Empat tahun kemudian..."Yeay! Daddy udah pulang!" teriak bocah bernama Muhammad Raihan Alarich, putra sulung Ray dan Hana.
Ray yang baru pulang belanja dari pasar pun menggendong Raihan dan memberian satu cup es krim kepada putranya itu.
Tiba-tiba dari arah dapur datanglah Khadija Reana Alarich, adik Raihan yang usianya hanya berjarak lima belas bulan darinya. Wajahnya sangat mirip dengan Hana, sang ibu. Hanya warna matanya yang kecoklatan, mirip ayahnya.
"Dad, aku juga mau digendong kayak Abang Rai!" pinta Reana cemburu karena mlihat saudaranya digendong oleh Daddy mereka.
"Aduh, kamu gendong sama Mommy aja ya? Pinggang Daddy encok nih," canda Ray yang langsung membuat Reana kembali ke dapur untuk mengadukan penolakan sang Daddy kepada Mommy-nya yang sedang membuat kue.
"Mom, i hate Daddy, hiks hiks!" Rea mengadu sambil menangis.
Hana memutar bola matanya, sudah seringkali menghadapi situasi Rea menangis seperti ini. "Memangnya kenapa? Daddy matahin leher Barbie kamu lagi?" tanya Hana sambil memegang bahu mungil Rea.
Rea menggeleng. "Bukan, kali ini Daddy gak mau gendong aku, hiks... Daddy cuma mau gendong Abang Rai... Huaa, hiks hiks," adunya sambil menangis kejer.
Lama-lama Hana emosi kepada Ray yang suka sekali membuat putri mereka kesal. "Ray! Sini kamu!" teriak Hana dari dapur, kali ini ia benar-benar akan memberi pelajaran kepada suami gantengnya itu.
"Apa ada sayang?" tanya Ray menghampiri Hana dengan wajah tanpa dosanya.
Dengan gregetan Hana berjinjit lalu menjewer telinga Ray sampai suaminya itu mengaduhkesakitan. "Ampun sayang, kamu kenapa sih?" tanya Ray yang belum peka juga atas kesalahannya.
"Kenapa, kenapa, ini anak kamu nangis karena kamu gak mau gendong dia, apa susahnya sih cuma gendong doang!" omel Hana dengan suara super membahana, sampai-sampai Ray menutup telinganya dengan kedua tangan.
"Huaa... Daddy gak sayang sama aku, Daddy cuma sayang sama Abang Rai, hiks, hiks," tangis Rea sambil sesenggukan.
Ray menatap putrinya itu dengan raut iba, kemudian Ray menggendongnya. "Jangan ngomong kayak gitu dong, sayang. Daddy sayang Rea juga kok, Rea adalah putri kesayangan Daddy sampai kapanpun. Jangan nangis lagi ya, sayang."
"Seriously?" tanya Rea memastikan.
"Yes, of course. Daddy tidak suka kalau Rea meragukannya," jawab Ray sambil mengelus surai putrinya.
Kemudian Ray pergi mengambil belanjaannya dari pasar tadi dan memberikannya kepada Hana.
"Ini belanjaannya, aku udah tawar dengan harga sesuai yang kamu bilang," ujar Ray sambil masih menggendong Rea.
"Uang kembaliannya mana?" tanya Hana setelah menerima belanjaan berupa sayur-mayur dari Ray.
"Aku beliin es krim buat Raihan sama aku beliin donat kesukaan Rea," jawab Ray dengan jujur.
"Ooh ya udah, aku kira uang kembaliannya enggak kamu ambil kayak kemaren."
Setelah itu Hana kembali berkutat di dapur, membuat kue kering yang akan dijualnya lewat pemesanan online. Sementara Ray melakukan tugasnya sebagai ayah untuk menemani anak-anaknya bermain sambil belajar dan tak lupa tidur siang.
*****
Malam harinya Ray dan Hana duduk berdampingan di atas loteng rumah mereka sambil ngopi dan mengobrolkan apapun. Kebiasaan itu hampir mereka lakukan setiap malam setelah anak-anak mereka tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYHANA : Takdirku Bersamamu [END√]
RomantikHana Shabila adalah seorang gadis berhijab berpenampilan nyentrik, jelas saja karena di universitasnya sangat jarang ada yang berkerudung dan memakai pakaian serba panjang sepertinya. Wajar, ia berkuliah di Bali yang mana muslim jadi minoritas. Ia h...