BAB 35 : Sempurna

408 354 47
                                    

BAB 35 : Sempurna

Sempurna! Kata itu yang paling cocok untuk mendefinisikan sebuah karya seni yang satu ini. Sedari tadi senyuman di bibir Sena belum juga pudar, dia terus melihat, memegang pigura itu.

Bayangannya menelisik kejadian 1 minggu yang lalu, saat dia datang ke rumah sakit waktu itu, dengan style rambut yang berbeda yaitu bergelombang dia datang mengunjungi Alfito Aditama membawa sarapan pagi untuknya, karena siangnya dia harus liputan bersama tim. Saat dia masuk ruangan Alfito hal pertama yang Sena dengar adalah kata cantik terucap begitu gamblang dari mulutnya.

Sena sampai tersipu dibuatnya, ini gara-gara atasannya yang menyuruh dia berganti style rambut khusus pada hari itu, karena siang itu dia akan meliput salah satu menteri di negeri ini, atasannya bilang dia sebagai jurnalis harus bisa tampil paripurna. Kesal sungguh kesal, sudah dalam rapat dia kalah lalu sekarang? Harus mengganti style rambut, dengan perasaan dongkol waktu itu setelah selesai rapat, Sena mengajak Ridwan untuk pergi ke salon. Banyak pasang mata yang mengira mereka adalah pasangan kekasih yang baru kasmaran, namun nyatanya tidak! Ridwan saja masih belum bisa move on dari cinta pertamanya, mana mungkin dia bisa memiliki kekasih lagi.

Ingin sekali Sena berteriak kepada orang-orang kalau Ridwan bukanlah kekasihnya, namun dia urungkan imagenya sebagai jurnalis bisa hancur jika ada orang yang mengenalnya. Sabar itu yang Sena lakukan dia mencoba mengabaikan ucapan orang-orang terhadap dia dan Ridwan.

Jujur seumur hidup Sena dia tidak pernah menganti style rambutnya yang hitam, panjang, lurus itu. Kali ini dia untuk pertama kalinya mengubah style rambut demi liputan itu, dia rela dan sudah ikhlas. Hati Sena sempat menghangat karena Alfito selalu memuji-muji dirinya waktu itu, dia bilang Sena justru lebih cantik dan menawan ketika memiliki style rambut itu. Saat Sena sudah selesai menyuapi Alfito sarapan, pria yang berprofesi sebagai arsitek itu menawarkan sesuatu hal yang tidak terduga, yaitu menggambar wajahnya!

Terkejut itu yang Sena rasakan, jika dia boleh bilang selama ini belum pernah ada yang menggambar wajahnya, bahkan dia sendiri tidak pintar menggambar jadi mana mungkin Sena menggambar wajahnya sendiri, dia lebih suka bermain dengan komputer atau laptop untuk membuat desain vektor di bandingkan menggambar secara nyata alias di buku menggunakan pensil.

Dia yang menawarkan dia pula yang memaksa! Mungkin itu kalimat yang cocok untuk Alfito Aditama, bagaimana tidak? Sebelum menerima persetujuan dari Sena apakah dia boleh menggambar wajah jurnalis itu atau tidak, dengan nada memerintah Alfito menyuruh Sena duduk di sofa dekat jendela, lalu berpose se-cantik dan se-natural mungkin. Tidak mau ambil pusing, akhirnya Sena menurut saja dengan perkataan arsitek berambut gondrong itu.

Dia bergaya dengan anggun, menghadapkan wajahnya ke sisi kanan matanya membidik satu objek yaitu vas bunga yang ada di nakas dekat ranjang, Alfito tersenyum senang dia mulai menggambar wajah ayu itu dengan pensil. Goresan demi goresan Alfito berikan, mata Sena dia gambar dengan apik, begitu pula dengan bagian-bagian yang lain. Alfito sempat terkesima saat melihat senyum Sena tidak kunjung luntur saat dia menggambar wajahnya, Sena benar-benar cantik seperti bidadari yang turun dari kayangan! Dia patut menjadi artis dari pada jurnalis, jika benar dia menggeluti dunia entertainment Alfito yakin bahwa Sena akan di gilai hampir semua pria di muka bumi ini.

Rambut panjang bergelombang warna hitam, alis yang tebal, lalu iris mata yang hitam menawan, kemudian bibir merah muda yang alami menambah kesan sempurna dalam diri Sena Agustin. Teliti Alfito benar-benar berhati-hati dalam menggambar wajah Sena, kurang lebih 30 menit akhirnya dia sudah selesai menggambar wajah orang yang dia anggap sebagai kekasihnya itu. Sena takjub saat melihat hasil gambar itu, dia bahkan sampai membekap mulutnya seakan tidak percaya, bahwa yang ada di sana adalah dirinya sendiri. Sena bahkan sempat minder dengan gambar wajahnya itu, dia sampat berkata jika gambar yang dibuat oleh Alfito lebih cantik, dari pada dia yang notabennya objek alias orang yang aslinya.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang