BAB 24 : Keputusan

1K 868 43
                                    

BAB 24 : Keputusan

"Ini Pak." setelah Sena memberikan sejumlah uang kepada supir taksi tersebut, akhirnya dia keluar dan melihat gedung yang ada di depannya.

Ya gedung ini adalah kantor tempat dimana Aldino Aditama bekerja sebagai seorang Pengacara.

Segera Sena masuk kedalam gedung besar itu, tanpa bertanya ke pihak resepsionis, dia langsung saja menaiki lift untuk ke ruangan milik Aldino.

Ting... Lift seketika terbuka, sekarang Sena telah berada di koridor ruangan pengacara kondang itu, tinggal beberapa langkah lagi dia akan bertemu dengan kekasihnya.

Sena tetap berjalan melenggang lurus, dia berbelok ke kanan, di sana ada Fikri yang sedang menelpon seseorang, Sena tetap berjalan, seakan sadar jika ada orang yang tengah menghampirinya Fikri memutuskan panggilan itu secara sepihak.

Dugaan Fikri ternyata benar, di sana terlihat jelas Sena sedang berjalan ke arahnya, senyum simpul Fikri terbit ketika kekasih atasannya itu sampai di depannya.

"Selamat pagi Fikri," sapa Sena ramah seperti biasa.

"Selamat pagi juga, kenapa pagi-pagi kamu datang kemari? Apa kamu tidak ada jadwal liputan?" tanya Fikri, mereka masih ada di depan ruangan Aldino Aditama.

"Hari ini saya sedang libur, oh iya kenapa kamu ada di luar? Ada klien ya di dalam?" Fikri kembali memamerkan senyumnya, dia berdeham pelan.

"Justru sebaliknya, di dalam tidak ada siapa-siapa, saya di luar begini karena menunggu Pak Aldino," jawab Fikri mantap. Sena hanya menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dia mengerti.

"Kalau begitu mari masuk." akhirnya Fikri membuka knop pintu dan mempersilakan Sena untuk masuk, kedalam ruangan Aldino Aditama, SH.

Sena masuk ke ruangan milik kekasihnya itu, rapi itu kata pertama yang ada dibenak Sena, semua tertata rapi sesuai selera Aldino.

"Silakan duduk." kembali Fikri mempersilakan Sena untuk duduk di sofa yang tersedia. Sena tersenyum dan duduk di sofa yang ada.

•••

Kini Aldino telah sampai di kantor, setelah dia memarkirkan mobil di tempat parkir, langsung dia bergegas masuk ke lobi kantor.

Saat dia berhasil masuk, dan ingin mengantri untuk menaiki lift, tiba-tiba resepsionis memanggilnya.

"Pak Aldino," panggil seorang resepsionis. Aldino menoleh ke arah sumber suara.

"Ada apa Nita?" tanya Aldino kepada resepsionis tersebut, sang resepsionis itu memberikan sebuah amplop coklat kepada Aldino.

"Amplop apa ini dan dari siapa?" tanya Aldino saat dia menerima amplop pemberian resepsionis itu.

"Saya tidak tahu Pak, 20 menit yang lalu ada laki-laki berpakaian serba hitam, memakai topi yang menyerahkan amplop ini kepada saya, katanya untuk Pak Aldino. Saat saya ingin memberikan amplop ini kepada Pak Fikri, orang itu mencegah saya, dan katanya amplop ini harus langsung sampai ke tangan bapak," jawab Nita sang resepsionis.

Aldino hanya menganggukkan kepala, dan menyuruh Nita untuk pergi, dan kembali ke meja resepsionis.

Ting... Pintu lift terbuka, Aldino segera masuk ke dalam. Cukup membutuhkan waktu yang singkat, akhirnya pintu lift terbuka, dia keluar dan berjalan menuju ke ruangan.

Cklekk... Pintu dia buka dan melihat Fikri sedang mengkaji beberapa berkas yang ada di meja kerja miliknya, Aldino masuk dan fokus pada satu titik yaitu Fikri.

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang