BAB 16 : Amnesia
Dokter Toni dan keluarga Aditama, serta Mbok Darmi langsung masuk ke dalam ruangan Alfito Aditama. Segera Dokter Toni memeriksa keadaan pasien.
Alfito mengerjapkan matanya beberapa kali, dan melihat Dokter Toni yang sedang sibuk memeriksa keadaannya. Dia melihat sekeliling ada banyak orang yang ada di ruangan ini.
"Alfito kamu sudah sadar nak?" Andi sangat bersyukur karena Tuhan telah mengabulkan doa-doa dirinya selama ini.
"Dimana Sena?" itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Alfito. Diam tidak ada yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pria berusia 30 tahun itu. Dan yang terdengar sekarang adalah isikan tangis dari Ayu Aditama.
"Kenapa diam? Dan siapa itu Alfito?" tanya Alfito kepada semua orang yang berada dalam ruangan ini, semua diam dan lagi-lagi tangis Ayu semakin pecah saat melihat sang putra bungsu kebingungan.
"Apa yang terjadi dengan Alfito?" kini Andi membuka suara, Dokter Toni menghela napas pelan.
"Alfito mengalami Amnesia Disosiatif, amnesia jenis ini merupakan kondisi ketika pengidap tidak mampu untuk mengingat berbagai informasi pribadi yang bahkan dinilai sangat penting. Pengidap amnesia jenis ini bisa saja lupa siapa nama dan segala hal yang erat kaitannya dengan pribadinya. Dan seperti yang kita ketahui bahwa dua bulan lalu Alfito juga sempat mengalami kecelakaan dan itu bisa mengakibatkan trauma pada kepalanya." Sontak saja seluruh keluarga Aditama terkejut atas jawaban yang telah diberikan oleh Dokter Toni. Tidak terkecuali Mbok Darmi yang sampai membekap mulut dengan kedua tangan miliknya.
"Dimana Sena?" belum juga reda keterkejutan mereka, sekarang Alfito kembali menanyakan keberadaan Sena? Apa mereka tidak salah dengar?
"Siapa Sena?" tanya Dokter Toni kepada Alfito.
"Dia pacarku," jawab Alfito mantap. Aldino yang sedari tadi diam berdiri dibalik punggung sang ayah terkejut atas jawaban yang diberikan oleh adiknya itu. Apa dia bilang? Sena itu pacarnya? Bukan hanya Aldino yang terkejut melainkan Sukma juga membelalakkan matanya lebar, terlihat jelas bahwa dia sama terkejutnya dengan sang pengacara kondang itu.
"Apa ada hal yang kamu ingat tentang dia? Bagaimana bisa kamu bilang bahwa dia adalah pacarmu?" kini Dokter Toni mencoba memancing daya ingat milik Alfito.
"Aku ingat! Aku mempunyai sebuah album foto berwarna hitam, dan aku taruh di dalam tas." Dokter Toni melirik ke depan menatap Sukma yang sedari tadi diam seperti patung. Seakan mengerti akan tatapan dari Dokter Toni, Sukma segera beranjak dan mengambil sebuah tas yang tidak jauh dari brangkar yang sekarang ditempati oleh Alfito. Sukma memberikan tas itu kepada pemiliknya.
Dengan tidak sabaran Alfito langsung membuka tas tersebut, dan mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi dan berwarna hitam. Aldino yang mengintip dibalik punggung sang ayah membelalakkan matanya lebar, seolah tidak percaya apa yang baru saja dirinya lihat saat ini. Album itu, album foto itu adalah miliknya! Lalu bagaimana bisa album itu berada ditangan adiknya. Apa yang sebenarnya terjadi? Tapi tunggu sebelum Alfito pergi dari rumah, bukankah dirinya sempat memasukan sesuatu benda ke dalam tas, atau jangan-jangan album foto itu yang dibawa oleh kembarannya?
"Ini dia yang namanya Sena Agustin, dia adalah pacarku." tunjuk Alfito pada sebuah foto yang memang ada wajah Sena sedang tersenyum ceria ke arah kamera. Dokter Toni hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, tapi berbeda dengan Sukma yang membekap mulutnya seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini, lalu Andi dan Ayu Aditama mereka saling tatap dengan pandangan yang sulit diartikan, kemudian Mbok Darmi yang diam karena terlalu terkejut melihat kejadian-kejadian yang benar-benar tidak bisa dirinya tebak, dan untuk Aldino Aditama sang pemilik album foto itu hanya menghela napas pelan, sambil memijit pelipisnya.
"Lalu apa kamu ingat siapa dirimu?" tanya Dokter Toni, setelah Alfito menutup album foto tersebut. Alfito terlihat kebingungan, dia memegang kepalanya dengan kedua tangan, rasanya sakit saat dia mencoba mengingat tentang dirinya sendiri. Alfito sampai menjambak rambut gondrong keriting berwarna hitam miliknya dengan sangat kuat dan kencang. Akh... Bahkan Alfito sampai mengerang karena masih memaksakan ingatannya. Melihat Alfito yang tampak kesakitan tangis Ayu kembali pecah dia menangis meraung-raung di dada bidang milik Andi Aditama sang suami.
Melihat kondisi Alfito yang seperti ini akhirnya seluruh keluarga Aditama termasuk Mbok Darmi terpaksa keluar dari ruangan tersebut, sekarang ini tinggal Dokter Toni dan Sukma. Tidak ada cara lain segera Sukma mengambil sebuah jarum suntik lalu dia berikan jarum suntik itu kepada Dokter Toni, dengan cepat Dokter Toni segera menyuntikkan obat penenang kepada Alfito. Tidak berselang lama obat itu mulai menampakan reaksinya, Alfito sedikit demi sedikit berangsur-angsur tenang dan akhirnya tertidur pulas.
Dokter Toni menghela napas dalam-dalam, begitupun dengan Sukma. Mereka akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Blammm... Pintu sudah ditutup oleh Sukma, semua orang yang ada di luar serempak berdiri.
"Bagaimana kondisi putra bungsu saya?" tanya Ayu sekarang ini matanya tampak sembab karena dirinya banyak mengeluarkan air mata hari ini.
"Sekarang ini pasien sedang tertidur, karena tadi saya telah menyuntikkan obat penenang. Tapi saya harap Bapak dan Ibu bisa membawa orang yang bernama Sena itu untuk membantu penyembuhan pasien, mungkin dengan adanya orang itu bisa mengembalikan ingatan milik pasien," jawab Dokter Toni apa adanya, setelah mengatakan itu dirinya dan Sukma segera pergi.
Andi Aditama menghembuskan napas panjang, dia melirik sekilas putra sulungnya yang tampak kacau di sebrang bersama Mbok Darmi asisten rumah tangganya. Andi berjalan pelan menuju tempat Aldino berdiri saat ini, tatapan pengacara itu kosong. Andi menepuk bahu Aldino pelan, tapi tidak ada respon dari putranya itu, Aldino tetap diam.
"Tolong bawa Sena kesini," ucap Andi memelas, reflek Aldino menatap ayahnya dengan pandangan yang sulit diartikan, seketika sebuah senyum miring tercetak di bibirnya.
Aldino menepis tangan sang ayah yang sedari tadi bertengger manis di bahunya, Andi tersentak karena perlakuan sang putra sulungnya.
"Aku tidak akan pernah membawa Sena kesini." dengan lantang dan tegas Aldino mengatakan itu, Ayu yang sedari tadi diam menyaksikan, kini turun tangan dengan menghampiri Aldino.
"Bunda mohon ajak Sena kesini, untuk menyembuhkan adikmu." lirih dan pelan, suara Ayu benar-benar habis karena telah menangis dengan sangat kencang. Aldino tetap menolak dengan menggelengkan kepalanya sebagai pertanda, tidak ingin berlama-lama disini, akhirnya Aldino memutuskan pergi ke taman belakang. Mungkin di sana pikirannya akan kembali jernih.
Ayu kembali menangis pilu karena Aldino menolak mentah-mentah untuk mengajak Sena kesini. Hati Ayu sakit seperti ditusuk oleh seribu duri. Sedangkan Mbok Darmi hanya bisa diam menyaksikan apa yang telah terjadi kepada keluarga Aditama, dia prihatin atas apa yang tengah terjadi dalam keluarga sang majikan. Mbok Darmi ingin sekali membantu, tapi apalah daya dirinya hanya assisten rumah tangga, dan yang bisa dia lakukan adalah memanjatkan doa kepada Maha Pencipta supaya masalah dalam keluarga Aditama cepat selesai.
•••
Yuhuhuhu hore BAB 16 akhirnya publis juga... 😍
Jangan lupa untuk vote cerita ini ya... 🌟
Kalau ada kritik dan saran bisa langsung tulis di kolom komentar... 📝
Bagikan cerita ini kepada semua teman kalian... 💌
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pembaca, vote, dan komentar pada cerita ini. 😊
Follow akun:
diahyah70
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Asmara
RomanceAldino Aditama dan Sena Agustin telah berpacaran selama 2 tahun, sayang cinta mereka harus kandas karena Alfito Aditama sang adik sekaligus kembaran dari Aldino ini baru saja pulang dari New York, Amerika Serikat. Tapi sayang setelah pertengkaran he...