Saat ini Gerhana tidak langsung pulang ke rumah. Setelah dari mall cowok itu masih berdiam di rumah Bulan. Mereka berdua menikmati langit malam di balkon kamar Bulan.
"Langitnya bagus," gumam Bulan menatap Gerhana yang bersender di tembok.
"Bulan seneng lihat langit malam." Gadis itu malah curhat, membuat Gerhana yang ada di hadapannya menaikkan salah satu alis.
"Kenapa?" tanya Gerhana.
"Karena langit malam itu menenangkan. Kata almarhum Ayah Bulan, nanti kalau suatu saat Ayah pergi, Bulan suruh lihat langit malam. Katanya biar rindu Bulan terobati," ujar Bulan.
"Oh gitu, sorry pertanyaan gue buat lo sedih," jawab Gerhana menggaruk sikunya yang tak gatal.
"Nggak papa," ucap Bulan tersenyum kecil. "Kak Gerhana nggak pulang?" tanya Bulan menyelipkan rambutnya ke telinga.
"Kalau gue pulang, emang lo nggak takut?" tanya Gerhana.
"Udah biasa sendiri. Lagian kalau aku laper pas malem-malem paling nanti monta tolong Angin buat beliin makan," ucap Bulan menyengir.
"Angin rumahnya deket sini?" tanya Gerhana dan Bulan pun menggelengkan kepalanya.
"Rumah Angin sektiar lima kilometer dari sini. Tapi kata Angin kalau ada apa-apa minta tolong Angin aja," ucap Bulan.
"Angin suka lo ya?" tanya Gerhana. "Lo suka Angin nggak?" tanyanya lagi.
"Angin nggak suka sama Bulan tau! Bulan juga nggak suka Angin. Angin itu udah kayak Abang aku sendiri," jawab Bulan.
"Walau pun ngeselin sih, tapi Angin pengertian," puji gadis itu lagi.
"Nggak usah telepon Angin lagi kalau butuh apa-apa telepon gue aja."
"Kenapa?" tanya Bulan pada Gerhana.
"Rumah kita cuma tiga kilo meter jaraknya," jawab Gerhana. "Kasian kalau Angin kan jauh," lanjut cowok itu.
"Apa aku terlalu ngrepotin Angin ya?" tanya Bulan merasa bersalah.
Ting tong!
Suara bel rumah membuat keduanya menatap pintu kamar Bulan. Dengan segera Bulan membuka pintu dan turun dari lantai atas, begitu juga Gerhana.
"Hei!" sapa Bulan saat pintu terbuka. "Bawa apa tuh?!" tanya Bulan sangat antusias.
"Nasi goreng kesukaan lo," jawab sang tamu.
"Ih mau! Ayo masuk Angin," kata Bulan mempersilahkan Angin untuk masuk ke dalam rumah.
"Loh ada Bang Gerhana ya." Angin tersentak kaget ketika melihat Gerhana berdiri di ruang tamu.
Angin kemudian duduk di sofa sebelum dipersilahkan. Sudah biasa. "Duduk Bang, anggap aja rumah sendiri," kata Angin menyengir lebar.
Gerhana mengangguk kaku, lalu duduk di salah satu sofa. "Eh lo bawa berapa porsi?" tanya Bulan.
"Dua doang nih gimana?" tanya Angin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Makan aja Bang sama Bulan. Gue cuma anter makanan kok, anggep aja gue deliver," canda Angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBIT
Teen FictionTerjebak, mati, atau temukan? Sebuah hati yang sulit berkolaborasi, atau hanya sebuah ilusi? Wajah tampan bak Dewa Yunani, sosok Gerhana Xavinder - Ketua Geng Motor COSRAGAR terjebak di sebuah teka-teki. Taktik seorang hacker terkenal, petualangan m...