Bab Dua Puluh Empat

1.9K 162 35
                                    

Abi tersenyum memperhatikan Anya yang berlari untuk mengambil tasnya yang tertinggal di mobil. Ia terduduk di bangku untuk mengistirahatkan kakinya.

"Bi, gue mau beli air lagi nih. Lo mau nitip?" tanya Marcel.

"Boleh deh minum gue udah abis. Eh Rendi mana dah ilang?"

"Udah ke kantin duluan sama Dira. Ini gue mau nyusul."

"Oh ya udah. Nitip dua ya. Yang satu buat Anya."

Marcel mengangguk dan bergegas meninggalkan Abi.

Sementara di sebrang sana, Rachel memperhatikan Anya yang pergi meninggalkan Abi, dan temannya pun juga meninggalkannya. Abi sendirian di sana! Kesempatan yang bagus pikirnya.

Rachel buru-buru menghampiri Abi, dengan handuk kecil ditangannya. Abi yang tertunduk, kini menyadari ada orang yang berdiri di depannya.

Rachel tersenyum. "Hai Abi. Capek?"

Abi berdiri dan menghadap ke Rachel. "Ada perlu apaan?"

Rachel mengulur waktu sampai Anya datang. Tidak lama ia melihat Anya datang memasuki area lapangan. Tentu saja Abi tidak tahu, karena posisinya sedikit membelakangi pintu masuk.

Rachel dengan sengaja menyeka keringat Abi menggunakan handuk kecil miliknya.

"Gue lupa mau ngomong apa, pas ngeliat keringat lo sampe kayak gini."

Abi terdiam diposisinya. Hanya memperhatikan Rachel dengan tatapan dinginnya.

"Diliatin orang-orang," gumam Abi dingin. Rachel pun menurunkan tangannya.

Sementra Anya mengepalkan tangannya melihat Rachel dengan santainya melakukan hal itu. Ia menahan amarahnya sekuat mungkin. Ia berlari menghampiri Abi dan Rachel disana.

"Abi, ini tasnya." Anya memberikan tas itu sambil tersenyum.

Abi menerima tas itu dengan tidak enak hati. Tapi ia harus mandi sedikit dan mengganti bajunya.

"Aku mandi dulu," pamit Abi pada Anya.

Sepeninggalnya Abi, Rachel tersenyum pada Anya.

"Kenapa sih lo selalu ganggu kita?" tanya Rachel.

"Gue nggak ganggu. Gue cuma mau ngasih tas yang Abi minta tadi karena ketinggalan di mobil," jawab Anya santai.

Billa tidak sengaja melihat Anya dan Rachel sedang berhadapan. Ia buru-buru menghampiri Anya sebelum pertengkaran terjadi.

"Nya, lo nggak apa-apa?" tanya Billa.

"Lo pikir gue bakalan nyakitin temen lo ha?" Suara Rachel seperti menantang sekarang.

"Nggak tau diri lo Chel!" Billa sudah semakin emosi.

Pandangan Rachel beralih kepada Anya.

"Satu lagi Anya, kalo Abi udah nggak punya perasaan sama gue, seharusnya yang lo liat tadi itu, ada penolakan. Nyatanya? Abi pun diem kan gue perhatiin kayak tadi?"

Rachel berbicara tenang dengan nada yang lembut. Seakan-akan semua yang dikatakannya benar. Tidak. Anya tidak boleh kalah. Ia harus kuat!

"Gue mau ke toilet Bil," ujar Anya dan meninggalkan Rachel begitu saja.

Billa menatap Rachel dan tersenyum sinis.

"Semua orang udah mengakui, Abi sama Anya ada hubungan. Bukan sama lo. Kalo lo semakin nekat sama kelakuan lo begini, orang-orang bakalan nilai lo sebagai perusak hubungan orang."

Billa meninggalkan Rachel dan segera menyusul Anya. Rachel terdiam mematung. Ia mengepalkan tangannya kesal dan menahan air matanya yang memberontak keluar.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang