BAB 17 : Kasihan
Cklekkk... Pintu terbuka dari luar, Sena masuk ke rumah kosannya dengan langkah gontai, rasa lelah menyerang dirinya, dia butuh istirahat sekarang juga.
"Lho Sena, kamu sudah pulang?" tiba-tiba Sukma keluar dari kamar mandi, sambil membenarkan lilitan handuk yang ada di kepalanya. Sena terkejut dan membelalakkan matanya saat melihat Sukma yang tengah tersenyum.
Setelah seper kian detik, Sena tersadar dan membalas senyuman Sukma dengan seulas senyum tipis.
"Gimana liputannya hari ini?" Sukma mengikuti Sena yang duduk di sofa depan televisi.
"Alhamdulillah lancar," jawab Sena, dia segera mengambil remote televisi yang tergeletak di meja, dan segera menyalakan televisi yang ada di depannya. Sukma melepas lilitan handuk di kepalanya, rambut hitam panjang terurai dengan sangat indah saat Sukma melepaskan handuk itu.
Sena menonton acara berita yang menyangkan kecelakaan mobil, tapi seketika Sena teringat sesuatu dan ini berkaitan dengan orang yang sedang duduk di sampingnya.
"Sukma, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Sena hati-hati. Sukma yang masih berusaha mengeringkan rambutnya dengan handuk hanya menganggukkan kepala pelan sebagai jawaban.
"Bagaimana keadaan pasien yang mengalami kecelakaan, dan sudah terbaring koma selama 2 bulan itu?" seketika gerakan Sukma yang tengah mengeringkan rambut dengan handuk langsung berhenti, dia meletakan handuk itu pada sandaran sofa. Terlihat wajah Sena yang tampak sekali penasaran menanti jawaban Sukma.
"Hari ini dia telah sadar," jawab Sukma pelan. Seketika raut wajah Sena terkejut antara bahagia dan tidak percaya atas jawaban yang Sukma berikan. Bagaimana bisa orang yang telah koma selama 2 bulan akhirnya sadar, ini pasti keajaiban dari Tuhan.
"Pasti keluarganya sangat senang," pekik Sena tanpa sadar, dirinya terlalu senang mendengar jawaban dari temannya yang berprofesi sebagai perawat ini. Sukma hanya mengulas senyum tipis, dia enggan bercerita terus terang kepada jurnalis satu itu, Sukma juga berpikir bahwa itu bukan kewajiban dirinya untuk mengatakan keadaan orang itu kepada Sena, akan tetapi Aldino lah yang berhak memberitahu Sena semua rahasia yang telah dirinya simpan selama 2 bulan bersama pengacara kondang itu. Di dalam hati kecil milik Sukma dia merasa kasihan kepada Sena, karena selama ini dia telah dibohongi habis-habisan oleh Aldino Aditama. Sikap Aldino yang manis itu hanyalah topeng untuk menutupi segala rahasia miliknya.
•••
Melamun hanya itu yang dilakukan Aldino selama 36 menit, duduk di bawah pohon yang ada di taman belakang rumah sakit tempat dimana Alfito dirawat saat ini.
Memang raganya ada disini, akan tetapi pikirannya melayang kemana-mana, Aldino benar-benar tidak siap untuk kehilangan Sena. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia tega membiarkan sang adik terus menerus mencari Sena? Dan tentu saja jawabannya adalah tidak! Sebenarnya Aldino mau saja mengajak Sena untuk bertemu dengan Alfito, tapi Aldino terlalu takut apabila Sena akan membencinya setelah dia bercerita tentang kembarannya itu. Aldino dilema.
"Den Aldino." sebuah suara berhasil mengembalikan dirinya ke alam sadar. Aldino tersentak kaget lalu menoleh ke arah kiri, terdapat Mbok Darmi yang sedang tersenyum tulus kepadanya. Tanpa diminta wanita paruh baya itu langsung duduk di samping pengacara kondang itu.
"Kenapa Den Aldino duduk sendirian disini?" tanya Mbok Darmi sambil menatap hamparan rumput hijau di depannya. Diam tidak ada jawaban yang diberikan oleh anak majikannya itu, Mbok Darmi menghela napas pelan.
"Sebetulnya Mbok Darmi merasa terkejut saat melihat album foto milik Den Aldino, ada di dalam tasnya Den Alfito." terang Mbok Darmi, reflek Aldino langsung menatap asisten rumah tangganya itu. Merasa putra sulung dari keluarga Aditama ini tertarik dengan topik pembicaraan yang dia katakan, akhirnya Mbok Darmi melanjutkannya.
"Sebelum Den Aldino pulang ke rumah, Den Alfito sempat masuk ke dalam kamar milik Den Aldino, Mbok Darmi melihat raut wajah Den Alfito yang memancarkan kesedihan ketika menemukan foto Den Aldino wisuda." Mbok Darmi mulai bercerita, dia menerawang kejadian waktu itu. Aldino tetap diam untuk menjadi pendengar yang baik.
"Waktu itu tidak sengaja Den Alfito membuka laci meja kerja milik Den Aldino, dan Den Alfito menemukan album foto itu." Aldino semakin penasaran, dia pun merubah posisi duduknya benar-benar ke arah samping menghadap Mbok Darmi, sedangkan asisten rumah tangganya itu masih tetap pada posisinya dia tetap memandang lurus ke depan, sambil menikmati angin sepoi-sepoi.
"Den Alfito bertanya apakah wanita yang ada di dalam foto itu adalah pacar Den Aldino? Waktu itu Mbok Darmi menjawab iya. Kemudian Mbok juga bilang bahwa namanya Sena Agustin."
"Lalu apa yang terjadi?" Aldino membuka suara, dia sudah tidak sabar mendengar kelanjutan cerita dari Mbok Darmi. Sekilas asisten rumah tangga itu melihat anak sang majikan, lalu kembali melihat hamparan rumput.
"Setelah itu Mbok Darmi disuruh keluar oleh Den Alfito, dan waktu itu Den Aldino pulang, kalian terlibat pertengkaran, tapi Mbok Darmi tidak bisa melerai dan berakhir Den Alfito pergi dari rumah," jawab Mbok Darmi lugas. Dia mengatakan yang sejujurnya dan tidak ada yang dirinya tutup-tutupi.
Aldino menghela napas kasar, dia memijit pelipisnya pelan. Mbok Darmi senantiasa melihat orang yang berlalu lalang di depannya dengan ekspresi yang berbeda-beda.
"Tapi sebelum Den Alfito pergi, Mbok Darmi sempat melihat dia memasukan sebuah benda ke dalam tasnya, dan Mbok Darmi yakin yang dia masukan itu adalah album foto milik Den Aldino," lanjut Mbok Darmi. Aldino tersentak dirinya melihat Mbok Darmi dengan ekspresi yang sulit sekali diartikan.
"Mbok Darmi juga heran kenapa Den Alfito bisa mengingat Nona Sena. Tapi sekarang Mbok Darmi tahu alasannya, mungkin karena Nona Sena itu orang baik ya Den," perkataan Mbok Darmi membuat dadanya sesak, ingin sekali Aldino menyangkal tapi dirinya memilih bungkam.
"Apa tidak sebaiknya Den Aldino membawa Nona Sena kemari?" tanya Mbok Darmi. Aldino menggelengkan kepalanya pelan, pertanda dia menolak usul dari asisten rumah tangganya itu.
"Kenapa Den Aldino menolak? Kalau Den Aldino membawanya kemari, pasti Den Alfito akan cepat sembuh dari amnesia yang dia alami," bujuk Mbok Darmi, sebenarnya alasan Mbok Darmi datang menemui Den Aldino karena usul majikannya Tuan Andi. Beliau meminta Mbok Darmi untuk membujuk putra sulung sang majikan, supaya mau mengajak Nona Sena bertemu dengan Den Alfito. Awalnya Mbok Darmi menolak tapi akibat desakan dari Nyonya Ayu akhirnya Mbok Darmi mengalah dan dia setuju untuk mencoba membujuk Den Aldino.
Tapi dia tidak boleh menyerah karena penolakan yang diberikan oleh Den Aldino, dia harus tetap membujuk Den Aldino supaya membawa Nona Sena kemari, demi kesembuhan Den Alfito.
"Ayolah Den Aldino, membawa Nona Sena kemari apa salahnya?" Mbok Darmi tidak patah semangat dia terus mencoba untuk membujuk pengacara kondang itu.
"Saya tidak bisa membawa Sena kesini. Mbok Darmi tentu tahu alasan utama saya tidak mau membawa dia kemari kan?" reflek Mbok Darmi mengangguk. Tapi dengan cepat Mbok Darmi berucap.
"Tapi apa salahnya berkata jujur kepada Nona Sena bahwa Den Aldino sebenarnya mempunyai saudara kembar?" tukas Mbok Darmi. Aldino tersenyum ironi.
"Saya belum siap untuk kehilangan Sena," gumam Aldino pelan, sekarang Mbok Darmi hanya diam menatap iba kepada anak sulung sang majikan, tapi dirinya juga merasa kasihan kepada Den Alfito yang notabennya mengalami amnesia. Sekarang Mbok Darmi harus memihak kepada siapa?
•••
TBCYes BAB 17 akhirnya Publis. 😄
Gimana nih pendapat kalian tentang BAB ini? 🤔
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak seperti Vote 🌟 dan komentar. 📝
Dan bagikan cerita ini kepada semua teman kalian ya. 💌
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pembaca cerita ini. 🤗
Follow akun:
diahyah70
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Asmara
RomanceAldino Aditama dan Sena Agustin telah berpacaran selama 2 tahun, sayang cinta mereka harus kandas karena Alfito Aditama sang adik sekaligus kembaran dari Aldino ini baru saja pulang dari New York, Amerika Serikat. Tapi sayang setelah pertengkaran he...