Istirahat pertama ini Gerhana hanya menyibukkan diri untuk membaca buku fisikanya. Bergelut dengan beberapa rumus adalah salah satu hobinya. Awalnya, ia sudah di ajak Awan untuk ke kantin, namun ia menolak. Cowok itu menyisir rambutnya dengan tangannya ketika helaian rambut mengganggu matanya.
Mengabaikan beberapa pesan dari group dan pesan pribadi lainnya, Gerhana masih berkutik dengan bolpoin dan kertasnya. Mengerjakan tugas dari Pak Abadi selaku guru fisika. Sebenarnya sih, ini itu pr dan dikumpulkan masih minggu depan. Tapi karena Gerhana sedang gabut, ya sudah ia kerjakan sekalian saja.
Setelah semuanya selesai, ia mengambil kotak hitam yang meneror Bulan. Hanya memandangi kotak itu adalah kegiatan yang sedang Gerhana lakukan. Di kelas hanya tersisa dirinya saja, semua orang sudah berhamburan ke kantin.
"Wuih dapat kotak dari mana tuh?" Tiba-tiba suara Awan menggelegar. Dilihatnya Bintang, Awan, Sinar dan Langit masuk ke dalam kelas dan duduk di sembarang kursi yang dekat dengan bangku Gerhana.
"Cie Gerhana cie dapat kotak dari penggemar nih pasti," ujar Sinar.
"Biasa Gerhana mah dapat kayak gitu. Fansnya kan segudang," jawab Bintang terkekeh kecil.
"Tapi aneh nih. Masa kotaknya serbah hitam? Nggak kayak orang kasmaran gitu," celutuk Sinar mengambil alih kotak yang tengah dipegang Gerhana.
Gerhana hanya mampu mendesah kecil melihat kelakuan Sinar. Sinar membolak-balik kotak begitu penasaran.
"Isinya apa nih Pak Ketu?" tanya Sinar menaikkan kedua alis.
"Nggak ada isinya," jawab Gerhana. Memang kertas tempo lalu sudah ia simpan di tempat lain di rumahnya. Walau lusuh gara-gara ia jadikan gundukan kecil akibat terlalu geram tempo lalu.
"Dari siapa nih? Biasanya kalau dapat gift dari orang selalu lo buang," tanya Bintang yang sangat hapal betul kelakuan Gerhana. Maklum sudah enam tahun kenal dengan Gerhana.
"Nah bener tuh. Dari siapa? Spesial nih pasti kelihatan nggak lo buang gitu," timpal Awan menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Bintang.
Awan, Bintang dan Gerhana memang sudah berteman sejak di bangku SMP. Jadi tak heran bila Bintang dan Awan sangat mengetahui sikap Gerhana.
"Ck, udahlah bawa sini." Gerhana merebut kembali kotak itu.
"Lo lembur Na? Udah ngerjain tugasnya Pak Abadi?" tanya Sinar melihat buku Gerhana yang masih di atas meja.
Menganggukkan kepala sebagai jawaban, mampu membuat teman-teman Gerhana menatap Gerhana dengan senyuman manis. Kecuali Langit, cowok itu sudah tau apa yang akan dilakukan teman-temannya itu.
"Na," panggil Sinar menaik turunkan alis, tak lupa senyuman menjengkelkan tercetak jelas di wajahnya.
Helaan napas Gerhana membuat Sinar menyengir. Cowok itu lantas melempar buku fisikanya pada Sinar. Untung saja Sinar dengan gesit dapat menangkap buku Gerhana.
"Gue bawa pulang ya," ujar Sinar dan diangguki Gerhana.
"Eh gue juga mau nyontek dong!" sentak Bintang menunjuk buku tulis Gerhana yang tengah Sinar masukkan ke dalam tas abu-abunya.
"Ntar gue pap," kata Sinar.
"Nggak ada akhlak," sahut Awan melempar bungkus permen karetnya pada Sinar. Mulutnya saat ini tengah mengunyah permen karet rasa melon.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBIT
Teen FictionTerjebak, mati, atau temukan? Sebuah hati yang sulit berkolaborasi, atau hanya sebuah ilusi? Wajah tampan bak Dewa Yunani, sosok Gerhana Xavinder - Ketua Geng Motor COSRAGAR terjebak di sebuah teka-teki. Taktik seorang hacker terkenal, petualangan m...