BAB 26 : Rencana

816 700 41
                                    

BAB 26 : Rencana

Kini mobil yang mereka gunakan untuk liputan sudah terparkir, dengan rapi di tempatnya. Segera Sena membuka pintu kemudian masuk ke ke dalam studio stasiun televisi tempatnya selama ini bekerja.

"Tunggu Na!" itu suara Ridwan, Sena sudah hafal dengan betul suara rekan kerjanya itu. Dia menghentikan langkahnya menunggu Ridwan yang tengah berlari, kearahnya.

"Gak usah lari-lari," ujar Sena ketika Ridwan sudah ada di samping kirinya dengan napas ngos-ngosan. Sedangkan Ridwan dia hanya cengengesan menatap Sena Agustin.

Sena kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, dia harus menemui Pak Sapto sekarang juga. Ridwan ikut berjalan di sisi Sena. Sudah satu minggu pasca putus dari pengacara kondang itu, temannya ini menjadi aneh, akhir-akhir ini Ridwan menemukan Sena sering sekali melamun, kemudian dia menjadi pribadi yang pendiam serta tertutup. Bukan hanya itu kejanggalannya, tapi Sena juga sering marah-marah tidak jelas. Sekarang ini mereka akan ke ruangan Pak Sapto, entah kenapa tadi selesai liputan siang, Sena di telepon oleh Produser tersebut. Katanya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.

Ridwan kembali mensejajarkan langkahnya dengan Sena. Saat ini mereka telah sampai di depan pintu sang produser. Sena mengetuk pintu agak keras, kemudian ada seruan dari dalam, untuk membuka pintu tersebut, dengan cepat Sena membuka pintunya.

Sena masuk terlebih dahulu,  kemudian di susul oleh Ridwan di belakang, tidak lupa juru kamera itu menutup kembali pintu tersebut.

"Akhirnya kalian datang juga." Pak Sapto menutup berkas yang ada di tangannya. Sena hanya tersenyum begitu pun dengan Ridwan.

"Saya akan langsung ke point saja, kalau satu minggu ini rating berita kita selalu nomor satu." Pak Sapto menatap Sena dan Ridwan secara bergantian.

"Jujur saya sangat senang, ini juga berkat kalian yang sangat bagus ketika meliput berita, maka dari itu saya berniat untuk menambah jam tayang Liputan 8 sebagai berita siang," lanjut Pak Sapto.

"Apa ini tidak terlalu berlebihan Pak?" tanya Ridwan, sudah cukup dia sedari tadi diam, menjadi pendengar yang baik.

"Tentu saja tidak Ridwan, bukannya ini malah bagus untuk Liputan 8 kedepannya," jawab Pak Sapto. Ridwan tidak habis pikir dengan apa yang ada dipikirkan produsernya itu, menambah jam tayang pada Liputan 8, itu artinya merubah semua jadwal tayang di stasiun televisi ini kan!

"Maka dari itu besok lusa kita akan adakan rapat dengan beberapa orang untuk perubahan jam tayang, dan saya selaku produser disini, mengharapkan kalian untuk datang," kata Pak Sapto dengan lugas. Ridwan menghela napas pelan, dia memikirkan nasib para pemirsa setia stasiun televisi ini, jika jam tayang di rubah, maka Ridwan yakin akan banyak orang yang kecewa. Ridwan melirik kearah rekan kerjanya yang sedari tadi diam. Betapa terkejutnya dia saat melihat Sena hanya mantap ke depan dengan pandangan kosong, seperti patung yang tidak ada nyawanya.

"Kalau begitu kalian boleh keluar dari ruangan saya sekarang." Pak Sapto mempersilahkan mereka untuk keluar dari ruangannya, dengan perasaan dongkol Ridwan keluar terlebih dahulu, dan di ikuti Sena dari belakang.

"Tadi kenapa kamu tidak membantah usul Pak Sapto yang ingin menambah jam tayang di Liputan 8? Kenapa kamu malah melamun?" cerca Ridwan ketika mereka sudah keluar dari ruangan produser itu.

Sena menghembuskan napas dalam-dalam, kemudian menatap lawan bicaranya dengan intens.

"Aku punya rencana jitu, untuk menggagalkan penambahan jam tayang pada Liputan 8," jawab Sena.

"Bagaimana caranya?" tanya Ridwan. Kemudian Sena membisikan sesuatu ke telinga kanan juru kamera itu, agar orang-orang di sekitar mereka tidak mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Jadi sedari tadi Sena melamun karena dia memikirkan cara untuk menggagalkan niat Pak Sapto yang akan menambah jam tayang berita siang yaitu Liputan 8. Sena juga tahu jika hal itu sampai terjadi, maka banyak orang yang kecewa maka dari itu dia membuat rencana agar Pak Sapto menggagalkan niatnya itu.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang