Bab Dua Puluh Satu

2.1K 179 31
                                    

"Sebentar ya Rendi. Lo udah di lobby ya? Gue turun ini kebawah. Tunggu."

Anya mematikan teleponnya dan segera bergegas menuju ke bawah. Ia akan menjemput Abi pagi ini.

"Nggak lama kan?" tanya Anya begitu tiba di dalam mobil Rendi.

"Nggak kok. Bismillah. Langsung jalan ya kita." Rendi pun mengendarai mobilnya.

Satu jam kemudian mereka sudah sampai di bandara. Beruntung jalanan tidak macet. Anya merogoh ponselnya yang bergetar di dalam tasnya. Abi meneleponnya.

"Kamu dimana? Udah sampe belom?" tanya Abi.

"Udah ini Anya sama Rendi. Di tempat janjian ketemu." Anya mengedarkan pandangannya sekitar.

Abi sudah melihat Anya lebih dulu. Langsung menghampiri Anya. Ia menatap Anya heran. Baru ditinggal beberapa hari Anya sudah berubah.

"Ini Anya? Istri gue?"

"Ya terus lo pikir siapa kampret," kata Rendi setengah kesal.

Anya hanya mendesis sinis. "Emang beda banget apa? Anya cuma potong rambut, pake makeup yang agak keliatan."

"Kamu kurusan. Nikah sama aku bikin pikiran ya makanya kamu kurusan," kata Abi sedih.

"Heuuu lebaynya mulai. Ngeselin ini yang begini Ren." Anya berbalik meninggalkan Abi begitu saja.

Abi dan Rendi menatapnya heran. Mereka menyusul Anya yang berjalan lebih dulu.

"Gara-gara kemaren nih Ren dia gini?" tanya Abi tak percaya.

"Bodo amat Bi. Gue mau ngamuk sama lo aja udah nggak bisa. Berterima kasihlah sama bini lo yang sabarnya luar biasa. Ngomong-ngomong, udah kelar urusan disana?"

Abi mengangguk. "Udah Ren, masalah penggelapan dana. Tapi udah beres. Salah paham aja karena salah itungan."

"Oh gitu. Ya udah mending pulang sekarang, pasti lo capek, si Anya udah kabur duluan aja itu," ajak Rendi.

*****

Anya menghempaskan tubuhnya di sofa begitu sampai di apartement. Ia meniup-niupkan poni tipisnya beberapa kali, hanya sekedar iseng.

"Kamu tuh nggak mau peluk aku gitu? Kangen-kangenan?" tanya Abi dengan nada sedih.

Anya menoleh dan Abi pun tersenyum. Berharap Anya akan memeluknya. Ia merenggangkan tangannya sambil tersenyum manis.

"Anya mau ganti baju. Gerah."

Anya beranjak dari duduknya dan meninggalkan Abi di ruang tengah. Abi sangat kecewa dengan cueknya Anya.

"Cuek banget. Padahal gue kangen," gumam Abi pelan.

Abi merogoh ponselnya yang bergetar. Ada pesan dari Rachel.

Lo udah pulang ke Jakarta Bi? Gue baru mau flight.

Abi hanya membacanya tanpa membalasnya. Ia tidak peduli dengan Rachel untuk saat ini. Entah besok dan seterusnya.

Sementara Anya yang sedang berada dalam kamar, memegang dadanya sekiranya mungkin bisa meredam degup jantungnya yang tidak karuan.

"Bukan mau gue cuek begini. Padahal mah pingin banget gue uyel-uyel itu si Abi," gumam Anya berbisik.

Anya berusaha mengatur mimik wajahnya sebelum keluar kamar. Ia membuka pintu dengan sekali hentakan namun ternyata...

Bugh!

Anya menabrak dada bidang Abi. Ya. Ternyata Abi berdiri di depan kamar daritadi menunggu Anya keluar.

Anya buru-buru menghindar, namun kecepatannya kalah dengan tarikan Abi yang langsung membawanya jatuh kepelukan.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang