Bab Lima Belas

2.1K 195 39
                                    

Abi mengendarai mobilnya dengan cepat agar sampai ke kafe tempat ia bertemu dengan Rachel.

Tidak butuh waktu lama, Abi sampai di kafe yang dimaksud. Abi melangkah ke dalam, dan mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari dimana Rachel.

Ternyata Rachel duduk di pojok. Ia melambaikan tangannya pada Abi yang masih berdiri di ambang pintu.

"Hai Abi," sapa Rachel lembut sambil tersenyum manis.

Abi duduk dihadapannya, memandangnya datar.

Rachel tersenyum. "Gue udah pesenin lo kopi, paling sebentar lagi dateng pesenannya."

Rachel mengambil foto dan mempostingnya di instagram. Bagian Abi hanya terlihat tangannya saja. Tanpa tulisan apa-apa, Rachel langsung menggugahnya. Ia tersenyum kecil.

"Kenapa lo ke rumah?" tanya Abi tiba-tiba.

"Gue mau ketemu sama Tante Sinta aja."

Obrolan mereka terhenti saat seorang pelayan membawa pesanan Rachel, kopi untuk Abi. Kemudian ia melanjutkan bicaranya.

"Lo kenapa nggak bilang sama gue kalo lo udah nikah?"

Abi menyesap kopinya perlahan. "Gue kira lo udah paham dengan gue bilang, gue dijodohin sama Anya."

"Bunda telepon gue marah-marah. Dimata bunda, lo tuh orang ketiga di rumah tangga gue. Sikap gue ke lo akhir-akhir ini, seharusnya lo paham Chel. Lo mau dinilai jelek sama orang-orang?"

"Bi, lo cuma dijodohin kan? Pernikahan lo juga tanpa cinta. Ayo Bi, kita mulai semua dari awal lagi. Kita belum bener-bener putus," ujar Rachel dengan nada yang memohon.

Abi terdiam. Ia menyesap lagi kopinya. Ia mengatur perasaannya yang campur aduk sekarang.

"Gue cuma minta, tolong jangan ganggu Anya." Abi beranjak dari duduknya, dan menyerahkan uang di meja, untuk biaya ganti kopinya.

Abi meninggalkan Rachel disana. Hati Rachel sangat sakit. Namun ia masih belum menyerah. Ia masih akan berusaha merebut Abi lagi.

*****

Anya mondar-mandir di ruang tengah sambil menggigit jarinya karena memikirkan Abi. Ia tersentak ketika ponselnya berdering.

Rendi meneleponnya. Tunggu. Rendi? Bukannya tadi Abi bilang ia pergi dengan Rendi? Anya mengangkat telepon itu dengan ragu.

"Halo Ren?"

"Halo Nya, Abi ada sama lo nggak? Gue telepon kok nggak diangkat ya?"

"Emang ada perlu apa?" Perasaan Anya tidak enak kali ini.

"Gue mau ke apartement kalian, ini ada titipan dari orang tua gue. Cuma gue kan belom tau, lo dilantai berapa nomer berapa."

Anya terdiam. Ia mematung di posisinya. Pikirannya kalut sekarang.

"Ren, gue chat lo deh ya alamatnya. Kalo anterinnya besok aja nggak apa-apa kan? Abi nggak di rumah. Nggak enak nanti tiba-tiba Abi pulang, lo lagi di dalem sama gue."

"Oh yaudah nggak apa-apa. Kirimin alamatnya ya Anya jangan lupa."

"Oke makasih ya Rendi."

Telepon pun ditutup. Kaki Anya serasa lemas sekarang. Ia terduduk di sofa dengan pandangan menerawang. Ia punya firasat yang kuat. Ia membuka instagram dan mencari profile Rachel Kumari. Ternyata tidak dikunci.

Anya melihat postingan tersebut, 15 menit yang lalu, Rachel memposting foto sebuah minuman, dan satu tangan yang ia kenal. Tangan suaminya.

Anya menahan emosinya. Ia perlahan mencoba telepon Abi lagi. Tidak lama telepon itu diangkat.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang