TQBM ¤ 17

2.8K 238 23
                                    

"Terkadang dibalik sesuatu yang menyakitkan dimasalalu, terselip sebuah hikmah yang bisa diambil sebagai pelajaran untuk masa depan."

~Asyiah Muzakir~

Happy reading sahabatku..♡
I hope you enjoy in this part:)

Suara adzan subuh lamat lamat terdengar sampai ketelinga Hana. Suara panggilan yang merdu itu berasal dari masjid yang lumayan jauh letaknya dari tempat dimana Hana tinggal.

Hana langsung terbangun begitu mendengar suara adzan itu. Kemudian ia beranjak dari kasur yang sama sekali tidak ada empuk empuknya. Tapi lumayan, setidaknya dia masih bisa bersyukur karena kasur itu dapat membuat tidurnya nyenyak walaupun pada keesokan harinya dia harus nyeri sendi dan tulang akibat kerasnya permukaan kasur tersebut.

Begitu beranjak dari kasur itu Hana langsung merenggangkan otot lengan dan memutar lehernya yang terasa kram hingga berbunyi 'kretek' lalu merelaxkan  pinggangnya yang juga terasa pegal.

"Hoaamm ... kapan ya bisa bangun tidur tanpa pegal dan kram kaya gini?" gumam Hana dengan suara khas bangun tidurnya. Gadis itu menguap sambil menutup mulutnya dengan punggung tangan sebelah kiri.

Lalu dengan menahan kantuk Hana memasuki kamar mandi. Membersihkan diri disana dan sekalian berwudhu untuk sholat subuh.

¤¤¤¤¤

Selesai sholat subuh dan membaca surat Ar-rahman. Hana langsung mengetuk jendela yang menyambungkan kost-annya dengan tempat dimana Ray tertidur, dengan tujuan apalagi kalau tidak untuk membangunkan cowok mualaf berdarah jerman itu.

Tok tok tok!

"Ray ... udah subuh nih. Cepetan bangun keburu mataharinya terbit!" teriak Hana dengan suara keras yang dapat menembus dinding pembatas kost-annya dengan tempat Ray.

¤¤¤¤¤

Mendengar teriakan Hana, Ray tersenyum. Dia sebenarnya memang sudah terbangun sejak mendengar lantunan surat Ar-rahman yang di baca Hana seusai sholat subuh tadi. Dan saat ini cowok berwajah tampan itu baru saja menyelesaikan sholat subuhnya.

"Ray? Lo udah bangun belum? Cepet bangun!" teriak Hana lagi.
Dan Ray pun lagi-lagi tersenyum.

Hana memang gadis luar biasa, gadis itulah yang selalu membangunkan dan mengingatkannya untuk sholat subuh yang memang sulit di laksanakannya sejak dia memutuskan menjadi mualaf sampai saat ini.

Ray melipat sajadahnya, lalu dengan masih memakai sarung dan kopiah dia berjalan kearah jendela yang belum berhenti diketuk Hana. Dengan spontan Ray membuka jendela tersebut sampai membuat Hana terkejut sambil mengelus dada.

"Ya Allah Ray! Kaget gue! Kalo udah bangun bilang napa! Jangan tiba tiba langsung buka jendelanya," omel Hana dengan kesal karena dikagetkan.

Ray terkekeh pelan melihat raut kesal itu. "Iya iyah, maaf deh sudah bikin kamu kaget," ucap Ray dengan cengiran dibibir tipisnya yang khas.

"Maaf maaf, udah sholat belum lo?"  Balas Hana sembari bertanya.

"Sudah dong! Liat, aku masih pake sarung sama kopiahnya," jawab Ray yang membuat Hana melihat kearahnya lalu mengangguk percaya.

"Bagus, itu berarti lo udah bangun sebelum gue bangunin tadi, benerkan?" tebak Hana yang membuat Ray tersenyum lagi.

"Benar sekali, aku bangun saat mendengar kamu mengaji." Ray membenarkan tebakan Hana.

"Hebat dong kalo gitu, lo bisa bangun tanpa gue bangunin pake ketukan pintu dan suara teriakan. Cukup gue ngaji pelan lo langsung bangun," kata Hana sebelum pergi dari hadapan Ray dan berjalan menuju dapur.

RAYHANA : Takdirku Bersamamu [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang