BAB 34 : Terkejut

462 393 36
                                    

BAB 34 : Terkejut

"Buku!" Sena benar-benar terkejut saat mengeledah isi tas selempang miliknya, buku catatan milik kembaran sang mantan itu tidak ada. Buku itu hilang!

Sena baru sadar ketika hari sudah malam, dan kini dia sedang berada di dalam kamar kost. Sena membanting tasnya ke ranjang. Dia mengusap wajahnya frustasi.

Bagaimana ini? Buku itu telah hilang sekarang, dia harus mencarinya kemana? Lupakan tentang rapat sialan tadi siang, faktanya Sena dan tim telah gagal untuk menetapkan jam tayang Liputan 8. Nyatanya jam tayang berita siang itu tetap di tambah, hal tersebut sudah di setujui oleh berbagai pihak terkait. Mau tidak mau, atau suka tidak suka. Sena dan tim terpaksa menyetujuinya!

Sena kembali mengingat kejadian tadi siang saat selesai dari rumah Ulil Fikri, Sena kembali membaca buku itu di dalam mobil dan saat mobil hitam itu berada di depan stasiun televisi tempatnya bekerja, Sena sudah sempat memasukan buku berwarna hijau tosca itu ke dalam tas. Setelah itu dia keluar, tapi ada yang aneh saat dia ingin masuk ke lobi, seperti ada orang yang meneriaki namanya. Apa jangan-jangan buku itu jatuh di jalan?

Iya kemungkinan besar buku itu terjatuh, karena saat dirinya ingin masuk ke ruang rapat, Ridwan sang juru kamera yang absurd serta gagal move on itu mengatakan bahwa resleting tas selempangnya terbuka, Sena langsung saja menutupnya tanpa berpikir apa-apa, yang dia pikiran saat itu hanyalah membatalkan niat orang-orang untuk menambah jam tayang Liputan 8, tapi sayang takdir berkata lain dia dan tim kalah telak dengan orang-orang tersebut.

Sekarang Sena harus bagaimana? Dia harus meminta bantuan kepada siapa? Jurnalis itu berjalan mondar-mandir di dalam kamar sambil bersedekap dada. Memikirkan hal apa yang harus dia lakukan, di situasi seperti ini.

Drttt.... Ponsel pintarnya itu bergetar, menandakan ada panggilan telepon yang masuk, dengan malas Sena mengambil benda pipih berwarna putih itu di atas kasurnya yang empuk.

Aldino Aditama nama itu yang ada dilayar ponselnya, Sena mengerutkan kening bingung? Kenapa tiba-tiba pengacara kondang itu menelponnya malam-malam seperti ini? Tapi tunggu, bukankah tadi siang dia mendengar orang meneriaki namanya, atau jangan-jangan orang itu adalah Aldino dan kebetulan dia lah yang menemukan buku catatan itu, ya mungkin saja.

"Assalamu'alaikum," ucap Sena setelah mengangkat panggilan itu.

"Wa'alaikumsalam Sena, apakah aku menganggu dirimu?" Sena tersenyum miris ketika Aldino kembali memakai panggilan aku-kamu kepadanya, dan lihatlah mantan kekasihnya ini bahkan menanyakan apakah dia sedang menganggu waktu Sena atau tidak? Lucu sekali!

"Tentu saja menganggu karena ini sudah malam, aku butuh istirahat!" Sena menjawab dengan ketus, dia tidak mau berbasa-basi dengan pengacara kondang itu.

"Sebelumnya aku minta maaf karena telah mengganggu dirimu, tapi Sena ada hal yang mau aku bicarakan... " Aldino terdengar menghela napas dari sebrang.

"Apa?" Sena penasaran, atau jangan-jangan kecurigaannya tadi benar, bahwa Aldino lah yang ... Seketika pikiran Sena buyar ketika suara bas itu kembali terdengar.

"Aku menemukan buku milik Alfito, yang terjatuh dari tas milikmu," ujar Aldino. Sena membulatkan matanya lebar, dia membekap mulutnya karena terkejut saat tebakannya menjadi kenyataan. Sulit untuk di percaya bukan?

"Jadi suara-suara seperti teriakan yang aku dengar, tadi siang adalah suara milikmu?" tanya Sena berhati-hati. Dia kini sudah duduk di tepi ranjang, menanti jawaban Aldino Aditama dari seberang sana.

"Benar! Tapi sayangnya kamu tidak menoleh ke belakang, dirimu terus berjalan ke depan sampai masuk ke dalam lobi stasiun televisi," jawab Aldino apa adanya.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang