TQBM ¤ 08

3.9K 331 8
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA DAN TINGGALKAN KOMENTAR SETELAHNYA, YA?

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.🤍

-----

"HANAA!!" teriak Ray kaget saat melihat tubuh Hana yang tak sadarkan diri di lantai dingin kost-annya.

Dengan panik Ray langsung memanggil ibu-ibu yang kebetulan sedang lewat depan kost-kostan. Kemudian dengan hati hati ia dan ibu-ibu itu memindahkan tubuh kurus gadis itu ke atas sofa tua yang terdapat di ruangan itu.

Cowok tampan berdarah jerman itu berterima kasih kepada ibu-ibu yang telah menolongnya memindahkan tubuh Hana dan membiarkan ibu-ibu itu pergi, lalu ia bergegas mencari minyak angin di tas milik Hana kemudian menuju ke dapur untuk mengambil air putih.

Semuanya Ray lakukan dengan terburu buru. Dia khawatir dengan keadaan Hana saat ini. Bagaimana enggak khawatir kalo sampe pingsan gitu?

Dengan wajah panik Ray mendekatkan minyak angin ke hidung mungil nan mancung milik Hana. Sesaat Ray merasa dejavu karena dirinya juga pernah disadarkan dari pingsan seperti ini oleh gadis yang sedang tidak sadarkan diri didepannya ini.

"Argh ... Astagfi ... rullah," rintih Hana terputus putus akhirnya gadis itu mendapatkan kesadarannya. Matanya sedikit demi sedikit terbuka memandang sosok Ray dengan wajah leganya. Kemudian Hana memegang kembali perutnya yang masih belum reda.

"Saki ... it, Ray. Ini sakitnya nggak kaya biasa," adu Hana dengan airmata yang perlahan merembes ke pipi pucatnya.

"Ya Allah ... ya sudah Han, kamu minum obat yah ... sebenernya aku gak tahu jenis obat menstruasi apa yang sering kamu minum tapi aku harap obat ini bisa membantu," ujar Ray sambil membuka bungkus pil pereda nyeri haid kemudian mengambil air putih dan menyodorkan kedua benda itu kepada Hana.

Hana menerimanya dengan lemah lalu meneguk obat pereda nyeri itu dengan air.

"Makasih ya Ray. Lo ada disaat gue sakit kaya gini, mungkin gue masih pingsan kalo nggak ada lo," kata Hana dengan suara lemahnya. Gadis itu memaksakan sebuah senyuman tipis dibibirnya. Tubuhnya bersandar di sandaran sofa yang sudah usang itu.

"Sama sama, lagian apa yang aku lakuin buat kamu ini tidak ada apa-apanya dengan semua kebaikan kamu selama ini Hana. Get well soon, Oke?" balas Ray kemudian.

"Hm...." Hana bergumam menanggapi. Dia masih lemas untuk bicara banyak, gadis itu lalu memejamkan mata untuk sejenak menghilangkan rasa sakitnya.

Tapi tiba-tiba saja dia membuka matanya dan menepuk dahinya sendiri.

"Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Ray saat melihatnya. Hana menggeleng pelan.

"Bukan butuh sesuatu sih ... tapi lebih tepatnya lupa sesuatu," jawab Hana yang sepertinya sudah mendingan.

"Apa itu?"

"Gue lupa tadi kan lo abis nganterin orderan kue tuh. Duitnya mana?" tanya Hana yang sontak membuat Ray terheran-heran. Gadis unik ini ternyata memang tidak pernah lupa kalau soal uang padahal dia baru aja sadar dari pingsannya.

Ray meraba saku celana olahraganya dan mengeluarkan uang sekitar dua ratus ribuan dan menyerahkannya pada Hana.

"Kamu tidak pernah lupa ya sama uang pedahal baru saja sadar dari pingsan," kata Ray sambil menyunggingkan senyumnya.

"Yehh..., jangan salah paham dulu dong. Gue ini kan mau gantiin duit lo yang lo pakai buat beli obat ini," sergah Hana meluruskan tuduhan Ray yang secara tidak langsung menyatakan dirinya ini matre alias mata duitan.

"Tidak usah diganti, Hana," kata Ray yang tidak terlalu Hana hiraukan karena saat ini gadis itu sedang sibuk menghitung uangnya.

"Nih, gue ganti uang lo, ya. Gue nggak mau bebanin lo hanya karena kita ini temen. Lo udah banyak beban dan gue tahu itu," balas Hana pengertian.

Ray menatap gadis itu penuh haru. Disaat seperti ini Hana masih sempat-sempatnya memikirkan beban hidup orang lain yang pedahal jauh lebih ringan daripada beban hidupnya sendiri.

"Thank you so much, Han. Tapi maaf aku tidak menerima uang ganti ini. Aku tidak merasa terbebani sedikit pun karena membantu kamu. Aku ikhlas. Jadi mohon tidak perlu begini ya," tolak Ray sambil menatap Hana serius tapi penuh kelembutan di dalamnya.

Hana tersenyum saat melihat ketulusan dimata coklat milik cowok tampan bernama Ray yang merupakan teman bahkan malah seperti saudaranya sendiri selama tiga bulan lebih ini.

"Baiklah kalau begitu Mr. Alarich. Permintaanmu saya terima," ujar Hana dengan nada geli dan diselai kekehan.

"Hahaha ... sepertinya ada yang sudah sembuh ya?" sindir Ray yang langsung membuat Hana berhenti terkekeh.

"Ya dong. Gue mah anti sakit lama lama," kata Hana dengan nada arogan yang membuat Ray menggeleng sambil tersenyum miring.

Gadis ini memang aneh jika lagi datang bulan. Sedikit galak, tapi kadang perhatian banget. Lebih sensitive dan suka ngambek kadang juga suka marah-marah, pokoknya sifat Hana akan absurd kalo lagi PMS.

"Iya aku percaya Hana. Secara kamukan girls like boys jadi pasti punya tubuh yang kuat," tanggap Ray yang membuat Hana tambah sombong. Cewek itu menyampirkan hijab panjang pasmina nya ke bahu lalu melipat tangannya di depan dada.

"Ish, sombongnya. Ingat Hana, sombong itu pakaian Allah. Manusia seperti kita tidak pantas untuk memilikinya," sela Ray menasehati.

"Ah iya, Astagfirullah ... untung pak ustadz calon imam gue ingetin. Maaf ya, gue cuma bercanda kok tadi, hehe," balas Hana sambil nyengir.

"Aku? Calon imam? Ustadz? Maksudmu?" tanya Ray bingung dengan omongan absurd Hana tadi.

Hana merutuki kesalahan bicaranya. Astaghfirullah, apaan sih Han! Lo pake bilang Ray calon suami lagi. Nanti kalau doi paham dan baper gimana?

"Oh iya Ray. Tadi Tiara anaknya Bu Diana nyariin lo, tuh." Hana mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ya Allah aku hampir saja lupa. Hari ini aku janji akan mengantar laptopnya yang sudah selesai ku perbaiki," sahut Ray sambil menepuk pelan dahinya, yes! Hana berhasil mengalihkan perhatian Ray. Cowok itu berdiri lalu menatap Hana dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu sudah baikkan, kan?" tanya Ray kemudian.

"Udah sangat sangat baikan. Jangan khawatir," jawab Hana dengan senyuman khas nya.

"Ya sudah, Han, aku mau ke rumah Tiara dulu ya." Hati Hana terusik saat Ray menyebut nama Tiara, gadis centil anak ibu kost-nya itu.

Hana tahu kalo Tiara menyukai Ray sejak perkenalan mereka satu bulan yang lalu. Hati Hana mendidih mengingatnya. Tapi apa tadi? Mendidih? Yang bener aja sih, Han. Lo tuh nggak boleh suka sama si Ray!

"Ya udah sana. Udah nggak sabar kan lo ketemu Tiara," jawab Hana dengan nada kesal. Apa? Kesal? Nggak seharusnya lo kaya gitu Han.

"Why? Whats wrong with me? Dengar Hana aku menemuinya hanya untuk mengembalikan laptopnya itu saja kok," jelas Ray terdengar seperti seorang suami yang sedang membujuk istrinya yang marah karena cemburu.

"Eng ... nggak kok. Lo nggak salah tapi gue yang aneh. UDAH LO SEKARANG PERGI SANA!" ujar Hana sembari berteriak diakhir kalimatnya menegaskan pengusirannya. Ray menggaruk tekuknya yang tak gatal. Dia benar benar dibuat bingung sama sikap Hana saat ini.

Efek menstruasi apa efek yang lain ya? Pikir Ray dalam hati sebelum keluar dari tempat kost Hana.

Bersambung....

Gimana menurut kalian part ini? Komentar disini ya....

Jangan lupa tekan bintangnya juga supaya aku semangat buat Update!

Sebelum ganti part dzikir-an dulu yuk :

Subhanallah
Alhamdulillah
Wa Laailaahailallah
Wa Allahu Akbar









RAYHANA : Takdirku Bersamamu [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang