BAB 38 : Alasan

278 267 40
                                    

BAB 38 : Alasan

"Na kamu beneran mau ambil cuti?" Ridwan sedari tadi bertanya ini dan itu, hal tersebut membuat Sena kesal bukan main.

"Iya Rid! Udah deh gak usah banyak tanya lagi, kesal aku tahu kamu tanya ini dan itu. Mending kamu urus saja pacar barumu itu!" Sena menatap tajam Ridwan, dia kembali berjalan setelah langkahnya terhenti karena juru kamera itu.

Bukannya takut kini Ridwan kembali mengekori rekan kerjanya itu, dia tidak henti-hentinya membuat Sena kesal dengan segala pertanyaan atau ulahnya! Sena sampai heran kenapa Nirma bisa naksir si kampret ini selama 1 tahun? Sudah waktu itu Ridwan belum bisa move on dari cinta pertamanya, eh Nirma nembak di lobi stasiun televisi dan hasilnya di tolak! Lalu sekarang? Dengan tidak tahu dirinya Ridwan lah yang mengemis cinta kepada Nirma, ya mau bagaimana lagi kalau Nirma masih cinta dengannya jelas saja di terima.

Sena mendengus dan memutar bola matanya malas. Dia berbalik badan dan berdecak pinggang menatap Ridwan garang! Cukup sudah kesabarannya telah habis. Cengiran khas Ridwan tersaji kala dia ikut berhenti berjalan dan kini jurnalis itu menatapnya seperti singa yang kelaparan. Tamat sudah riwayat Ridwan kali ini!

"Dari pada kamu mengurusi diriku, lebih baik kamu urus Nirma saja, lagian kalian baru jadian 4 hari lalu kan. Udah pacaran tapi gak ngasih aku pajak jadian! Teman dan rekan kerja macam apa kamu ini Ridwan?" Sena menghembuskan napas dalam-dalam, kemudian melanjutkan ucapannya.

"Aku juga heran, kenapa kamu melarang aku untuk ambil cuti, aku hanya cuti 3 hari dan setelah itu aku akan kembali liputan kok," lanjut Sena. Terdengar dehaman dari Ridwan, kini raut wajahnya berubah menjadi mode serius.

"Nirma sedang melakukan sesi wawancara di studio 3, dia mewawancarai seorang pengacara muda, aku tidak memberi dirimu pajak jadian karena ... Dulu saat kamu jadian dengan Aldino Aditama, aku pun tidak kamu berikan pajak jadian," ungkap Ridwan secara gamblang, dan hal tersebut membuat Sena menganga tidak percaya! Kemudian dia segera menutup kembali mulutnya dan berujar.

"Oh jadi ceritanya kamu ingin balas dendam. Iya?" tebak Sena dengan tangan yang masih setia di pinggang. Ridwan meneguk ludahnya dia mati gaya, karena terlalu terbawa emosi dia sampai keceplosan bilang bahwa alasan dirinya tidak memberikan Sena pajak jadian, karena dulu jurnalis itu pun juga tidak memberi dia pajak jadian saat Sena masih bersama Aldino.

"Kalau diam berarti benar dugaan ku! Dasar pendendam, ternyata bukan hanya kampret tapi dirimu juga tipikal orang yang pendendam. Bagaimana jadinya kalau Nirma tahu hal ini ya? Apakah dia masih ingin menerima dirimu atau justru akan... " Belum juga Sena menyelesaikan ucapannya, Ridwan sudah terlebih dahulu memotong.

"Jangan! Kumohon jangan katakan hal ini kepada Nirma, baiklah aku akan menuruti ucapanmu! Apa yang kamu inginkan dariku Sena?" tawar Ridwan. Senyum kemenangan tercetak jelas pada diri Sena Agustin.

"Jadi berhubung besok aku sudah mulai cuti, jika di izinkan oleh Pak Sapto ... Maka malam ini aku mau minta makan di warung Bu Tria. Traktir aku makan sepuasnya di sana. Bagaimana?" Tanpa menunggu lama Ridwan hanya menganggukkan kepala, menyetujui apa yang Sena inginkan.

"Mantap! Baiklah itu aku anggap sebagai ganti pajak jadian, dan aku ingin tanya kenapa kamu merasa sedih saat aku bilang mau ambil cuti?" tanya Sena.

"Ya jelas aku sedih, bahkan bukan hanya aku yang merasa sedih, akan tetapi seluruh tim kita sedih karena jika kamu ambil cuti, dan hal itu di setujui oleh Pak Sapto maka... " Ridwan sengaja menguntungkan ucapannya, dan hal tersebut membuat Sena penasaran.

"Maka apa?" Benar bukan jurnalis berambut hitam pajang ini menjadi penasaran.

"Laura yang akan mengantikan posisimu, dan kamu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?" Gelengan kepala dari Sena, membuat Ridwan mendengus setengah kesal.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang