Sekitar pukul setengah sepuluh pagi, di mana waktu istirahat pertama, Clarissa datang dengan kedua orang tuanya dikawal dua polisi sekaligus.
Daritadi memang Kilat sedang memantau kedatangan gadis itu bersama Gerhana dan Laskar. Iya, cuma mereka bertiga. Sedangkan yang lain sudah diberi Laskar tugas masing-masing.
"Gue kalau sama kalian berdua jadi kayak paling bawel deh kayaknya. Habisnya si Kilat sama Bang Gerhana diem mulu kayak es batu," keluh Laskar bersedekap.
Gerhana dan Kilat yang mengapit Laskar hanya memandang sekilas cowok itu, kemudian kembali fokus melihat Clarissa yang melangkahkan kakinya ke ruang kepala sekolah.
"Terus ini kapan kita ke sananya?" tanya Laskar. Mereka masih memantau di bawah pohon rindang, tak jauh dari ruang guru dan ruang kepala sekolah.
"Sekarang," jawab Kilat langsung melenggang meninggalkan Gerhana dan Laskar yang masih termenung di tempat.
Gerhana kemudian mengikuti Kilat disusul Laskar di belakang. Kilat langsung masuk tanpa permisi ke dalam ruang kepala sekolah, benar-benar nekat.
Melihat hal itu, Gerhana dan Laskar spontan berlari kecil dan ikut masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Menimbulkan orang-orang di dalam ruangan tersebut menoleh ke arah ketiga remaja itu.
"Ada apa ini rame-rame?" Itu bukan pertanyaan dari Pak Louis, akan tetapi dari polisi tersebut.
"Kami ingin mengecek sesuatu," ucap Kilat dengan sopan.
"Tunggu, kalian ini siapa kok terlalu ikut campur ya," timpal Mama Clarissa.
Gerhana melirik Clarissa yang tangannya diborgol oleh polisi. "Kami korban Clarissa yang sempat dibius tempo lalu," ujar Gerhana.
"Lalu ada masalah apa lagi kalian? Apakah masalahnya belum selesai?" tanya Papa Clarissa.
Laskar mengangguk tepat. "Kami ingin menyelidiki ponsel Clarissa. Kalau tidak boleh, kami tetap memaksa," kata Laskar santai. Sans aja, karena dia ada dipihak yang benar.
"Buat apa? Kamu tidak ada hak untuk menyelidiki ponsel putri saya!" bentak Papa Clarissa.
Kilat menyengrai kecil mendengar ucapan Papa Clarissa. Cowok itu berjalan maju mendekati Papa Clarissa dan mengitarinya.
"Jika tidak ada apa-apa di ponsel Clarissa. Bukankah tak masalah bila kita menyelidikinya? Toh, kita korban di sini," skak Kilat berhenti tepat di hadapan Papa Clarissa.
"Bagaimana, Tuan?" tanya Kilat.
"Ponsel Clarissa ada di kami. Sebab setelah ditangkap, kami langsung menyita ponselnya dikarenakan ada beberapa komunikasi tidak baik antara Clarissa dengan pihak lain," sahut salah satu polisi.
"Boleh saya cek?" tanya Kilat.
"Apa kita bisa percaya denganmu?" tanya polisi bertubuh gempal seperti donat.
"Memangnya wajah saya nampak berdusta?" Kilat melempar pertanyaan itu, kedua polisi mendadak bungkam.
Polisi itu menatap sejenak wajah Kilat. Merasa sepertinya aman-aman saja, akhirnya polisi tersebut menyerahkan ponsel Clarissa pada Kilat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBIT
Teen FictionTerjebak, mati, atau temukan? Sebuah hati yang sulit berkolaborasi, atau hanya sebuah ilusi? Wajah tampan bak Dewa Yunani, sosok Gerhana Xavinder - Ketua Geng Motor COSRAGAR terjebak di sebuah teka-teki. Taktik seorang hacker terkenal, petualangan m...