Bab Dua Belas

2.1K 210 39
                                    

Kreeeekkkkk

"Astaghfirullah suara apaan itu?!!" pekik Dira.

"Pokoknya kalo ada yang nyolek gue, gue tabok asal-asalan lo ya!" seru Billa mengancam entah kepada siapa.

Ya, mereka sekarang sedang menelurusi hutan di sekitar curug. Berbekal tiga buah senter untuk 10 orang. Dibutuhkan kerja sama antara mereka semua agar cepat selesai menemukan 20 amplop merah.

"Tabok asal-asal tuh kayak gimana ya Bil?" tanya Rendi.

"Naboknya ke segala arah!" sahut Billa yang masih ketakutan.

Anya dan Abi yang berjalan paling depan, memang seperti tidak ada takut-takutnya. Justru daritadi mereka yang paling banyak menemukan amplop merah.

"Kodoookkk mentaaal!!!" pekik Dira kaget.

"Iiiihh itu apaan barusan ngelus kaki gueeee!"

"Dira apaan sih ini rumpuutt. Heboh lo!" sahut Billa kesal.

Sementara sahabatnya dan beberapa orang berisik, Anya dan Abi malah menikmati perjalanan mereka dengan santai. Serasa dunia milik berdua.

"Abi, itu ada yang ditancepin di batang pohon. Anya mah nggak sampe kayaknya," tunjuk Anya dengan menyenter amplop itu.

"Oh iya, ayo temenin ngambil!"

Saat Abi berusaha mengambil amplop itu dengan berjinjit, secara tidak sengaja, Anya menemukan sesuatu yang aneh diatas pohon. Awalnya ia kaget. Tapi setelah diperhatikan, itu adalah boneka pocong yang sengaja digantung diaatasnya.

"Bi, itu di atas Abi kan pocong-pocongan, emang nggak liat?" tanya Anya iseng.

"Loh nggak. Mana?"

Tubuh Anya menegang. Terus... Yang dilihatnya itu?

"Bahahahahahha! Muka kamu nggak usah tegang gitu Anya."

"Ih Abi seriusan!!" Anya mulai marah pada Abi.

"Hahaha. Bohong Anya. Iya aku liat kok. Aku becanda doang," kata Abi sambil memeluk Anya gemas.

Karena kerjasama yang baik, akhirnya mereka bisa mengerjakannya hanya dalam waktu satu jam. Sekarang waktu mereka bebas. Boleh tidur atau menikmati minuman hangat dan beberapa makanan.

Abi, Anya, Billa, Dira, dan Rendi kini berkumpul di tendanya Abi. Tentu saja itu membuat beberapa orang memperhatikan ke arah mereka.

"Eh minum anget-anget enak kali ya. Ambil yok sama makanan apaan kek," ajak Rendi.

"Gue laper sih emang. Yuk ambil, gue temenin Ren," sahut Dira.

"Lo mau pdkt sama gue ya?" tanya Rendi dengan genit.

"Ih najis! Emang lo bisa bawa minuman anget lima gelas sendiri? Nggak logik emang."

"Gue ikut deh, daripada gue nyamuk dimari," kata Billa menimpali.

Mereka bertiga memandangi Anya dan Abi bersamaan. Lalu senyum penuh tanda merekah diantara mereka.

"Oh iya... Kali ada yang mau mesra-mesraan dulu. Yaudah kita ambil dulu ya," ujar Rendi dengan alis yang dinaik-turunkan.

Mereka bertiga pun pergi. Sekarang Anya tampak kikuk dengan situasi ini. Berdua dengan Abi, sementara banyak orang didepan mereka.

Abi menyenderkan kepalanya di pundak Anya. Tentu saja itu membuat beberapa orang disana ada yang memekik pelan karena histeris, atau bergosip.

"Abi. Diliatin orang, Anya malu," bisik Anya.

"Biarin aja. Orang aku lagi pingin kayak gini," jawab Abi. Matanya terpejam menikmati kenyamanan yang menjalar di tubuhnya.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang