Bab Dua

3.4K 318 59
                                    

'Ih serius itu kan Abi!' seru Anya dalam hati. Sungguh, Anya jadi salah tingkah.

Abi menduduki kursi persis di depan Anya. Ia menatap dingin ke arahnya.

"Oke, jadi begini Abi, Anya. Kalian sudah lulus SMA. Jadi kami sudah sepakat untuk menjodohkan kalian dalam ikatan pernikahan," jelas Romi kepada mereka semua.

Anya dan Abi menoleh ke arah Romi bersamaan. Tatapan tidak percaya ada diraut wajah mereka masing-masing.

"Ayah, yang bener aja," kata Abi dingin.

Anya melihat ke arah Abi sekilas, lalu kembali pada makanannya. Padahal makanan ini sangat enak. Tapi entah kenapa Anya tidak berselera setelah mendengar penolakan Abi.

"Ini adalah wasiat dari Almarhum Kakek kalian berdua yang sudah bersahabat dari dulu. Cucu pertama dari mereka, jika laki-laki dan perempuan, akan dijodohkan dalam ikatan pernikahan. Ini gak bisa diganggu gugat," jelas Romi.

Anya menundukkan kepala dan memejamkan matanya. Kehidupannya sudah persis seperti sinetron sekarang. Ia tidak masalah jika dijodohkan. Tapi bukan dengan pria ini. Pria dingin pujaan seluruh wanita. Mana mungkin akan menerima Anya yang seperti ini untuk jadi istrinya.

"Masalah tempat tinggal, kami sudah membelikan sebuah apartement untuk kalian. Emang nggak terlalu besar, tapi cukup untuk kalian berdua," jelas Sinta ibunya Abi.

"Dan untuk kuliah, kalian akan satu kampus," jelas ayahnya Anya yang kini angkat bicara.

"Kalo Anya nolak gimana?" tanya Anya tiba-tiba, membuat semua tersentak kaget, begitupun dengan Abi.

Entah Abi merasa tidak senang dengan penolakan ini. Ia merasa semua gadis akan senang jika dijodohkan dengannya. Tapi tidak dengan gadis ini. Padahal ia bukan gadis cantik. Tapi terang-terangan gadis itu menolaknya. Ini untuk pertama kalinya. Abi ditolak seorang gadis!

"Wasiat sayang. Kamu mau mengecewakan almarhum kakek? Kamu itu cucu kesayangannya lho," ujar Tantri lembut kepada Anya.

Anya diam tidak bergeming. Ia hanya mengaduk-aduk makanannya.

"Kamarnya ada dua lho Nya, yang satu buat hobimu itu," ujar Irfan yang sedang mencoba membujuk putrinya.

"Kapan pernikahannya dilaksanakan?" tanya Abi tiba-tiba.

"Bulan depan. Segalanya sudah siap. Ini baru pernikahan secara agama, karena kalian baru berumur 18 tahun. Tapi tahun depan pernikahan kalian bisa diakui menurut undang-undang," jawab Romi.

"Gak apa-apa ya sayang. Kami gak mau kalian berada dalam pergaulan yang bebas mengingat kalian sudah lulus SMA. Kalau menunggu tahun depan sepertinya masih lama," kata Tantri sambil mengelus kepala Anya.

Acara makan malam telah selesai. Tapi ayah ibunya masih bercengkrama dengan orang tua Abi di ruang tamu. Anya lebih memilih menghirup udara segar di luar.

"Kenapa lo gak mau dijodohin sama gue?" tanya Abi yang tiba-tiba berada di samping Anya.

"Gue cuma mau pernikahan tuh sekali seumur hidup gue. Kalo sama lo kayaknya gue gak yakin."

"Lo bisa nilai darimana kalo nikah sama gue ujung-ujungnya cerai?" tanya Abi datar.

"Siapa yang gak tau lo Bi. Cowok yang terkenal ganteng, dingin, pujaan semua cewek-cewek. Tapi belom bisa move on dari mantannya."

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang