setelah pulang. Hingga keduanya kini telah sampai di kamar inap Biru. Pasalnya Biru belum bangun dari koma, gadis itu masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan bantuan beberapa alat canggih. Di sini juga ada Bintang yang tengah menjaga Biru.

Tadi malam, kondisi Biru katanya sudah sedikit membaik dan juga dia sempat bangun sebentar, namun kemudian disuruh istirahat lagi agar tubuhnya stabil. Maka dari itu teman-temannya boleh menjenguk, akan tetapi jangan membuat gaduh terlebih dahulu.

"Dia belum bangun," lirih Bintang merasakan sesak di dada, lantaran adik satu-satunya itu tak sadarkan diri.

"Sabar ya, Kak. Jangan murung terus," hibur Bulan seraya menyapu punggung besar Bintang.

"Biru anaknya kuat, ceria. Pasti dia bisa lawan penyakit ini," kata Bulan tersenyum lebar membuat Bintang ikut tersenyum, meski simpul.

Pelangi melirik sekilas Biru yang tengah bernapas teratur. Hatinya juga merasa sesak, asal kalian tau. Pelangi terbiasa hidup tanpa teman waktu TK hingga SMP, namun saat SMA dirinya menemukan teman yang cocok dengannya. Biru dan Bulan menjadi hal terpenting bagi Pelangi saat ini, mereka memang berisik dan tak tau malu, tapi Pelangi nyaman bersama keduanya.

"Lo pasti kuat," gumam Pelangi mengelus punggung tangan Biru yang berkulit putih.

Tak lama kemudian buliran jatuh dari netra Pelangi membuat Bulan yang sadar langsung membekap tubuh Pelangi.

Jemari lentik Biru seketika bergerak saat ditetesi air mata Pelangi. Bintang yang memgetahui hal itu pun terkejut dan menggenggam jari mungil Biru.

"K-Kak...."

Suara parau Biru dengan mata yang masih terpejam membuat Bulan dan Pelangi melepaskan pelukan kemudian mereka mengerumungi Biru. Posisi Bulan kemudian berpindah di dekat Bintang yang ada di selatan ranjang, sedangkan Pelangi berada di utara ranjang. 

"Kak Bintang...," lirih Biru mencoba membuka kelopak matanya.

"Panggil Dokter, cepet!" suruh Bintang pada Bulan.

Bulan menganggukkan kepala seraya berlari keluar dari ruang inap Biru.

"DOKTER! DOKTER!" Bulan berteriak di luar, membuat suster yang baru saja lewat menanyai Bulan yang wajahnya sudah panik.

"Ada apa Kak?" Suster yang tengah memeluk papan daftar pasien itu bertanya dengan mengerutkan alis.

"Dokter mana Sus? Itu temen saya gerak gitu jarinya!" ucap Bulan panik.

"Tunggu Kak, saya cari dokter dulu."

Bulan menganggukkan kepalanya, tak lama kemudian dua suster dengan satu dokter laki-laki datang dengan tergesa gesa dan langsung memasuki ruangan Biru.

Langkah kaki Bulan mengarah ke ruang inap Biru, kemudian menutup pintu ruangan dengan sangat amat rapat.

Dilihatnya Biru yang tengah dicek oleh dokter menggunakan stetoskop; alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh. 

"Alhamdulillah, pasien telah sadarkan diri. Namun... keadaan jantungnya masih sedikit lemah. Jadi tolong jangan banyak diajak bicara terlebih dahulu," ucap dokter seraya menjauhkan stetoskop dari tubuh Biru.

"Terima kasih Dok," kata Bintang mengangguk santun.

Dokter dan kedua suster tadi pun keluar dari ruangan setelah menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan Bintang saat menjaga Biru, dan juga melarang hal yang tidak diperbolehkan bagi kesehatan Biru.

GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang