BAB 10 : Penyelidikan

1.8K 1.6K 41
                                    

BAB 10 : Penyelidikan

Siang sudah berganti dengan malam, matahari tengelam digantikan oleh Bulan dan Bintang yang menerangi langit ini, hawa dingin karena angin malam terus berhembus kencang tapi hal itu bukan hambatan dari Aldino dan Fikri yang setia menjalankan tugasnya untuk menyelidiki kasus dari anak konglomerat itu.

Setelah tadi siang Aldino dan sekretarisnya pergi ke tempat kejadian perkara, ternyata ada sebuah cctv yang merekam kejadian naas itu, lalu saat mereka akan pergi ke tempat petugas cctv tiba-tiba mereka mendapat panggilan bahwa korban yang di tabrak oleh Gilang anak dari Pak Yogi mengalami shock berat saat sadar dari pingsan, Ibu itu bersumpah akan memasukan si pelaku yang telah membunuh calon anaknya itu ke dalam jeruji besi. Aldino dan Fikri mencoba menenangkan Ibu itu dan akhirnya berhasil, setelah itu mereka baru bisa ke tempat petugas cctv itu pada malam hari.

"Coba zoom bagian ini Pak." perintah Aldino tegas kepada petugas cctv. Dengan cepat petugas cctv itu segera melakukan tugasnya, setelah selesai di zoom segera Aldino memperhatikan setiap sudut inci dari gambar tersebut, sebuah senyum tercetak jelas di bibirnya, semburat kemenangan terlihat jelas di wajah rupawannya. Fikri yang setia berada di sampingnya mengerutkan kening bingung melihat ekspresi dari atasannya tersebut.

"Ternyata dugaanku selama ini benar." celetuk Aldino tanpa sadar, Fikri semakin bingung di buatnya, tanpa basa-basi lagi Fikri akan menanyakan hal ini.

"Apa maksud dari ucapan Pak Aldino barusan? Apa maksud dari dugaan Pak Aldino selama ini benar?" tanya Fikri langsung, Aldino yang sedari tadi fokus pada layar monitor, sekarang fokusnya teralih kepada sekretarisnya.

"Gilang bukanlah pelaku sebenarnya." jawaban yang di ucapkan oleh atasanya semakin membuat Fikri bingung, sebuah tanda tanya besar berada di kepalanya sekarang.

"Apa maksud Pak Aldino kalau Gilang bukan pelaku yang sebenarnya. Itu sudah jelas-jelas di layar monitor yang sudah terekam oleh kamera cctv kalau Gilang lah pelakunya. Lihat Pak Aldino kalau motor, dan plat nomor motornya sama dengan motor yang dipakai oleh Gilang, dan asal Bapak tahu kalau keterangan yang di berikan oleh korban yaitu Bu Mirna mengatakan bahwa ciri-ciri fisik yang menabrak dirinya sama persis dengan Gilang anak dari Pak Yogi si konglomerat itu Pak." jelas Fikri dengan lugas, Aldino masih saja tersenyum setelah mendengar penjelasan sekretarisnya. Aldino menghembuskan napas dalam-dalam sebelum menjawab argumentasi Fikri.

"Memang motor itu milik Gilang, bukan hanya motor tapi jaket dan helm yang di pakai memang milik dari Gilang, tapi coba kamu lihat lebih detail lagi, sapu tangan dan sepatu yang di pakai oleh orang ini tidak sama dengan milik Gilang," ucap Aldino sambil menunjukkan gambar itu dengan jari telunjuk kanannya mengunakan tanda titik-titik kepada Ulil Fikri.

"Dan asal kamu tahu keterangan yang di berikan oleh Gilang lima hari yang lalu kalau dia tidak pernah merasa menabrak Bu Mirna." lanjut Aldino, Fikri hanya diam dan menjadi pendengar yang baik.

"Kamu masih menyimpan foto yang diberikan oleh Pak Yogi kemarin?" tanya Aldino, Fikri hanya mengangguk pelan lalu mengeluarkan sebuah foto ukuran 2R dari dalam tas ransel berwarna hitam miliknya. Dia berikan foto itu kepada pengacara kondang tersebut.

"Lihat ini baik-baik, ini foto diambil saat sebelum pertandingan balap liar itu dilakukan, coba kamu lihat dengan detail apa yang di pakai oleh Gilang." perintah Aldino sambil menyerahkan kembali foto itu kepada Ulil Fikri. Dan benar saja Fikri menemukan kejanggalan dari foto dan rekaman tersebut.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang