BAB 23 : Bimbang
"Sukma aku mau pergi dulu ya!" teriak Sena, setelah keluar dari kamar.
Sukma yang ada di dapur, merasa heran terhadap Sena, bukankah hari ini jurnalis itu libur untuk liputan? Kenapa pagi-pagi begini dia mau pergi? Sukma segera mematikan kompor lalu menghampiri Sena.
"Kamu mau kemana?" tanya Sukma yang berhasil menghentikan aktivitas Sena yang akan memutar handle pintu rumah.
Sena akhirnya berbalik badan, menatap Sukma dengan seulas senyum. Dia kemudian menghampiri teman satu kosnya itu, yang sekarang masih memakai celemek karena dia tadi memasak.
"Aku mau ke kantornya Aldino," jawab Sena mantap. Jelas sekali tidak ada keraguan di sana.
"Memangnya ada apa?" kembali Sukma bertanya, tapi sekarang dengan nada bicara yang cukup hati-hati. Sena yang mengerti apabila Sukma tengah khawatir kepada dirinya akhirnya Sena kembali menjawab dengan nada bicara tenang, supaya Sukma percaya.
"Ada sesuatu hal penting yang harus aku bicarakan kepada Aldino," jawab Sena lugas, dia berharap Sukma tidak mencemaskan dirinya.
Bukannya tenang, sekarang Sukma malah tegang, dia cemas karena dugaannya kemarin benar! Pasti Aldino telah mengatakan kebenaran kepada temannya, dan sekarang Sukma juga tahu kenapa semalam Sena tidak mau keluar kamar untuk sekedar makan malam, pasti karena Aldino!
Bagaimana ini? Haruskah Sukma mencegah Sena untuk bertemu dengan Aldino, atau justru membiarkannya saja, supaya mereka berdua bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri? Sukma benar-benar bimbang dibuatnya!
Jika Sukma membiarkan Sena bertemu dengan Aldino saat ini, maka Sukma yakin Aldino pasti akan terus memaksa Sena untuk bertemu dengan Alfito, dan jika Sena mau bertemu dengan adik kandung Aldino tersebut, maka Sena juga akan tahu bahwa dia jugalah perawat dari kembaran kekasihnya itu. Pasti Sena akan marah besar kepada dirinya, Sena pasti juga akan berpikir bahwa dia juga telah membohongi dirinya, padahal ini semua karena ulah pengacara kondang itu!
Akan tetapi apabila Sukma mencegah Sena untuk bertemu dengan Aldino, maka masalah mereka tidak akan selesai-selesai. Jadi sekarang mana jalan yang akan dipilih oleh Sukma? Membiarkan atau menahan?
"Kalau begitu aku berangkat sekarang ya, takut kalau nanti kejebak macet di jalan," ujar Sena. Setelah mengucapkan sederet kalimat itu Sena langsung pergi dari hadapan Sukma, dia bergegas membuka handle pintu yang tadi sempat tertunda dan akhirnya keluar dari rumah kosnya.
Sukma menghela napas pelan, setelah Sena hilang dari balik pintu, perasaannya sekarang berkecamuk. Jika ini memang takdirnya Sukma harus berbuat apa? Tentu saja tidak ada yang bisa dia perbuat kecuali dia memanjatkan doa kepada Tuhan. Dia berharap masalah ini akan cepat selesai, dan apabila Sena nanti akan marah kepadanya, maka Sukma sudah siap lahir dan batin. Lagi pula ini juga kesalahannya, kenapa dulu dia menuruti perintah Aldino, untuk tutup mulut masalah sebesar ini. Sukma sudah bertekad bahwa apa yang telah dia tanam maka itulah yang akan dirinya unduh. Maka dari itu konsekuensi apapun yang akan dia terima nanti, InsyaAllah Sukma sudah siap.
Setelah keluar dari rumah, kini Sena berjalan perlahan menuju gerbang, dia membuka pintu gerbang kemudian keluar dan menghentikan taksi. Lalu Sena masuk ke dalam taksi, dan duduk di jok belakang.
Kini Sena telah memantapkan hati dan niatnya untuk meminta maaf kepada Aldino Aditama sudah bulat!•••
Perdebatan di rumahnya akhirnya berhenti, dan kini Aldino berangkat ke kantor, dengan perasaan yang campur aduk.
Dia terus mengendarai mobilnya membelah kota Jakarta, dengan kecepatan standar. Jika benar takdir tidak mengizinkan dia dan Sena bersama, maka Aldino akan mencoba iklhas, lagi pula ini demi kesembuhan Alfito yang notabennya adik sekaligus kembarannya.
Drttt... Dering ponsel membuat lamunan Aldino tentang hubungan dirinya dengan Sena buyar. Kini dia mengangkat panggilan tersebut, ternyata dari Sukma.
"Assalamualaikum, ada apa Sukma?" tanya Aldino to the point, hari ini dia sangat malas untuk sekedar berbasa-basi.
"Waalaikumsalam, ada hal penting yang saya harus sampaikan Aldino," jawab Sukma di seberang.
"Memangnya ada hal penting apa?" kini Aldino mulai tertarik dengan topik pembicaraan Sukma.
"Ini tentang Sena," ujar Sukma dengan lugas. Deg... Jantung Aldino seakan berhenti berdetak sebentar, mengingat nama Sena di sebut, membuat rasa bersalah itu muncul kembali di benaknya. Rasa bersalah karena selama ini dia telah membohongi Sena, dan kemarin telah membuat gadis itu menangis, semua ini karena ulahnya!
"Aldino!" tegur Sukma karena sedari tadi tidak ada jawaban dari sebrang. Aldino terperanjat, dia menghentikan mobilnya tepat saat lampu merah, kini dia memijat pelipisnya.
"Ada apa dengan Sena?" tanya Aldino mencoba untuk tenang, supaya Sukma tidak curiga kepadanya. Terdengar helaan napas panjang di seberang.
"Sena sekarang dia menuju, ke kantor tempat kamu bekerja." jawaban yang diberikan oleh Sukma, sukses membuat Aldino hampir kehilangan konsentrasi, apalagi sekarang lampu sudah hijau, saatnya dia kembali mengemudikan mobil miliknya.
"Kenapa Sena hari ini ke kantor saya? Apa dia tidak ada jadwal untuk liputan?" tanya Aldino, kini dia mulai konsentrasi lagi ke arah jalan.
"Hari ini dia libur, maka dari itu dia berniat untuk pergi ke kantor kamu, katanya ada urusan penting, " jawab Sukma terdengar cemas di telinga milik Aldino.
"Ya sudah terima kasih atas informasinya, sekarang saya sedang perjalanan menuju ke kantor," tandas Aldino. Setelah itu dia memutuskan panggilan secara sepihak dan kembali fokus ke jalan raya.
Mau apa ya Sena pergi ke kantornya? Apa Sena akan membahas masalah kemarin? Atau Sena akan berubah pikiran, yang sebelumnya dia menolak putus darinya, kini Sena telah sadar dan berniat untuk memutuskan hubungan dengan dirinya?
Jujur saja sepanjang perjalanan menuju kantor, Aldino terus berpikir, ada apa sebenarnya Sena datang ke kantornya mendadak seperti ini? Tanpa memberitahu dia terlebih dahulu? Ada apa sebenarnya?
Tiba-tiba Aldino menepikan mobilnya di tepi jalan, dia memukul stir mobil dengan kencang. Jika dugaannya benar Sena akan memutuskan dia terlebih dahulu, maka bisa dipastikan Aldino akan hancur!
Kini hati Aldino menjadi bimbang, apakah dia siap menerima apa yang akan terjadi hari ini? Atau lebih baik dia menghindar, dengan cara tidak masuk ke kantor saja, dia tinggal menelpon Fikri meminta Fikri untuk meng-handle semua pekerjaan hari ini?
Tapi Aldino juga tidak bisa lepas tangan begitu saja, para kliennya membutuhkan dia untuk menangani kasus hukum mereka, para klien sudah percaya kepadanya untuk mengurus itu semua, dan Aldino tidak mungkin mengabaikannya, dia harus profesional tidak boleh mencampur adukan masalah keluarga dengan pekerjaan miliknya.
Kini tekad Aldino sudah bulat dan matang, apapun yang akan Sena katakan nanti di kantor, dia akan terima ini sudah menjadi konsekuensinya.
Aldino kembali menancap gas, melajukan mobilnya untuk sampai di kantor tempat dia selama ini bekerja sebagai pengacara, sebuah firma hukum yang telah membesarkan namanya.
•••
TBCSekarang cerita Dilema Asmara sudah sampai pada BAB 23 😍
Gimana nih pendapat kalian tentang BAB 23 : Bimbang? 🤔
Jangan lupa untuk Vote cerita ini ya... 🌟
Jika ada kritik & saran bisa langsung tulis di kolom komentar... 📝
Bagikan cerita ini kepada semua teman kalian... 💌
Saya ucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membaca cerita ini. 😊
Follow akun:
diahyah70
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Asmara
RomanceAldino Aditama dan Sena Agustin telah berpacaran selama 2 tahun, sayang cinta mereka harus kandas karena Alfito Aditama sang adik sekaligus kembaran dari Aldino ini baru saja pulang dari New York, Amerika Serikat. Tapi sayang setelah pertengkaran he...