TQBM ¤ 05

5.2K 397 3
                                    

"Jangan menuntut lebih karena hidup lebih ringan jika dijalani dengan apa adanya."

-Author's note-

FOLLOW ME ON INSTAGRAM : @asyiahmuzakir
& WATTPAD : nurasyiaaaaahh

ATTENTION! SEBAIK-BAIK BACAAN HANYALAH AL-QUR'AN! MARI TETAP MENGUTAMAKAN MEMBACA AL-QUR'AN.

____

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

🤍🤍

"Hana?" panggil Ray pada gadis yang tengah menyapu lantai gudang yang akan menjadi tempat tinggal sementara untuknya.

Hana menoleh dan menatap Ray seperti orang yang sedang bertanya.

"Biarkan aku yang menyapu gudangnya, ya?" pinta Ray kasihan karena dari tadi Hana lah yang sibuk membersihkan tempat ini.

Hana menggelengkan kepalanya, "No Ray! Luka luka di tubuh lo masih belum kering. Lo masih sakit, jadi gak boleh capek dulu, oke?" tolak Hana sembari meneruskan kegiatan menyapunya.

"Aku sudah merasa lebih baik, Han."
Ray berusaha menyangkalnya.

"Shut up your mouth and just sit there," balas Hana galak seraya menunjuk kursi yang terletak disana.

Ray menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali duduk di kursi yang ditunjuk Hana. Kepedulian dan perhatian gadis itu membuat Ray teringat pada mendiang Mommy-nya. Setelah Mommy-nya meninggal Ray hampir tidak pernah lagi merasakan kasih sayang dan perhatian seperti yang Hana berikan saat ini.

Bahkan Daddy-nya tidak pernah memperhatikannya. Pria tua itu hanya peduli bisnis gelapnya dan masa depan perusahaannya. Diktator, egois, dan tidak mau mengerti perasaan Ray sebagai putra tunggalnya.

****

Hana mengusap keringat di dahi dengan ujung kerudungnya. Huft, akhirnya kegiatan sapu menyapu dan beres beres gudang selesai juga!
Tinggal pasang lampu yang lebih terang gudang itu udah bisa di huni.

Hana POV.

Finally. Semuanya beres juga. Sekarang gudang samping kost-an gue yang penuh kotoran dan tikus itu udah gue sulap jadi kamar istimewa buat pangeran Ray. Haha, apaan sih gue!

Gue mengalihkan pandangan pada Ray. Dan gue menangkap raut murung dari cowok itu, kenapa lagi si Ray ini. Gue menghampiri Ray dan duduk di sebelahnya, jangan salah kira, jarak kita berjauhan.

"Maafin gue ya. Gue cuma bisa bantu lo dengan tempat sumpek ini," gue merasa bersalah padanya karena tidak bisa memberikan tempat tinggal yang lebih layak dari gudang penyimpanan barang bekas ini.

Dia menoleh ke arah gue dan tersenyum lembut, "Tidak apa, Han. Ini sudah luar biasa. Perhatian dan kepedulianmu sangat luar biasa. You caring me more then my Daddy. Semenjak Mommy meninggal baru kali ini aku merasakan sebuah perhatian lagi. Dan perhatian kamu seperti perhatian Mommy. Terima kasih banyak, Hana," katanya tulus sambil menatap gue penuh terima kasih. Gue terharu dengernya sampe ujung mata gue terasa basah.

Segitu kurang kasih sayangkah hidupnya? Kehilangan sosok ibu memang sangat berat apalagi jika sosoknya itu penuh perhatian dan kasih sayang. Gue tau betul rasanya kehilangan figur ibu itu gimana meskipun ibu gue masih hidup tapi dari kecil dia udah ninggalin gue sama papa. Nasib gue sama Ray memang hampir sama. Dan sebenernya itulah alasan kenapa gue begitu peduli sama Ray.

RAYHANA : Takdirku Bersamamu [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang