TQBM ¤ 02

6.6K 464 9
                                    

ATTENTION! SEBAIK-BAIK BACAAN HANYALAH AL-QUR'AN! MARI TETAP MENGUTAMAKAN MEMBACA AL-QUR'AN.

Ingat jangan baca cerita ini kalau belum sholat‼️ Utamakan baca Al-Qur'an ‼️

🌹📖🌹


"Hey, bangun dong!" seru Hana mulai cemas, ia tak jadi mengguyur wajah memar itu, takut memperparah keadaan. Kan ngeri kalau sampai bule itu meregang nyawa di kostnya.

Hana terus berusaha menyadarkan cowok bule yang masih pingsan itu, kali ini ia beralih ke opsi kedua yaitu menggunakan minyak angin aromatherapy-nya. Ia mengoleskannya ke hidung mancung cowok bule itu.

"Please, jangan sekarat di sini! Gue nggak mau disangka gadis kriminal. Pedahal gue kan orang yang nolongin lo," pintanya pada cowok bule yang masih belum membuka mata tersebut.

Dengan cemas Hana akhirnya membubuhkan langsung minyak angin tersebut di atas hidung mancung cowok itu.

Sesaat kemudian cowok itu terbatuk batuk dan tersadar dari pingsannya.
Melihat itu Hana langsung merasa sedikit lega. Usahanya yang agak ekstrim berhasil, tidak sia sia dia pernah menjadi anggota PMR dimasa SMP dulu.

"Where i am?" tanya cowok itu kepada Hana. Gadis itu langsung memutar bola matanya malas.

Jangan bilang kalo cowok bule ini ilang ingatan tiba tiba!

"You're in my place," jawab Hana sambil menatap cowok dihadapannya yang sedang tampak kesakitan itu.

"Terima ... kasih Miss. Saya sangat berterima kasih karena anda su ... dah to ... long saya," ungkap cowok itu serak karena menahan rasa sakit dibagian tubuh dan sebagian wajahnya yang terluka.

"Udah seharusnya sesama manusia itu saling menolong. Tunggu disini ya, gue mau ambil kompres es batu sama cari kotak P3K dulu," kata Hana sedikit lembut padanya. Cowok itu mengangguk mengerti sambil meringis memegangi ujung bibirnya yang pecah.

Hana beranjak pergi ke kamarnya untuk mengambil kotak P3K, sedangkan cowok bule itu menatap keseluruh ruangan sumpek kost-an Hana sambil mengernyitkan dahi. Seumur hidupnya baru sekarang dia berada ditempat sumpek seperti ini.

Pria itu tersenyum saat melihat Hana kembali dengan membawa nampan berisi Kotak P3K, segelas air putih dan baskom berisi es batu serta kain serbet bersih.

Hana meletakkan semuanya diatas meja. Lalu menempatkan diri duduk di samping cowok itu untuk mempermudah akses mengobatinya. Sebenernya Hana ogah duduk disamping cowok asing yang bahkan tidak dikenalnya itu, tapi karena keadaannya darurat jadi ya dengan terpaksa harus ia lakukan.

"Minum dulu," perintahnya yang langsung dituruti oleh cowok itu.

Dengan tangan gemeter cowok bule itu mengambil gelas air putih itu lalu meneguknya pelan sebelum meletakkannya kembali ke tempat semula. Dan semua itu tak luput dari perhatian Hana.

"Selanjutnya gue pengen tahu nama lo, sama asal lo dari mana," ucap Hana yang membuat cowok itu mengernyit tak mengerti. Pasalnya Hana tidak menggunakan bahasa indonesia yang baku.

"Oke Hana, dia nggak ngerti sama omongan lo barusan," gumam Hana pelan.

"Maksudnya, saya ingin tahu nama kamu siapa? Dan dari mana kamu berasal, itu maksud saya," terangnya ulang sambil mulai Mengompres luka di wajah tampan cowok itu dengan hati hati. Sebenarnya ogah mengobati pria asing itu, tapi kasihan juga melihat tangannya yang tadi gemetar kesakitan.

"Namaku Darelano Raymond Alarich, Miss, dari Jerman," jawab cowok itu yang langsung membuat Hana kaget. Jauh banget, pria Jerman sampai nyangkut di Bali.

"Oke. Berarti gue bisa panggil lo Ray. Nah Ray, sekarang lo jangan panggil gue Miss-Miss lagi, berasa jadi dosen bahasa Inggris. Nama gue Hana Shabilla."

"Don't call me Miss, again. Okey?"

"Oke Hana ... Sya ... Syabla?" kata Ray yang kesulitan mengucapkan nama lengkap Hana dan langsung saja memicu tawa gadis yang sikap kerasnya lebih mirip seorang laki-laki itu.

"Hahaha ... aduh itu kurang tepat bro. Ya udah, Just call me, Hana. Alright?" Hana dengan mudah mengakrabkan diri. Benar-benar real anak perantauan.

"Okay ... Hana," jawab Ray diiringi senyuman hangat. Untung Hana tidak melihat senyum itu kalo tidak mungkin gadis itu akan meleleh seperti lilin.

"Sekarang bisa nggak obati luka lo sendiri?" tanya Hana yang punya niatan untuk meminta bantuan ibu kost yang rumahnya agak jauh memang.

"Oh ya Ray. Aku kasih tahu nih ya, Kalo aku bilang gue, itu artinya aku. Dan kalo aku bilang lo, itu artinya kamu. Mengerti?" ucap Hana memberitahu dan Ray menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanggapan.

"Auwh," erang Ray mengaduh saat menggerakkan tangannya untuk membersihkan luka lebam di rahang tegasnya.

"Sorry, gue nggak bisa bantu obatin, gue mau ke rumah ibu kost buat minta bantuan, semoga aja beliau masih terjaga," ucap Hana merasa bersalah karena tak bisa banyak membantu meringankan rasa sakit pria di depannya.

*****

Sudah jam dua dini hari Hana tak kunjung memejamkan matanya. Pasalnya dia baru kali ini seatap dengan pria yang bukan mahramnya. Tadi ia sempat ke rumah ibu kost untuk minta ditemani, eh malah ibu kostnya tak kunjung membukakan pintu. Mungkin tidurnya sangat lelap sampai tidak mendengar suara Hana memanggil dan ketukan kerasnya, positif thinking saja.

Keadaannya memang darurat, tapi tetap saja perasaan takut dan merasa berdosa bercampur menjadi satu dalam hatinya.

Hana membuka pintu kamar dan melongokkan kepalanya ke ruang tengah tempat Ray berada. Setelah mengganti pakaiannya dengan kemeja kebesaran milik Hana yang mendadak ketat untuk badan kekar cowok asing itu. Cowok itu langsung terlelap di sofa kumuh miliknya.

Ray tertidur sambil memeluk tubuhnya sendiri. Mungkin karena hawa dingin yang mulai menyapa, maklum tidak ada penghangat ruangan seperti di hotel.

Tadi setelah selesai mengobati lukanya. Hana meminta Ray untuk menceritakan bagaimana cowok itu bisa babak belur begitu.

Rupanya Ray sedang dikejar kejar oleh suruhan ayahnya untuk dibawa pulang dan menggantikan ayahnya memimpin perusahaan gelap di Jerman. Ray bilang dia tidak ingin dan akhirnya kabur ke Bali
bersama temannya.

Namun sialnya dia berhasil dilacak dan akhirnya mengadakan perlawanan lalu melarikan diri dan di tengah jalan mobilnya tiba-tiba dibegal oleh anak buah temannya sendiri. Kemudian ia dipukuli sampai separah tadi.

Benar benar kelewatan! Definisi teman makan teman!

Hana prihatin pada Ray. Mereka sepertinya memiliki nasib yang hampir sama, yaitu harus menuruti kehendak orang tua mereka.

Mengingat dia sendiri yang terpaksa harus pergi dari rumah dan berkuliah jauh di pulau Bali karena tak mau menuruti keinginan kedua orang tua-nya untuk sekolah kedokteran sama seperti kakak tirinya yang selalu terlihat lebih unggul dibanding dirinya di mata kedua orang tua mereka.

Hana benci kalo harus mengingat keegoisan ayah dan ibu tirinya itu.

Bersambung.....

Gimana pendapat kalian? Let's komentar ya.

See you next part!

Thank you and love you all♡♡
Asyiah Muzakir

VOTE JANGAN LUPA!

RAYHANA : Takdirku Bersamamu [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang