BAB 32 : Trauma
Hening tidak ada pembicaraan di dalam mobil. Deru mesin mobil lah yang mengiringi perjalanan mereka. Sampai Aldino menanyakannya sesuatu hal kepada sekretarisnya.
"Berkasnya sudah kamu bawa kan?" Fikri melirik ke spion mobil, kemudian dia membuka dashboard. Seketika mata Fikri membulat lebar melihat isi dashboard mobil kosong!
"Mohon maaf Pak, berkasnya tertinggal di rumah saya," jawab Fikri setelah menutup kembali dashboard mobil, dan fokusnya kembali ke jalan raya.
"Kenapa bisa berkasnya tertinggal di rumah kamu? Apa kamu tidak cek dulu sebelum berangkat?" Aldino bertanya dengan nada tidak bersahabat. Fikri hanya bisa menghela napas, kemudian berusaha menjelaskan.
"Tadi malam saya makan pedas Pak, dan pagi tadi hingga di rumah sakit beberapa waktu lalu ... Saya terkena diare, dan tidak ingat apabila berkas itu belum saya bawa. Ini murni kecerobohan saya yang tidak mengkroscek terlebih dahulu." Fikri mengakui kesalahan yang dia perbuat.
Sena yang menyaksikan itu hanya diam, dan tidak mau ikut campur dengan urusan mereka. Sena memilih membuka tas selempang miliknya, kemudian mengeluarkan sebuah buku berwarna hijau tosca.
"Kalau begitu ambil dulu berkasnya di rumah kamu sekarang! Setelah itu kita pergi ke stasiun televisi, baru kita ke kantor!" perintah Aldino tegas. Fikri hanya mengangguk patuh. Seketika Aldino terperanjat, dia bahkan lupa belum meminta izin dari Sena soal ini, Aldino tadi berpikir Sena masih berstatus sebagai kekasihnya jadi tidak usah meminta izin dulu, untuk mampir ke rumah sang sekretaris.
Kemudian Aldino melirik ke arah jurnalis yang ada di sampingnya, Aldino mengerutkan kening saat melihat Sena dengan serius membaca sebuah buku. Yang janggal bagi Aldino saat ini adalah sepertinya dia mengenal betul buku itu, tapi buku itu milik siapa? Aldino lupa!
Merasa bahwa ada orang yang memperhatikannya, Sena akhirnya mendongak dan menatap Aldino dengan tatapan bertanya. Aldino langsung salah tingkah karena kepergok melihat Sena. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aku minta maaf, karena mengambil keputusan sepihak tadi, tanpa meminta izin serta persetujuan darimu," ujar Aldino.
"Ya!" Astaga hanya satu kata yang dikeluarkan oleh mantan kekasihnya itu, dan kini Sena telah kembali berkutat dengan buku yang ada di tangannya. Dia terlihat fokus sekali membaca buku itu, hal itu membuat Aldino penasaran dengan isi buku kecil itu.
"Ingin membacanya?" pertanyaan Sena sukses membuat Aldino membeku! Bagaimana Sena tahu isi pikirannya? Apakah dia ini bisa membaca pikiran orang? Tapi selama kurang lebih 2 tahun berpacaran bersama. Aldino tidak pernah melihat keahlian Sena yang satu ini.
"Aku tidak bisa membaca pikiran orang! Seharusnya kamu tahu itu, aku hanya menebak saja dari tadi gestur tubuhmu terlihat gusar, dan raut wajahmu sangat penasaran dengan buku ini." Sena menutup buku berwarna hijau tosca itu, kemudian dia serahkan bukunya kepada Aldino.
Aldino menerima buku itu dengan ragu, kemudian membuka buku itu di halaman yang tadi sempat Sena lipat, sebelum menutup bukunya. Aldino terkejut saat tahu bahwa buku yang dia pegang saat ini adalah milik Alfito Aditama.
Jakarta, 10 Maret 2000.
Kata ayah. Aku ini anak pintar, jadi aku tidak harus menetap di rumah dan harus keluar! Supaya bisa mengasah kemampuan diriku di luar sana. Hari ini adalah hari jumat menjadi hari terakhir diriku disini bersama keluarga, karena nanti sore Om Erik akan menjemput diriku dan membawaku ke New York, Amerika Serikat.
Aku tidak tahu dimana New York itu berada, tapi kata ayah di sana adalah tempat yang indah, dan aku bisa belajar banyak di sana, akan tetapi aku heran kenapa hanya aku yang harus ke sana? Mengapa Bang Aldino tidak? Jujur aku bingung, saat aku bertanya kepada ayah kenapa Bang Aldino tidak ikut. Ayah menjawab 'Bang Aldino tidak ikut karena ada sesuatu hal' bukannya mengerti, aku malah tambah bingung. Saat aku merasa bingung, ayah menampilkan senyuman terbaiknya dan itu membuat hatiku sedikit senang. Walaupun sebenarnya ada kebingungan yang masih mengganjal dibenak ku, tapi biarlah. Jika hal ini membuat ayah senang? Kenapa tidak aku turuti saja keinginannya pergi ke New York, Amerika Serikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Asmara
RomanceAldino Aditama dan Sena Agustin telah berpacaran selama 2 tahun, sayang cinta mereka harus kandas karena Alfito Aditama sang adik sekaligus kembaran dari Aldino ini baru saja pulang dari New York, Amerika Serikat. Tapi sayang setelah pertengkaran he...