Bab Empat Puluh Dua

2.3K 176 4
                                    

"Abi?"

"Iya ini aku," jawab Abi.

Sinta membiarkan Abi berbicara dengan Anya. Ia meninggalkan Abi sendirian di kamarnya.

"Abi," gumam Anya dengan suara bergetar.

"Kamu sehat kan?" tanya Abi yang kini meneteskan sedikit air matanya.

"Sampe saat ini, iya. Aku sehat."

"Aku hampir gak percaya, kamu hamil beneran?"

"Masa aku bohong. Kamu kapan pulang?" tanya Anya.

"Tunggu aku sebentar lagi. Mau kan?" tanya Abi sambil menghapus air mata di pipinya.

"Always."

"Sehat-sehat ya Anya. Jaga anak kita."

Tangan Anya bergetar. Ia tidak bisa berhenti menangis. Sedih dan bahagia menjadi satu.

"Kamu harus fokus di sana supaya cepet pulang. Aku tunggu ya." Anya langsung menutup teleponnya dan mematikan ponselnya.

Anya menyeka air matanya. Pintu kamarnya terbuka perlahan. Dira memasuki kamar dan melihat Anya menangis.

"Gue nguping dari luar, maap ya. Ngobrol sama Abi ya?" Dira kini duduk di sebelah Anya.

"Gue kangen banget Dir. Ini perasaan campur aduk banget tau gak sih."

"Ngerti kok gue. Ya udah tidur yuk. Besok kan harus kuliah. Masuk pagi lagi."

Anya mengangguk.

"Oh iya, lo kan belom buka grup dari tadi, lagi rame banget. Sera ngasih tau anak-anak tentang kelakuannya Melly. Terus, Melly dikeluarin dari grup," kata Dira sambil menyembunyikan sebagian tubuhnya ke dalam selimut.

"Kayaknya Sera marah banget ya. Ya jelas sih, mereka kan temen deket."

"Lo nggak apa-apa kan?" tanya Dira.

"Udah lebih baik." Anya tersenyum dan segera mengambil posisi untuk tidur.

🎶🎶🎶

Suasana kelas hari ini sangat suram. Semua gara-gara Melly. Satu kelas memusuhinya. Bahkan beberapa anak sering berbicara sambil menyindirnya. Begitu kelas selesai, Melly adalah orang pertama yang langsung meninggalkan kelas.

"Guys, jangan terlalu musuhin Melly deh. Gue takut kenapa-kenapa," kata Anya kepada teman sekelasnya.

"Maksudnya gimana?" tanya salah seorang anak laki-laki di kelas.

"Ya, kita kan nggak tau mentalnya dia gimana. Dia emang jahat sih. Tapi gue kasian aja gitu," jawab Anya.

"Tapi dia begitu ke lo, emang dia mikirin mental lo? Nggak kan?" tanya Sera.

"Sera, gue tau lo kecewa banget sama Melly. Tapi selama ini kan lo temen deketnya."

"Gue bakalan ngomong lagi sama dia, kalo dia udah minta maaf sama lo," ujar Sera sambil melipat tangannya di dada.

Anya hanya menghela napasnya. Ia tidak bisa menjawab apa-apa lagi. Hanya saja dalam lubuk hatinya, kalau Melly meminta maaf padanya, pasti akan ia maafkan.

Ponsel Anya bergetar. Ada telepon dari Rachel. Anya buru-buru mengangkatnya.

"Halo."

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang