BAB 5 : Pergi

2.4K 2.1K 37
                                    

BAB 5 : Pergi

Suasana hening hanya terdengar suara dari televisi yang menyala menayangkan acara politik. Sena yang sedari tadi berdiri akhirnya duduk di sofa. Sena melihat kearah samping terlihat perempuan berambut hitam panjang sedang fokus kearah televisi.

"Sejak kapan kamu suka politik?" tanya Sena. Sedangkan orang yang ditanya hanya melihat sekilas kearah Sena kemudian kembali fokus ke layar televisi. Merasa terabaikan Sena memperbaiki posisi duduknya.

"Kamu marah ya?" lagi Sena kembali bertanya. Tapi nihil masih tidak ada sahutan dari perempuan tersebut. Sena pasrah dan akhirnya ikut menonton televisi dalam keheningan. Empat menit berlalu dengan sangat lambat dan akhirnya orang tersebut mau berbicara.

"Ya aku marah," jawabnya dengan mimik wajah yang cemberut. Dia menatap tajam kearah Sena. Sedangkan Sena hanya tersenyum kecil melihat tingkah orang tersebut.

"Yasudah aku minta maaf deh." ucap Sena dengan memelas. Orang itu hanya menatap Sena datar. Sukma Ayu Ningtias namanya atau yang akrab disapa Sukma di usianya yang sudah menginjak 28 tahun ini dia berprofesi sebagai seorang perawat disalah satu Rumah Sakit Swasta di Jakarta. Sukma telah berteman dengan Sena sudah 3 tahun lalu. Mereka berteman dan tinggal bersama dalam satu tempat kosan.

"Sukma." panggil Sena karena tidak ada jawaban dari temannya tersebut. Sena tahu dia salah karena tadi pagi sebelum berangkat bekerja dia sempat berjanji kepada Sukma kalau dia akan makan malam dengan Mi Instan di rumah bersama Sukma, tapi sayang gara-gara Aldino semua itu jadi kandas dan sekarang Sukma marah kepadanya.

Akan sangat susah membujuk Sukma untuk memaafkan dirinya, pasalnya Sukma adalah orang yang keras kepala jadi Sena harus ekstra sabar untuk bisa meminta maaf kepada temannya itu.

"Sukma, aku tahu kalau aku ini salah. Maka dari itu aku minta maaf, aku gak tahu kalau Aldino akan mengajak ku untuk makan malam bersama dengannya." papar Sena jujur. Sukma mengecilkan volume suara televisi yang sebelumnya 29 kini menjadi 12.

"Aku gak marah kok kalau Aldino mengajak kamu untuk makan malam bersama, aku tahu kalau kalian itu berpacaran." Ucap Sukma dengan lirih kepada Sena. Sukma adalah salah satu orang yang tahu perihal Sena dan Aldino berpacaran.

"Lalu kenapa kamu marah?" tanya Sena sambil mengerutkan kening bingung.

"Kamu itu seharusnya memberi kabar sama aku kalau kamu gak bisa makan malam sama aku," jawab Sukma dengan mengerutu kesal. Lagi-lagi Sena tersenyum menangapi hal tersebut.

"Iya maaf, tadi ponsel ku mati. Aku lupa tidak membawa powerbank." ucap Sena dengan apa adanya.

"Yasudah aku maafkan tapi aku masih kecewa sama kamu. Jadi sekarang lebih baik kamu pergi dari sini aku lagi mau fokus menonton televisi." papar Sukma dengan lugas tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Tanpa membantah akhirnya Sena segera bangit dari duduknya dan segera pergi menuju kamar miliknya.

•••

Bugh... Sebuah bongem mentah di layangkan Aldino kepada sang adik. Alfito yang mendapat bongem mentah dari sang kakak hanya diam tanpa melawan.

"Kenapa kamu diam? Ayo sini lawan Abang? Oh atau kamu takut dengan Abang? Kalau kamu takut sekarang kamu bersihkan kamar Abang, sebelum Abang kembali marah sama kamu dan berakhir memukul kamu Alfito." ucap Aldino dengan tersenyum sinis.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang