Bab Tiga Puluh Enam

1.9K 156 3
                                    

Abi menyandarkan kepalanya pada kursi mobil. Masih berada di parkiran. Abi berpikir kembali, apakah ia harus pulang ke rumah orang tuanya atau tidak.

"Kalo gue pulang ke rumah orang tua pasti jadi masalah. Masa iya gue nginep di hotel," gumam Abi pelan.

Setelah dipikir berulang kali, Abi memutuskan untuk tetap pulang ke rumah orang tuanya. Tapi sebelum kesana, Abi ingin menenangkan pikirannya sejenak, untuk berkunjung ke sebuah kafe.

Saat di lampu merah, Abi melirik ke arah gantungan di depannya. Foto polaroid dirinya dan Anya.

"Gak ada niatan aku buat pisah sama kamu Anya. Tapi apa aku bisa bertahan, kalo kamu maunya lepas?" Abi menghela napasnya.

Sesampainya di kafe yang dituju, Abi mengambil kursi di luar. Duduk menikmati udara malam sambil menyesap secangkir kopi. Abi mengambil ponselnya. Tak ada pesan atau telepon dari Anya.

Abi menelepon Rendi. Ternyata ia membutuhkan teman saat ini.

"Halo Abi," jawab Rendi dari ujung.

"Dimana?" tanya Abi.

"Di mall, abis anterin Dira beli buku. Kenapa?"

"Gue lagi ngopi di kafe yang deket kampus tuh, mau kesini nggak? Sebentar aja. Kalo lo mau anterin Dira pulang dulu nggak apa-apa. Gue tungguin."

"Oh, yaudah gue tanyain dulu sama Dira ya. Nanti gue chat lo. Sebentar ya."

Abi mengangguk. "Oke kabarin aja ya."

Abi mematikan teleponnya. Tidak lama ponselnya bergetar, karena ada pesan dari Rendi.

Gue sama Dira ya. Dia bisa. Bentar tungguin gue.

Abi berpikir sebentar. Lalu ia membalas.

Gue nitip rokok.

Setengah jam kemudian, Abi melihat Rendi dan Dira sudah datang. Mereka mengedarkan pandangan ke sekitar. Abi mengangkat tangannya sampai Rendi melihatnya.

"Nih titipan lo. Lo kan ngerokok coba-coba doang dulu. Sekarang mau ngerokok beneran?" tanya Rendi.

"Kali aja enak," jawab Abi. Ia mengambil sebatang rokok, menyalakannya lalu menghisapnya.

Dira memperhatikan wajah Abi. Jelas tersirat kegalauan di wajahnya.

"Pasti lo ribut ya sama Anya?" tanya Dira.

"Gue mau pulang ke rumah ortu gue," kata Abi.

"Hah? Lo nggak talak Anya kan Bi?"

"Nggak Dira. Anya nggak mau liat muka gue. Gue juga harus tenangin diri." Abi memejamkan sejenak matanya yang terasa perih.

"Anya sendirian dong di apartement," gumam Dira.

"Lo yakin? Ninggalin Anya sendirian di sana?" tanya Rendi.

Abi mengangguk. "Gue butuh waktu sendiri."

Dira merasa khawatir. Ia pamit ke toilet, bermaksud untuk menghubungi Anya. Nada sambung sudah terdengar, tapi tidak ada jawaban dari Anya.

Dira coba sekali lagi. Akhirnya Anya mengangkat teleponnya.

"Anya, lo nggak apa-apa kan? Nggak macem-macem kan?" tanya Dira tergesa-gesa.

"Kenapa nanya gitu? Kok tumben?" tanya Anya dengan suara sengau.

"Kan, suara lo aja begitu. Abis nangis kan? Nggak usah diumpetin. Gue sama Rendi lagi ketemu Abi."

"Oh, lo sama Rendi ketemu Abi. Iya gue ribut Dir. Nggak tau. Gue kesel tapi gue nyesel. Gue terlalu emosi tadi," jawab Anya. Dira mulai mendengar isakan tangis Anya.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang