BAB 21 : Kecewa

1.1K 1K 88
                                    

BAB 21 : Kecewa

Jujur saja Sena merasa kecewa atas pengakuan Aldino tadi siang, dia tidak habis pikir ternyata orang yang selama ini dia anggap baik, jujur, bertanggung jawab, pengertian, penyabar, namun juga tegas, dan setia. Ternyata tidaklah lebih dari seorang pembohong besar!

Selama 2 tahun mereka menjalani hubungan asmara, selama itu Aldino menutupi kenyataan sebenarnya dari Sena. Tapi apalah daya bangkai yang telah membusuk akhirnya tercium juga, Sena tahu kebenarannya walaupun sudah 2 tahun berlalu.

Tok... Tok... Tok...  Ketukan pintu terus menyapa telinga Sena, dan Sena terus mengabaikannya dia memilih berdiam di dalam kamar, merenungi nasibnya.

"Sena ini sudah malam, ayo keluar kita makan malam, aku sudah buatkan telur dadar kesukaan kamu," ujar Sukma yang berada di luar, dia tetap berusaha membujuk Sena supaya makan, sudah sejak sore temannya itu mengurung diri di dalam kamar, Sukma khawatir terhadap keadaan Sena, dia takut Sena bertindak nekat, seperti bunuh diri misalnya? Tidak! Sukma menepis pemikiran buruknya itu, tidak mungkin seorang Sena Agustin akan berbuat hal bodoh seperti yang dia bayangkan!

Berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Sukma Ayu Ningtias, kini Sena hanya duduk di tepi ranjang melihat ke arah sebuah foto yang di pigura dengan rapi di sebuah meja rias miliknya.

Dia beranjak dan mengambil foto itu dari tempatnya, foto itu adalah foto kenangan terindah bagi Sena, ya foto itu adalah foto pertama kali dia dengan Aldino Aditama bertemu di depan gedung KPK. 2 tahun yang lalu, saat itu mereka belum menjalin hubungan asmara, dan hanya sebatas Jurnalis yang sedang melakukan sesi wawancara kepada Pengacara kondang sekelas Aldino Aditama, SH.

Untuk potret foto tersebut, sengaja di abadikan oleh Ridwan yang notabennya adalah Juru Kamera, dia bilang dulu kepada Sena, jarang-jarang kita bisa bertemu dengan seorang pengacara kondang yang masih muda lagi.

Waktu itu Sena tidak terlalu menanggapi dan mengabaikannya saja, dulu dia pikir Ridwan itu berlebihan, tapi kemudian rekan kerjanya itu malah mencetak foto tersebut, dan memberikan kepada Sena saat perjalanan pulang liputan. Sena benar-benar tidak percaya bahwa Ridwan akan se nekat ini. Astaga! Akhirnya karena bujuk rayu dari Ridwan, terpaksa Sena menyimpan foto itu sampai sekarang.

Mengingat kejadian massa lampau, membuat seulas senyum terbit di bibir merah muda milik Sena, dia terus memandang foto itu dalam-dalam, mencoba menyelami massa lalu lewat foto tersebut.

Saat itu Sena terpaksa menyimpan foto pemberian dari Ridwan, dia hanya menaruh foto itu di laci meja riasnya, yang memang kosong. Kehidupan Sena berlanjut seperti biasa, tidak ada yang spesial akan tetapi siapa sangka, setelah beberapa hari lalu dia melakukan sesi wawancara dengan Aldino, kini dia dipertemukan lagi dengan pengacara kondang itu saat makan siang di salah satu restoran di kawasan Jakarta. Kebetulan yang sangat aneh sekali, bahkan dia dan Aldino hanya berjarak satu meja saja!

Merasa ada orang yang memperhatikannya, pengacara kondang itu langsung menatap ke arah Sena, jelas saja Sena langsung salah tingkah di buatnya dia menutup wajahnya dengan buku menu yang sedang dirinya pegang.

Tapi sayang Tuhan sedang tidak berpihak kepada Sena, dia sudah tertangkap basah oleh Aldino Aditama. Segera Aldino berdiri dari duduknya dan berjalan pelan ke meja milik Sena.

"Boleh saya duduk?" itulah kalimat yang di ucapkan Aldino waktu itu. Reflek saja Sena langsung menganggukkan kepalanya, walaupun wajahnya masih dia tutup dengan buku menu. Seulas senyum terbit di bibir milik Aldino tanpa Sena ketahui, dia kemudian duduk di bangku depan Sena.

"Sudah pesan makanan?" tanya Aldino lagi, karena dia melihat orang yang ada di hadapannya dia tidak melepaskan buku menu yang ada di tangannya. Sena akhirnya meletakkan buku menu yang sedari tadi menutupi wajahnya itu di atas meja, dia tersenyum canggung ke arah Aldino, dan sejak saat itulah dia dan Aldino mulai saling mengenal dan akhirnya menjalin hubungan asmara hingga sekarang.

Senyum Sena tiba-tiba luntur ketika dia mengingat kilas balik kejadian tadi siang, saat Aldino mengatakan bahwa dirinya mempunyai saudara kembar dan kini orang itu terkena amnesia.

Sena benar-benar membenci seorang pembohong! Tapi kenapa sekarang rasanya berat sekali untuk membenci seorang Aldino Aditama? Dia memang sangat mencintai pengacara kondang itu, tapi juga kecewa akan sikapnya yang telah menutupi sebuah kebenaran yang besar dari dirinya! Apakah Sena bisa memaafkan Aldino? Tidak! Sena tidak akan memaafkan Aldino semudah membalikan telapak tangan, dia harus memberikan pelajaran dulu kepada pengacara kondang itu.

Lalu Sena kini berpikir apakah dia sudah kelewat batas? Karena tadi siang dia reflek menampar pipi kekasihnya itu dengan sangat keras! Haruskah dia minta maaf kepada Aldino? Sena terus berpikir, dia meletakkan kembali foto yang ada di tangannya, ke atas meja rias. Sena berjalan menuju jendela kamar, dia membuka jendela tersebut, dan menatap langit malam, melihat bintang-bintang yang ada di langit.

Sena menghirup udara dengan sangat rakus, dia mencoba menetralisir rasa amarah yang sedang berkecamuk di dalam batinnya! Dia tidak ingin rasa amarah menguasai dirinya.

Sekarang pikirannya mulai jernih, dia merasa bersalah karena telah menampar Aldino, Sena berniat minta maaf besok pagi, kebetulan besok dia tidak ada jadwal liputan, alias libur. Sena bisa manfaatkan itu untuk berkunjung ke firma hukum tempat Aldino selama ini bekerja sebagai pengacara.

Akan tetapi Sena belum bisa menerima kenyataan bahwa Aldino mempunyai seorang kembaran, masih ada yang mengganjal di hatinya. Dia belum sanggup menerima kenyataan tersebut.

Ting... Benda pipih yang sedari tadi tergeletak di ranjang berbunyi, menandakan bahwa ada pesan masuk. Segera Sena mengambil ponselnya lalu membuka isi pesan tersebut.

Ridwan Juru Kamera:
Assalamu'alaikum Na.
Sorry nih, tapi tadi aku gak sengaja, lihat kamu keluar dari restoran nangis. Kamu lagi ada masalah ya sama Aldino? Kalau iya kamu bisa cerita kok!

Sena Agustin:
Wa'alaikumsalam Rid.
Enggak kok, aku gak ada masalah sama Aldino, kamu tenang aja.

Ridwan Juru Kamera:
Beneran?

Sena Agustin:
Iya Ridwan!

Ridwan Juru Kamera:
Tapi tadi kamu nangis Na, jangan bohong deh sama aku.

Sena Agustin:
Tadi aku kelilipan, makanya kelihatan nangis.

Ridwan Juru Kamera:
Aku tahu kamu bohong! Kamu pasti ada masalah besar sama kekasih kamu itu kan!

Sena Agustin:
Sok tahu! Orang gagal move on gak usah sok berlagak tahu urusan orang!

Ridwan Juru Kamera:
Dasar tukang nyindir! Iya aku mah apa atuh, tapi aku rasa ada yang kamu sembunyikan dari aku, tapi aku gak mau maksa kamu buat cerita sekarang, aku akan kasih waktu untuk kamu berpikir dan merenung.

Seulas senyum kembali terbit saat Sena membaca pesan terakhir yang Ridwan kirim kepadanya. Sena hanya melihat pesan itu, tanpa berniat membalasnya lagi, dia kembali memandang langit malam yang begitu indah.

•••
TBC

Wow BAB 21 akhirnya publis... 😲

Saya ucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membaca cerita ini. 🙂

Maaf apabila ada kesalahan penulisan dan perkataan dalam cerita Dilema Asmara. 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote ⭐ dan komentar. 📝

Bagikan cerita ini kepada semua teman kalian. 💌

Follow akun:
diahyah70

Dilema AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang