Selepas sekolah Gerhana tak langsung pulang. Sebab anak OSIS masih mengadakan latihan agar hasilnya maksimal. Saat ini mereka semua telah berbaris rapih di lapangan sekolah yang sepi karena para murid sudah tersapu bersih.
Tak lupa di sana ada pembina yang membantu mengatur latihan anak OSIS. Gerhana menggunakan pakaiannya dengan sangat rapih, mereka dibagi dua kubu. Di kubu selatan ada Bintang yang di sebelah kiri Gerhana, Gerhana di tengah serta di samping kanan cowok itu terdapat sekertaris OSIS yang bernama Sandrea. Mereka bertiga masing-masing membawa bendera.
Sedangkan di kubu utara terdapat barisan OSIS yang rapih. Paling depan terdapat Samudra yang diapit oleh Taksa dan juga Antartika. Latihan berjalan dengan sempurna, ketika langit senja mulai bermunculan, latihan selesai dan akan dilanjutkan besok.
"Langsung pulang lo Na?" tanya Bintang membuka dasinya dan memasukkannya ke dalam tas.
Menganggukkan kepala sebagai jawaban, Bintang kemudian ber'oh' ria.
"Nggak ke markas dulu?" tanya Bintang.
Gerhana menoleh seraya menyampirkan tas sekolahnya di sebelah bahu, nampak berpikir sejenak. "Nggak deh gue capek, nanti malem aja pas keluar gue mampir markas," jawab Gerhana.
"Oh oke," timpal Bintang.
"Duluan Tang," kata Gerhana menepuk bahu sahabatnya itu dan kemudian melangkahkan kakinya menuju parkiran.
Beberapa saat setelah keluar dari halaman sekolah, Gerhana menghentikan motornya di samping halte bus karena ponsel di saku celananya berbunyi.
"Halo Ma," sapa Gerhana mengangkat telepon dari Semesta.
"Tadi dia udah bangun Abang, sekarang Mama ada di rumah sakit," jawab Semesta.
"Serius Ma?" tanya Gerhana, raut wajahnya sangat kaget.
"Iya! Nathan sama Papa juga ada di sini. Tapi...."
Semesta menggantungkan ucapannya, membuat Gerhana mengerutkan dahinya dalam.
"Apa Ma? Gerhana mau segera ke rumah sakit," kata Gerhana.
"Dia sempet nyebut nama kamu, sama Mama. Tapi setelah itu, hiks hiks."
"Gerhana ke sana sekarang." Gerhana mematikan sambungan telepon, lalu melesat dengan kecepatan di atas rata-rata untuk segera ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Semesta langsung berhamburan ke pelukan anak sulungnya itu. Ngomong-ngomong, Nathan udah baikan sama Papa Alam. Jadi mereka terlihat akur seperti biasanya.
"Hiks... hiks... dia koma lagi," kata Semesta membuat kaki Gerhana melemas. Netranya menatap gadis cantik yang tengah tidur di brankar rumah sakit dari kaca jendela.
"Sabar Ma, Gerhana juga sedih," ujar Gerhana mengelus-elus punggung Semesta.
"Hiks hiks, apalagi Mama yang merawat dia," kata Semesta di tengah isakannya.
"Yah mellow banget, mau juga dipeluk," ujar Nathan merentangkan tangannya yang dibelakangi Semesta.
Gerhana langsung menatap tajam sang adik. Nathan menyengir kuda kemudian mengintip kaca jendela lagi.
"Bangun woi bangun! Gue mau cupcake buatan lo," ujar Nathan menggedor-gedor kaca.
"Nathan," tegur Alam dengan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBIT
Teen FictionTerjebak, mati, atau temukan? Sebuah hati yang sulit berkolaborasi, atau hanya sebuah ilusi? Wajah tampan bak Dewa Yunani, sosok Gerhana Xavinder - Ketua Geng Motor COSRAGAR terjebak di sebuah teka-teki. Taktik seorang hacker terkenal, petualangan m...