BAB 14 : Gelisah

1.5K 1.3K 42
                                    

BAB 14 : Gelisah

Perasaan bahagia kini menyelimuti diri seorang Aldino Aditama, kini dia sedang mengendarai mobil sedan miliknya menuju ke rumah Sena Agustin. Menempuh perjalanan sekitar 15 menit dari tempat konferensi pers menuju kosan milik kekasihnya itu. Aldino segera memarkirkan kendaraannya itu di pinggir gerbang kosan Sena, dan ketika mobilnya sudah terparkir dengan cantik, Aldino membuka gerbang dan lekas masuk kedalam.

Tok...Tok...Tok.... Aldino mengetuk pintu rumah kosan Sena. Tidak sabar rasanya dia akan mengajak Sena untuk berkencan, setelah satu minggu ini dirinya disibukkan dengan kasus anak konglomerat itu, dan ternyata perjuangan dirinya tidak sia-sia, Aldino berhasil memenangkan kasus tersebut.

Ceklekkk... Pintu terbuka, terlihat Sena Agustin sedang tersenyum melihat kehadiran dirinya, walaupun sekarang ini Sena hanya memakai kaos polos berwarna kuning, celana jins pendek selutut berwarna biru dongker, memakai sandal jepit, kemudian tidak ada riasan di wajahnya, dan rambutnya yang hanya dikuncir asal, itu semua tidak masalah bagi Aldino, karena bagi dirinya kekasihnya ini tetap cantik dan menawan.

"Assalamu'alaikum Calon Istri." Aldino mengucapkan salam, setelah menelisik penampilan Sena tadi.

"Waalaikumsalam Aldino Aditama sang pengacara kondang yang dermawan." Sena membalas, dan dirinya membuka pintu lebar, kemudian mempersilahkan Aldino untuk masuk kedalam, tanpa sungkan Aldino lekas masuk dan melihat setiap dekorasi yang ada didalam. Tapi tiba-tiba mata elang milik Aldino tidak sengaja melihat Sukma yang sekarang ada di sofa depan televisi. Pikiran negatif kembali muncul dibenak Aldino. Memori kejadian satu minggu lalu, saat dirinya membuat sebuah perjanjian dengan Sukma untuk merahasiakan sesuatu kepada Sena. Apakah Sukma telah memberitahu Sena? Tapi tunggu, jika memang Sukma telah memberitahu hal itu kepada belahan jiwanya, mana mungkin tadi Sena bersikap hangat kepadanya.

"Kenapa melamun?" tanya Sena. Aldino terkejut dan akhirnya berdeham pelan.

"Enggak, aku gak melamun cuma lihat-lihat interior disini ternyata tidak berubah selama satu minggu aku gak kesini." alibi Aldino, Sena hanya mengangguk-angguk kepalanya dirinya percaya saja dengan jawaban yang Aldino berikan.

"Kamu kok kesini, memangnya gak ada jadwal lagi ya, setelah konferensi pers tadi?" tanya Sena, Aldino tersenyum mempertontonkan deretan gigi putih bersihnya itu kepada Sena.

"Ada. Tapi nanti pukul 17.00 Waktu Indonesia Barat. Nah ini kan masih ada sisa waktu beberapa jam, gimana kalau kita kencan." ajak Aldino antusias. Awalnya Sena tersenyum senang, tapi seketika senyum itu langsung pudar begitu saja.

"Kamu kenapa?" tanya Aldino, dirinya peka akan perubahan mimik muka sang kekasih pujaannya.

"Sebenarnya aku mau-mau aja kencan sama kamu, tapi tadi pagi aku dan Sukma sudah janji gak keluar rumah hari ini. Jadi maaf ya," jawab Sena tampak tidak enak hati menolak ajakan pengacara kondang satu ini. Aldino hanya tersenyum samar, sebenarnya ada sedikit rasa kecewa di hatinya tapi dirinya mencoba untuk menutupi hal tersebut dengan tersenyum, supaya Sena tidak merasa bersalah. Lagi pula dirinya kemari juga tanpa memberitahu Sena terlebih dahulu, dan main datang tanpa diundang.

"Kamu gak marah kan?" cicit Sena, sambil menundukkan kepala melihat lantai berwarna putih yang dia pijak. Aldino lagi-lagi tersenyum, dan tiba-tiba menarik Sena lalu memeluknya. Sena sontak terkejut menerima perlakuan dari Aldino.

"Aku tidak marah sayang," ucap Aldino pelan, sambil mempererat pelukan mereka. Sena tersenyum mendengarnya, Aldino memang sangat pengertian terhadap dirinya. Sena melepaskan pelukan Aldino, dirinya melihat Aldino yang masih saja menampilkan sebuah senyum menawan kepadanya.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang