Bab Empat Puluh Tiga

2.5K 156 3
                                    

"Abi?" panggil Tantri memanggil menantunya dari ujung sana.

"Hm... iya Ma," jawab Abi.

"Maafin Anya ya, karena nggak bisa jaga anak kamu. Anya keguguran. Tadi sempat ada pendarahan banyak. Tapi alhamdulillah Anya udah baik-baik aja."

Penjelasan mertuanya membuat Abi bernapas dengan lega.

"Ma, maafin Abi nggak ada di samping Anya," gumam Abi dengan suara bergetar.

"Mama sama Papa ngerti. Kamu pulang ke Jakarta?"

"Iya Ma, malem ini."

"Ya udah hati-hati ya, Mama udah kasih tau Bunda kamu rumah sakit mana. Nanti Mama kasih tau nomor kamarnya ya."

"Iya Ma. Makasih banyak."

Abi menutup teleponnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sedih? Tentu saja. Sinta menghampiri Abi yang masih terduduk di pinggir tempat tidur dan memeluk anak satu-satunya itu.

"Kamu nggak usah balik lagi ke Bali ya. Pulang aja. Temenin Anya. Bunda udah ngomongin ini sama Ayah tadi."

"Makasih Bunda. Makasih."

*****

Anya sudah dipindahkan ke ruang inap setelah ditangani oleh dokter. Teman-temannya masih berada di sana ditambah Rendi dan Marcel yang menyusul setelah mata kuliah mereka selesai.

Anya harus kehilangan janinnya. Dari awal memang kandungan Anya lemah, ditambah stress berkepanjangan. Anya diberikan obat tidur oleh dokter, agar ia bisa beristirahat dulu.

"Makasih ya kalian udah buru-buru bawa Anya ke rumah sakit. Untuk masalah yang tadi kalian ceritain itu, biar Anya yang mutusin harus gimana. Sekarang seenggaknya Anya pulih dulu," ujar Irfan sambil mengelus kepala anaknya.

"Iya Om sama-sama. Kita semua pamit pulang ya Om, Tante. Besok kita ke sini lagi. Sekarang biar Anya tidur dulu," kata Dira yang diikuti anggukan teman-temannya yang lain.

"Hati-hati ya pulangnya," sambung Tantri.

Dira, Billa, Angga, Rendi dan Marcel pun pamit pulang. Dira dan Billa berjalan dengan pikiran yang kosong. Terlihat dari raut wajah mereka.

"Udah, Anya pasti baik-baik aja kok," kata Rendi menenangkan Dira.

Mereka semua sekarang berada di lobby depan rumah sakit untuk duduk sejenak sebelum mereka pulang.

"Fisiknya sehat. Tapi mentalnya Ren. Kenapa sih orang-orang bully dia? Cuma karena Anya nggak secantik dibayangan orang di luar sana? Cuma karena Anya punya Abi terus dibilang nggak pantes?"

"Iya Dira, aku ngerti. Aku juga dulu pernah salah. Tapi aku udah sadar bully orang itu bisa membunuh mereka yang di-bully secara perlahan. Sekarang, kita semua harus ada buat Anya," kata Rendi.

"Melly harus dilaporin deh ke petinggi kampus. Dia udah keterlaluan," sambung Billa.

"Tapi kalo kata nyokapnya Anya tadi pas kita ceritain, bisa jadi itu kecelakaan juga. Cuma sikap Melly itu yang keterlaluan. Bukannya bantu atau minta maaf kek," kata Dira.

"Gue mau Anya kayak dulu aja. Youtuber yang selalu nyanyi nggak ada beban. Dicintai fans, tanpa orang harus tau dia gimana aslinya."

"Pasti ada hikmahnya dari kejadian ini, Bil. By the way gue duluan ya, karena harus ambil motor gue di kampus," pamit Angga.

"Hati-hati ya, makasih banyak Angga udah mau repot anterin Anya," kata Dira.

"Sama-sama. Anya sahabat dan udah gue anggap adik dari dulu."

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang