"MERKURIUS! BALIKIN NGGAK?!"
Suara keras Bulan menggelegar di dalam kelas. Merkurius tertawa terbahak-bahak karena ekspresi teman sekelasnya itu. Saat ini kelas sedang jam kosong sebab para guru tengah rapat dadakan, katanya membahas tentang acara ulang tahun sekolah yang seminggu lagi akan diadakan.
"Ambil sendiri, ya!" kata Merkurius begitu menyebalkan.
Bisa kalian lihat sekarang bahwa Merkurius menaruh sepatu sebelah kiri Bulan di ventilasi jendela. Lalu cowok itu berlari meninggalkan kelas sebelum terkena amukan Bulan.
"Ish! Pelangi... bantuin ambilin sepatu gue di sana dong," rayu Bulan menunjuk sepatunya yang ada di atas.
"Gue nggak nyampe deh keknya," jawab Pelangi. "Tinggi gue kan sama kayak lo."
"Terus gimana dong?" tanya Bulan mencibir Merkurius.
"Minta tolong Angin tuh." Pelangi menunjuk Angin yang tertidur pulas dengan kepala yang di dalam lipatan tangan.
Bulan melangkahkan kakinya dengan gontai ke meja Angin. Begitu sampai dirinya mengguncang-guncangkan bahu Angin.
"Angin! Ambilinbsepatu gue di sana dong!" ucap gadis itu menunjuk ke arah sepatunya.
"Gue ngantuk Lan," jawab Angin mengucek-ucek mata dan mengeliat.
"Tega banget sama temen sendiri," tanggap Bulan menampilkan raut wajahnya yang sedih.
"Ck, iya deh iya," jawab Angin bangkit berdiri.
"Nah gitu dong!" ucap Bulan menepuk bahu Angin dengan kencang.
Angin bangkit berdiri, nyawanya masih setengah sadar. Hawa di kelas membuatnya mengantuk. Cowok itu segera mengambil sepatu hitam Bulan dan memberinya pada sang empu.
"Nih sepatu lo," ucap Angin. "Emang si Merku ke mana?" tanya Angin sebab tak melihat batang hidung soulmatenya itu.
"Makasih Angin!" seru Bulan memakai sepatu. "Merkurius ngeselin! Tadi langsung keluar kelas, ke kantin maybe," jawab Bulan.
Angin menganggukkan kepalanya. "Gue ngantin juga deh. Nanti kalau guru masuk langsung telepon gue ya," kata Angin sembari memperagakan cara menelpon di telinga.
"Sip!" jawab Bulan mengacungkan kedua jempol.
"Anjing pintar," timpal Angin mengacak-acak rambut Bulan.
Gadis berkucir satu itu memukul lengan Angin dengan kencang. "Gue manusia! Dosa lo ngejek gue kayak gitu!" kata Bulan ngambek.
"Canda elah, gue duluan," ujar Angin terkekeh kecil. Kemudian cowok itu keluar dari kelas menuju kantin.
Sepeninggalan Angin, Bulan kembali ke tempat duduknya. Dilihatnya ekspresi Pelangi seperti menggodanya.
"Kayaknya Angin suka lo," timpal Pelangi menggulumkan senyuman.
"Ih enggak tau!" tanggap Bulan menggelengkan kepala berkali-kali.
"Mukanya sih udah keliatan, tapi terserah lo deh percaya nggak," jawab Pelangi menekuk bibir ke bawah dan menggidikkan bahunya acuh tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBIT
Teen FictionTerjebak, mati, atau temukan? Sebuah hati yang sulit berkolaborasi, atau hanya sebuah ilusi? Wajah tampan bak Dewa Yunani, sosok Gerhana Xavinder - Ketua Geng Motor COSRAGAR terjebak di sebuah teka-teki. Taktik seorang hacker terkenal, petualangan m...