BAB 3 : Amarah

2.6K 2.2K 69
                                    

BAB 3 : Amarah

"Mbok Darmi lebih baik taruh dulu koper saya ke dalam kamar, terus Mbok Darmi bisa melanjutkan perkerjaan Mbok di dapur." ucap Alfito yang sedang duduk ditepi ranjang sambil membuka lembar demi lembar album foto tersebut.

"Baik Den Alfito." Mbok Darmi menurut dan akhirnya keluar dari kamar itu dengan membawa koper.

Setelah puas melihat-lihat foto tersebut, Alfito bangkit dari duduknya dan menaruh album itu ditepi ranjang dengan tas selempang miliknya. Alfito berjalan ke arah almari dan membuka almari tersebut. Sebuah senyuman terbit dengan lebar saat matanya melihat beberapa baju tertata dengan rapi didalam almari, sebuah ide gila terlintas saat melihat baju-baju milik kakaknya dan melihat bingkai foto yang terdapat di atas meja kerja sang kakak. Dengan cepat Alfito mengeluarkan semua pakaian kakaknya, dia taruh semua pakaian itu diatas ranjang. Ditutup kembali almari tersebut. Alfito mulai melilih baju milik Aldino yang sekarang berada di ranjang. Dia memilih baju secara acak, baju yang menurutnya kuno dia buang ke lantai, satu per satu baju ditempelkan ke badannya, sudah lebih dari tiga puluh potong stel pakaian yang dia tempelkan ke badannya.

"Kenapa gak ada pakaian yang cocok dengan selera ku ya, Aldino memang monoton." gerutu Alfito pada dirinya sendiri. Setelah puas membongkar almari dan pakaian milik sang kakak, Alfito mengacak-acak rak buku, beberapa buku ditaruh di atas laci dan yang lain ditaruh diatas ranjang. Setelah selesai mengobrak-abrik kamar milik sang kakak yang semula tadi rapi sekarang menjadi kapal pecah. Alfito tahu kalau kakaknya adalah pecinta kebersihan dan kerapian, tapi Alfito sengaja membuat ini semua karena dia ingin membuat prank dan membuat sang kakak marah. Alfito pikir membuat Aldino marah adalah hal yang menyenangkan, membayangkan wajah Aldino yang merah padam membuat Alfito lagi-lagi tersenyum.

•••

"Assalamualaikum calon imam." ucap Sena yang sekarang ada di depan pagar kosannya.

"Waalaikumsalam calon istri." balas Aldino yang berada didalam mobil. Setelah selesai makan malam Aldino mengatarkan Sena pulang ke kosannya, setelah mengucapkan salam Aldino segera melajukan mobilnya untuk pergi ke rumah.

Menempuh perjalanan selama dua puluh lima menit akhirnya Aldino sampai didepan gerbang rumahnya. Tin...tin...tin... Aldino membunyikan klakson mobil miliknya, tidak lama seorang Satpam datang dan membuka gerbang untuk Aldino masuk. Setelah mobil yang dikendarai nya terparkir cantik di halaman rumahnya, dengan cepat Aldino turun dari mobil dan masuk kedalam rumah. Cklekkk... Pintu utama rumah terbuka. Aldino melihat Mbok Darmi terpogoh-pogoh menghampirinya.

"Berikan saja tasnya Den." Mbok Darmi membungkuk sambil meminta tas dari putra sulung sang majikan. Aldino memberikan tas kerjanya kepada Mbok Darmi, dia berjalan sambil mengulung lengan kemejanya sampai ujung siku.

"Mbok malam ini saya tidak makan masakan Mbok ya. Tadi saya sudah makan dengan Sena. Dan ini saya mau langsung mandi dan tidur di kamar." ucap Aldino disela-sela kegiatannya mengulung lengan kemejanya. Mbok Darmi hanya menganguk mengiyakan. Tiba-tiba Mbok Darmi ingat bahwa ada hal penting yang harus dia sampaikan kepada Aldino.

"Den Aldino." panggil Mbok Darmi, sedangkan si punya nama yang sedang menaiki tangga langkah nya terhenti, kemudian menoleh kearah sumber suara.

"Ada apa Mbok?" tanya Aldino sambil menaikan sebalah alisnya. Diam Mbok Darmi hanya diam menundukan kepalanya. 'Ada yang aneh' batin Aldino.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang