BAB 29 : Penjelasan

641 594 44
                                    

BAB 29 : Penjelasan

"Sekarang jelaskan!" titah Sena dengan tegas, menatap tajam temannya yang kini menundukkan kepala.

"Baik! Aku akan jelaskan," ujar Sukma kini dia berani mengangkat kepala, menatap manik mata milik jurnalis tersebut. Sena diam menanti penjelasan dari Sukma, dia harus memastikan bahwa malam ini Sukma harus menjelaskan semuanya kepada dia! Tidak ada hal yang ditutup-tutupi lagi oleh Sukma.

Tadi siang setelah selesai menjenguk Alfito, Sena langsung menemui Sukma yang berada di kantin rumah sakit, Sena saat itu menuntut penjelasan kepada temanya, tapi sayang Sukma menolak dia bilang akan memberitahu Sena saat malam hari, di kost tempat tinggal mereka selama ini, dan sekarang saatnya Sena menagih janji Sukma! Malam ini adalah malam terberat bagi Sukma.

"Ini semua karena ulah Aldino," ucap Sukma dengan satu tarikan napas. Sena membulatkan matanya dia terkejut. Mengerti akan keterkejutan Sena Agustin akhirnya Sukma melanjutkan.

"Waktu pertama kali ada pasien masuk ke rumah sakit, karena kecelakaan waktu itu ... Aku sedikit terkejut karena wajah pasien itu mirip dengan Aldino, bahkan saat aku dan Dokter Toni menanganinya aku kira dia benar-benar Aldino, tapi saat itu aku ingat bahwa rambut Aldino tidaklah gondrong, tapi pasien ini gondrong. Sudah pasti dia bukan Aldino." Sukma menjelaskan apa yang dia rasakan dulu beberapa bulan yang lalu.

"Kemudian pihak kepolisian datang menemui kami, dia bertanya-tanya seputar pasien yang mirip dengan mantan kekasihmu itu," lanjut Sukma dengan pandangan lurus menatap manik mata milik temannya.

"Setelah selesai, kemudian polisi mencari identitas pasien dan ternyata nama pasien itu adalah Alfito Aditama." Sena diam dia mencoba menjadi pendengar yang baik.

"Awalnya aku lega, karena ternyata dia bukanlah Aldino, tapi sepertinya ada yang janggal karena nama marga mereka sama, bukan hanya itu bahkan wajah mereka mirip. Kamu ingat saat kamu pulang ke Jakarta, setelah liputan wisata ke Bogor dulu?" Seketika Sena menganggukkan kepala tanpa dia sadari.

"Malam itu kondisi pasien itu sempat dorp, saat itu kebetulan malam itu adalah shift diriku, dan yang menangani pasien itu adalah Dokter Toni dan aku, setelah selesai dan saat kami keluar ruangan milik pasien. Aku dikejutkan dengan keberadaan Aldino yang ada di depan pintu ruangan pasien." Sukma berhenti sejenak, dan menghembus napas dalam-dalam. Dia memperbaiki posisi duduknya supaya nyaman bercerita kembali, begitu pula dengan Sena yang menata duduknya di sofa ruang televisi kostnya.

"Kamu ingat kenapa pada malam itu aku menelpon dirimu?" tanya Sukma.

"Iya! Aku ingat, memangnya ada apa?" Sena balik bertanya, dia benar-benar penasaran.

"Aku ingin memberitahu dirimu soal kebenaran ini, bahwa Aldino telah membohongi kamu, dia bilang dia adalah putra tunggal keluarga Aditama, tapi ternyata dia mempunyai adik kandung, dan mereka kembar!"

"Jika kamu ingin memberitahu aku soal kebenaran itu, kenapa tiba-tiba panggilan terputus?" Sukma yang mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Sena, hanya bisa tersenyum miris menerawang kejadian dulu.

"Panggilan terputus karena Aldino," jawab Sukma.

"Apa?" Sena memekik.

"Bagaimana bisa, Aldino mematikan panggilan itu?" Sena kembali bertanya.

"Dia merebut ponselku, dan mematikan panggilan secara sepihak! Aku murka kepadanya yang seenaknya mematikan panggilan itu, aku mencoba merebut ponselku yang ada di tangan besar milik mantan kekasihmu itu, tapi hasilnya gagal!" Sukma menceritakan kronologi kejadian itu.

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" Sena semakin penasaran dibuatnya, dia langsung menanyakan pertanyaan itu kepada Sukma, jiwa jurnalistik miliknya mulai keluar.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang