Bab Dua Puluh

2.2K 199 39
                                    

"Emang lo pikir gue mau ngapain ha?" tanya Abi dingin. Ia menjauhkan dirinya dari Rachel.

"Lo bilang masih sayang sama gue kan Chel? Kenapa lo takut gue deketin kayak tadi? Apa karena lo sadar, gue sekarang udah punya istri?"

"Tapi nggak gini Abi! Oke gue ngerti. Ini semua karena gue pergi dari lo. Gue minta maaf. Maafin gue ya Abi. Ayo kita mulai dari awal lagi. Kita mulai baik-baik Abi."

"Rachel, gue udah nikah!"

"Gue nggak peduli status lo! Gue yakin lo cuma goyah sama perasaan lo ke gue."

"Goyah gimana sih?" tanya Abi hampir putus asa.

"Ya bisa aja terjadi, karena kita pisah selama dua tahun. Makanya lo goyah. Lo bisa cinta sama Anya. Gue yakin sekarang lo bakalan goyah lagi karena gue udah balik. Lo bisa cinta lagi sama gue Bi."

"Chel. Gue nggak akan goyah. Gue cinta sama Anya," jelas Abi tajam.

"Engga Bi! Lo goyah karena gue jauh dari lo. Gue nggak ada di deket lo."

"RACHEL!!" teriak Abi emosi.

"Gue selalu berusaha untuk deket sama lo, sampe gue bela-belain ke sini nyamperin lo Bi, karena gue pingin tau, kenapa lo bisa cinta sama Anya?!"

Abi terdiam. Ia memejamkan matanya. Sesekali menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. Rachel mendekati Abi perlahan.

"Kenapa lo jadi asing buat gue? Perasaan dan hati gue nggak berubah sama sekali, tapi gimana bisa hati lo berubah bi?" tanya Rachel sedikit terisak.

"Lo tau nggak? Gimana sulitnya gue melalui ini semua selama dua tahun? Rasanya pingin mati sampe gue gagal test model. Tapi karena gue mikirin lo, gue bertahan Bi."

"Gue tunggu sampe lo bisa ngelupain gue," gumam Abi datar.

Abi berlalu begitu saja meninggalkan Rachel di sana. Ia menelepon managernya untuk memesankan tiket pesawat paling pagi untuk pulang besok. Ia ingin bertemu Anya. Kalau perlu berlutut dihadapannya.

*****

Anya dan teman-temannya duduk di ruang tengah. Anya tertawa masam saat melihat postingan Rachel di instagram. Foto Abi tampak belakang.

Namun Anya sudah agak jauh lebih tenang sekarang. Ia menyesap teh hangatnya perlahan. Tapi pandangannya kosong.

"Udah agak mendingan Nya?" tanya Rendi yang kini berjongkok di hadapannya.

Anya mengangguk pelan. Pandangannya turun ke arah cangkir yang ia pegang.

"Makasih ya. Kalo nggak ada kalian disini, gue mungkin udah aneh-aneh," gumam Anya.

"Anyaaaa jangan gitu." Billa memeluk Anya dari samping. Suaranya bergetar menahan tangisnya.

Anya mengangguk. "Gue nggak apa-apa." Ia melanjutkan bicaranya, "gimana ceritanya Achel bisa disana Ren?"

"Achel nanya ke ketua kelas kita pas hari keberangkatan Abi. Dia denger kalo Abi ijin nggak masuk. Dari situ dia tau, terus nyusul Abi kesana."

Anya mengangguk. "Iya bukan Abi kok yang salah." Ia menangis lagi.

"Selama gue sahabatan sama lo, baru sekali ini gue liat lo kayak gini Nya. Lo sayang banget ya sama Abi?" tanya Dira.

"Gue sayang sama dia. Sayang banget. Gue ngerasa perasaan gue salah sekarang. Hidup gue berubah semenjak gue nikah sama Abi. Aturan dari awal aja gue nggak usah nikah sama dia."

"Yaudah lo istirahat dulu ya di kamar. Bil, Marcel, temenin Anya bentar ya. Gue mau ngobrol dulu sama Rendi."

"Oke. Ayo Anya. Tiduran dulu sebentar," ajak Billa. Anya menurut saja. Matanya sangat panas kebanyakan menangis.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang