BAB 7 : Kenyataan Pahit

2.2K 2K 33
                                    

BAB 7 : Kenyataan Pahit

"Maaf Pak tapi anak saya Alfito sekarang ada di New York, Amerika Serikat. Jadi mana mungkin dia kecelakaan." Andi berusaha mengelak apa yang polisi itu ucapkan.

"Anak Pak Andi mengalami kecelakaan tadi malam pukul 23.30 WIB. Di jalan dan hampir masuk ke dalam jurang, sekarang anak anda sedang dirawat di Rumah Sakit Cahaya Kasih." Polisi tersebut terus memberikan penjelasan kepada Andi bahwa putra bungsunya benar-benar telah mengalami kecelakaan. Lagi-lagi Andi masih tidak percaya dengan penuturan dari polisi tersebut, dia tidak terima kalau anaknya mengalami kecelakaan karena Alfito itu masih ada diluar negeri.

Sedangkan Aldino yang sedari tadi diam akhirnya mau tidak mau suka dan tidak suka, dia harus menjelaskan apa yang telah terjadi kemarin malam kepada orang tuanya, khususnya kepada Ayahnya. Dengan langkah pelan tapi pasti Aldino berjalan menuju pintu utama untuk menghampiri orang tuanya serta polisi yang berada didepan.

"Tidak mungkin Pak, anda pasti salah orang. Anak saya tidak mungkin kecelakaan." ujar Andi dengan tersenyum sinis. Sedangkan polisi tersebut hanya menghempuskan napas pelan. Saat polisi tersebut ingin menjelaskan kronologi kecelakaan yang menimpa Alfito Aditama, tiba-tiba Aldino sudah mengucapkan kalimat yang benar-benar membuat Andi sang ayah terkejut.

"Apa yang dikatakan oleh polisi itu benar. Alfito mengalami kecelakaan karena kemarin dia telah pulang ke rumah." Andi yang mendegar ucapkan dari putra sulungnya langsung emosi. Polisi pamit untuk pergi dari kediaman Aditama. Setelah polisi benar-benar pergi kini saatnya Andi Aditama bertindak untuk mengintrogasi anaknya.

"Apa maksudmu Aldino?" tanya Andi dengan nada mengintrogasi, pria berusia 49 tahun yang berprofesi sebagai seorang Dosen disalah satu kampus swasta yang berada di Jakarta ini sangat menyayangi putra bungsunya jadi jelas saja dia terkejut saat Aldino membenarkan perkataan polisi tadi.

Diam itulah yang sekarang Aldino Aditama lakukan, mulutnya serasa di kunci dengan rapat dan kuncinya sudah dibuang entah kemana, dia bungkam seribu bahasa.

"Jawab Aldino!" perintah Andi tegas. Mbok Darmi yang berada di lantai atas langsung turun kebawah karena mendengar suara bentakan dari majikannya. Sedangkan Aldino menghela napas pelan sebelum menjawab pertanyaan sang ayah.

"Sebenarnya kemarin aku juga terkejut karena Alfito pulang ke rumah ini," jawab Aldino sambil menerawang kejadian kemarin malam saat Mbok Darmi memberi tahu kabar kalau adiknya itu telah kembali dari New York, Amerika Serikat.

"Apa? Bagaimana dia bisa pulang dan kenapa dia tidak mengabari kami sebagai orang tuanya." kini Ayu Aditama atau sang bunda lah yang membuka suara, perempuan berdarah asli Jawa Tengah yang kini berusia 47 tahun dia berprofesi sebagai seorang Dokter Hewan dan dia juga membuka klinik di Jakarta.

"Alfito sedang cuti bekerja dan dia pulang tanpa mengabari kita karena ingin membuat kejutan untuk kita semua," jawab Aldino dengan apa adanya.

"Ini masih sangat sulit untuk dipercaya. Jangan mentang-mentang kamu seorang Pengacara kamu bisa membodohi ayah ya." cerca Andi sedikit menaikan nada bicaranya.

"Kalau ayah tidak percaya, ayah bisa langsung tanya kepada Mbok Darmi," ujar Aldino karena dia pikir sang ayah masih mengangap dirinya berbohong. Kini padangan Andi Aditama beralih kepada asisten rumah tangganya yang sedari tadi menjadi pendengar yang baik dibelakang putra sulungnya.

"Apa benar itu Darmi?" tanya Andi dengan nada angkuh, sedangkan orang yang ditanya hanya bisa menganguk tanda bahwa apa yang dikatakan oleh Aldino itu memang benar. Andi menguyar rambutnya kasar, sedangkan Ayu hanya bisa diam dan menenangkan suaminya yang sedang dilanda emosi.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang