BAB 19 : Berharap
Alfito diam menatap keluar jendela, mengabaikan dua orang yang ada di sampingnya. Kata dokter beberapa hari yang lalu, dia mengalami amnesia, dan kedua orang itu adalah orang tua kandungnya. Tapi Alfito saat itu tidak percaya karena dia merasa tidak dekat dengan mereka berdua, tapi semua itu sirna saat ada seorang pria yang sangat mirip dengan dirinya, mengatakan bahwa dia adalah kakak kandung serta kembarannya. Namanya Aldino Aditama, dan saat itulah Alfito mulai percaya.
Tapi jujur saja di dalam otak dan pikiran Alfito hanya ada Sena, ya hanya Sena Agustin yang dirinya ingat. Sena dia adalah pacar terbaik. Alfito sangat merindukan tatapan teduh milik pacarnya, dia rindu dengan senyum manis milik Sena, dia juga rindu pelukan hangat milik gadis itu, intinya Alfito benar-benar merindukan sosok Sena Agustin.
"Saatnya makan siang." tiba-tiba ada seorang perawatan yang masuk ke dalam ruangannya, Alfito tetap acuh dan memilih diam. Perawat itu Sukma, dia meletakan nampan di atas nakas yang tersedia. Sukma tersenyum kepada kedua orang tua si kembar.
"Kamu harus makan," ucap Sukma lembut kepada Alfito yang tampak fokus kepada jendela, Sukma hanya tersenyum tipis, dia harus optimistis supaya pasiennya mau makan, ya hari ini adalah jadwal Sukma untuk merawat Alfito Aditama.
Alfito tetap bungkam mengabaikan perawat dan kedua orang tuanya yang menatap dirinya nanar, Alfito tidak peduli yang dia pedulikan adalah Sena. Selama satu minggu lebih dia tersadar dari tidur panjangnya, satu kali pun pacarnya itu tidak menjenguknya. Apakah dia ada salah kepada Sena? Apa waktu sebelum dia kecelakaan dia terlibat pertengkaran dengan gadis itu? Pikiran negatif terus berkecamuk pada diri Alfito.
Sukma yang tahu jika kondisi pasiennya tidak stabil, dia langsung pasang badan. Sukma menyuruh Andi Aditama dan Ayu Aditama untuk keluar dari ruang rawat milik putra bungsunya. Awalnya Ayu menolak, dia tetap ingin bersama Alfito tapi Andi terus memaksa agar dirinya keluar mematuhi aturan dari Sukma dengan terpaksa Ayu keluar bersama suaminya, meninggalkan Sukma dan Alfito di dalam ruangan itu.
Alfito memejamkan kedua matanya, membayangkan jika Sena ada di depan jendela pacarnya itu sedang berdiri sambil tersenyum ke arahnya, seketika sebuah senyuman juga terbit di bibir Alfito. Sukma yang melihat itu akhirnya bernapas lega, dia berhasil mengontrol emosi adik dari pengacara kondang ini. Jadi Sukma lah yang menyarankan agar Alfito menutup mata dan seolah-olah membayangkan ada Sena di sana, dan usahanya membuahkan hasil, emosi milik Alfito langsung lenyap.
Alfito membuka kedua matanya menatap lurus ke arah jendela. Sukma mengambil nampan yang berisi makanan milik pasiennya.
"Sekarang saatnya makan," ujar Sukma tetap memamerkan senyuman terindah untuk Alfito, sedangkan Alfito tidak bergeming pandangnya yang semula berseri-seri sekarang menatap Sukma dengan datar.
"Ayo makan, kalau kamu tidak makan nanti Sena sedih," lanjut Sukma dengan nada bicara yang seolah-olah merasa sedih. Alfito menghembuskan napas kasar.
"Untuk apa aku makan, jika Sena tidak akan pernah datang," balas Alfito sarkastik. Sukma menatap pasiennya iba, kemudian Sukma teringat akan obrolannya dengan Sena tadi pagi sebelum dia berangkat kerja, Sena bilang dia siaran siang ini. Sukma meletakkan kembali nampan itu ke tempat semula, dia mengambil remote televisi yang ada di laci, dan menghidupkan televisi.
Alfito yang sedari tadi diam, kini perlahan-lahan pandangannya fokus ke arah televisi yang menampilkan acara berita terkini.
"Sekian laporan dari saya, kembali ke studio silakan Nirma."
Alfito tersenyum senang setelah selesai melihat acara liputan siang itu, karena Jurnalisnya adalah Sena Agustin. Sukma yang melihat pasiennya tersenyum, dia juga ikut menerbitkan sebuah senyum simpul. Lagi-lagi dia berhasil mengendalikan Alfito, tapi Sukma tidak tahu sampai kapan? Karena yang jelas bukan dia yang dibutuhkan oleh Alfito melainkan Sena.
"Sekarang makan ya, kamu sudah lihat Sena kan. Kalau kamu gak makan pasti Sena sedih," ujar Sukma. Tanpa disangka dan diduga akhirnya Alfito Aditama mau menerima suapan demi suapan nasi dan sayur dari Sukma.
Sukma berharap supaya Aldino Aditama menepati janjinya, untuk menjelaskan kebenaran kepada Sena dan membawa Jurnalis itu bertemu dengan adik sekaligus kembarannya.
•••
"Sekarang kita mau kemana Pak?" tanya Fikri yang tengah mengemudi mobil milik Aldino membelah kota Jakarta.
"Kita ke stasiun televisi tempat Sena bekerja," jawab Aldino lugas, dia duduk di kursi penumpang. Aldino hanya melihat pemandangan luar lewat kaca jendela mobil.
"Baik Pak." Fikri mengendarai mobil dengan kecepatan standar, Fikri tidak tahu apa alasan atasannya itu mendadak ingin pergi ke tempat kerja Sena. Apa ada masalah dengan hubungan mereka?
Fikri mencoba menepis pikiran itu, dan hanya fokus menyetir. 25 menit berlalu, akhirnya mereka sampai di tempat yang Aldino mau.
Aldino keluar dari mobil, sedangkan Fikri tetap di tempat, karena atasannya bilang dia hanya sebentar, tidak akan memakan waktu lama. Fikri menurut dia tetap ada di dalam mobil.
Pengacara kondang itu berjalan pelan, dia melihat sekeliling dan dia menemukan orang yang dia cari tengah bermain ponsel di dekat pos satpam. Sebuah senyum terbit saat tidak sengaja mereka bertemu pandang. Sena ikut tersenyum kepada Aldino, dia berjalan pelan ke arah Aldino Aditama.
"Sudah menunggu lama?" tanya Aldino lembut. Sena Agustin hanya menggelengkan kepalanya pelan, sebagai jawaban.
"Kita mau makan siang dimana?" tanya Sena penuh selidik. Aldino memamerkan senyumannya.
"Kita akan makan siang di restoran DamKur," jawab Aldino mantap, mereka berjalan ke arah mobil milik pengacara kondang itu.
"Bagaimana penyelidikan hari ini lancar?" tanya Sena lagi, kini mereka sudah masuk ke dalam mobil, dan duduk pada kursi penumpang.
"Alhamdulillah lancar, lalu bagaimana dengan liputan siang kamu hari ini?" kini giliran Aldino yang bertanya, mereka sedang perjalanan ke restoran DamKur untuk makan siang bersama.
"Lancar. Tadi juga aku baru pulang liputan terus nunggu kamu di dekat pos satpam. Eh aku cuma nunggu 10 menit akhirnya kamu datang," jawab Sena tetap memamerkan senyum ceria kepada Aldino.
Tanpa Sena sadari, di dalam hati Aldino sedang berkecamuk, rasa khawatir dan waspada terus ada di dalam batinnya.
Aldino berharap semoga Sena mau mendengar penjelasannya, semoga Sena mau memaafkan dirinya, semoga Sena tidak membencinya, dan semoga Sena mau untuk bertemu dengan Alfito Aditama.
Aldino merapal kan do'a-do'a itu kepada Tuhan. Semoga Tuhan mengabulkan semua do'a milik Aldino Aditama.
Fikri terus mengendarai mobil dengan kecepatan standar, dia fokus ke jalan, rasa khawatir terhadap hubungan atasannya pun seakan lenyap, karena sekarang dia tahu apa alasan Aldino tadi untuk datang langsung ke tempat kerja milik Sena, ternyata untuk menjemput sang pujaan hati untuk makan siang bersama.
TBC
•••Yuhuhuhu hore BAB 19 akhirnya publis juga... 😍
Jangan lupa untuk vote cerita ini ya... 🌟
Kalau ada kritik dan saran bisa langsung tulis di kolom komentar... 📝
Bagikan cerita ini kepada semua teman kalian... 💌
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pembaca, vote, dan komentar pada cerita ini. 😊
Follow akun:
diahyah70
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Asmara
RomanceAldino Aditama dan Sena Agustin telah berpacaran selama 2 tahun, sayang cinta mereka harus kandas karena Alfito Aditama sang adik sekaligus kembaran dari Aldino ini baru saja pulang dari New York, Amerika Serikat. Tapi sayang setelah pertengkaran he...