Pagi hari saat makan bersama keluarga, Gerhana terus saja memandang Nathan dengan tajam. Yang dipandang sebenarnya peka, namun pura-pura bodo amat dan asik menikmati sarapan dengan khitmat.
"Kalian berdua nggak buat ulah, kan di sekolah?" tanya Alam Xavinder, Papa dari kedua anak lelaki ini.
"Tenang aja Pa, senakal nakalnya Nathan, Nathan nggak pernah kok bikin ulah," ujar Nathan langsung membuat Gerhana tersedak.
Gerhana mengambil gelas yang ada, kemudian Semesta--Mama Gerhana membantu untuk menuahkan air di gelas.
"Ini Abang, cepet diminum," suruh Semesta memberikan gelas berisi air pada Gerhana.
Gerhana langsung meneguk air hingga tandas tak tersisa. "Hmm... kalau Abang kamu tersedak, berati kamu bohong ya!" tebak Alam dan Nathan pun menyengir.
"Nathan minggu kemarin baru masuk ruang BK 23 kali aja kok Pa, nggak banyak, kan?" tanya Nathan melanjutkan sarapannya.
Semesta yang melihat kelakuan Nathan menggelengkan kepalanya. "Kamu itu ya, untung kamu masih pinter walau dikit. Nakal nggak papa yang penting otak kamu masih ada isinya," kata Semesta.
"Kalau Papa sih nggak masalah kamu keluar masuk BK kayak gitu. Yang penting nggak nyentuh barang-barang haram," kata Alam.
"Iya Pa, Ma. Nathan paling cuma isengin Bu Laras atau Pak Badai aja kok. Tuh dua guru aja yang baperan," timpal Nathan menyelesaikan makannya dan kemudian meminum air yang sudah ia sediakan sebelum makan.
"Yaudah kalau gitu Nathan berangkat ya Ma, Pa." Nathan bangkit dari kursi, diikuti Gerhana yang baru saja menyelesaikan makannya.
"Gerhana juga," ujar Gerhana sembari menyampirkan tasnya di pundak. Baju Gerhana dibaluti oleh jaket kebanggaan miliknya, menambah ketampanan lelaki itu berkali-kali lipat.
"Yaudah sana kalian." Alam mengusir kedua nakanya dengan halus. "Inget, jangan salah pergaulan ya kalian," peringat Alam.
"Siap Pak Bos!" seru Nathan disertai gerakan hormat di pelipisnya. Sedangkan Gerhana, cowok itu hanya mengangguk karena malas mengeluarkan suara.
Gerhana dan Nathan menyalami kedua orang tuanya. Mereka keluar dari rumah dan membuka garasi, memgambil motor mereka masing-masing.
"Bang, jangan lupa misinya," ingat Nathan menaik turunkan alis ketika keduanya berada di depan gerbang rumah.
"Gue tunggu di sekolah," ucap Nathan terkekeh kecil kemudian melanjukan motornya meninggalkan Gerhana yang memendam kekesalan.
"Sial!"
***
Gerhana telah tiba di salah satu rumah besar berdominasi abu-abu. Ia agak ragu untuk turun dari motor, namun kemudian Gerhana memutuskan untuk mengetuk pintu rumah si pemilik. Ya, misi dari Nathan adalah menjemput adik kelasnya sendiri yang tak salah dan tak lain lagi adalah Bulan.
Tok tok tok
Gerhana mengetuk pintu dengan ragu-ragu. Apakah gadis itu sudah berangkat sekolah? Tapi setau Gerhana, Bulan biasanya datang di waktu yang sangat mepet seperti Nathan. Namun hari ini adiknya itu berangkat pagi demi melihat keberhasilan misi Gerhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA {BELOVED HACKER} SEGERA TERBIT
Fiksi RemajaTerjebak, mati, atau temukan? Sebuah hati yang sulit berkolaborasi, atau hanya sebuah ilusi? Wajah tampan bak Dewa Yunani, sosok Gerhana Xavinder - Ketua Geng Motor COSRAGAR terjebak di sebuah teka-teki. Taktik seorang hacker terkenal, petualangan m...