BAB 41 : Tulus

262 243 45
                                    

BAB 41 : Tulus

Rumah sakit yang ada di kota Yogyakarta belum mempunyai fasilitas yang lengkap, terpaksa malam itu Aldino langsung saja memesan tiket pesawat untuk pulang ke Jakarta.

Pagi ini mereka telah ada di Rumah Sakit Cahaya Kasih, tempat dimana Alfito selama ini menjalani pengobatan dan juga terapi. Dokter Toni dan para perawat masih ada di dalam untuk memeriksa keadaan arsitek itu.

Sedari tadi pengacara kondang itu terus mondar-mandir di depan pintu, kemudian Sena yang berdiri gelisah sambil sesekali menggigiti kukunya, pertanda bahwa dia takut akan keadaan Alfito.

Berbeda dengan mereka justru Mbok Darmi asisten rumah tangga keluarga Aditama ini duduk termenung di kursi tunggu, pikirannya berkecamuk kemana-mana.

"Bagaimana keadaan Alfito?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Ayu Aditama. Dia baru saja datang bersama dengan Fikri, karena Fikri lah yang menjemput dia dari klinik hewan.

Aldino berhenti mondar-mandir, dia menatap sang bunda sendu.

"Kami belum tahu, Dokter Toni dan para perawat masih di dalam," jawab Aldino. Dia mencoba tenang walaupun sebenarnya dia begitu khawatir dengan keadaan kembarannya itu.

"Semoga dia baik-baik saja di dalam," mohon Ayu.

"Iya, semoga dia baik-baik saja," sahut seseorang dari balik punggung Ayu Aditama. Segera saja dia berbalik untuk melihat siapa gerangan orang itu dan ternyata dia adalah Andi Aditama yang baru saja kembali dari toilet.

"Ternyata kamu datang juga, aku kira masih sibuk dengan setumpuk skripsi mahasiswa di mejamu!" Sinis Ayu, sedangkan Andi mendengus kasar.

"Tentu saja aku datang, walaupun aku sesibuk apapun. Aku tetap meluangkan waktu terhadap putraku, lagi pula aku tidak pernah main fisik kepada para putraku!" Balas Andi sarkastik. Merasa tersindir akhirnya Ayu membantah.

"Aku tahu jika aku bersalah di masa lalu, lagi pula aku sudah meminta maaf kepada kalian beberapa hari yang lalu atas perbuatan ku, dan kalian bilang kalian sudah memaafkan ku, kemudian apabila Alfito sudah sembuh aku harus meminta maaf kepadanya. Tentu saja aku akan melakukannya, lalu kenapa sekarang kamu mengungkitnya?" Ayu seakan tidak terkendali, amanahnya meluap-luap. Mbok Darmi bangkit dari duduknya, dia mencoba menenangkan majikannya namun sayang Ayu seakan tuli, dan melanjutkan ucapannya.

"Dulu aku melakukan kekerasan fisik juga karena dirimu!" tunjuk Ayu kepada Andi.

"Apa karena diriku?" Andi malah menunjuk dirinya sendiri, kemudian terkekeh pelan.

"Yang benar saja... " lanjut Andi.

Aldino muak dengan adu mulut yang orang tuanya lakukan, dia langsung saja melerai mereka dan menyuruh mereka untuk diam.

"CUKUP! Sudah cukup. Ini rumah sakit, banyak orang sakit disini," ucap Aldino.

Cklekkk ... Pintu ruangan pemeriksaan Alfito terbuka dari dalam.

"Bagaimana keadaan putra bungsu saya?" Andi langsung bertanya kepada Dokter Toni, saat dia dan 2 orang perawat baru saja keluar dari ruangan pemeriksaan Alfito.

"Dia telah sadar, dan ternyata setelah kami melakukan Rontgen kepala, kemudian dilanjutkan dengan CT scan... " Dokter Toni menjeda ucapannya, hal itu membuat semua orang penasaran.

"Pasien mengalami pendarahan di otak, atau brain haemorrhage ini merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan otak." Penjelasan yang Dokter Toni berikan membuat semua orang terkejut.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang