Bab Sepuluh

2.3K 226 69
                                    

Udara segar memenuhi hidung saat Anya turun dari bus. Semua orang mengabadikan momen dengan berfoto bersama.

"Temen-temen semua, ayok kita kumpul dulu ya, sebelum kita ke dalam," perintah salah seorang kakak senior kepada mereka semua.

"Untuk tenda, perkelompok sudah diberikan nomer ya. Jadi jangan main sembarangan masuk tenda orang lain. Untuk perjalanan ke dalam lumayan licin, hati-hati dan perhatikan langkah kalian ya."

"SIAAAPP KAAAK," jawab semua orang serentak.

Mereka semua menyusuri jalan untuk menuju tenda mereka. Tidak terlalu jauh, hanya saja jalanan yang licin membuat mereka memperlambat langkah.

"Jalan kayak gini tuh bikin capek sumpah. Haaah haaah," ujar Billa dengan napas tersengal-sengal.

Sementara kedua sahabatnya mengeluh capek, Anya mengedarkan pandangannya. Mencari dimana Abi.

Sementara disisi lain...

Abi berjalan bersama rombongan panitia di belakang. Ya tentu saja dengan Rachel disampingnya.

"Bi, gue capek. Pegangin gue please. Gue takut jatoh," pinta Rachel dengan menjulurkan tangan.

"Sebentar lagi juga sampe," jawab Abi datar.

Rachel meraih tangan Abi dan menggenggamnya. Abi menoleh dan melihat ke arah tangannya.

"Awas aja kalo dilepas." Rachel memberengutkan wajahnya.

Abi menatapnya dingin dan membuang pandangannya ke depan. Ia kembali berjalan sambil menarik tangan Rachel. Hal ini membuat Rachel tersenyum kecil.

Namun yang namanya musibah datang kapan saja, walaupun Rachel sudah berpegangan pada Abi, ia ternyata tetap terjatuh.

"Aaah!! Abi!"

Abi menoleh saat pegangan Rachel terlepas. Ia melihat Rachel tersungkur. Semua panitia panik.

"Chel, mana yang sakit?" tanya Abi yang sudah berjongkok di depannya.

Rachel meringis memegangi kaki kanannya. Abi memeriksanya. Ternyata dekat mata kaki Rachel berdarah. Karena ia sekarang hanya mengenakan sandal.

"Bisa jalan nggak?"

"Nggak tau. Coba dulu kali ya?" Rachel mencoba untuk berdiri. Namun ternyata kakinya sakit. Ia menggelengkan kepala.

"Udah Bi, gendong aja, bawa ke tenda khusus kesehatan. Nanti anak-anak disuruh minggir dulu. Kita bantuin dari belakang," kata salah seorang senior.

Abi ragu. Hal ini pasti akan terlihat oleh Anya. Tentu saja akan jadi masalah.

"Bi, ayo cepetan! Itu keburu infeksi nanti lukanya. Kena batu itu," perintah dari sang senior terdengar lagi.

Dengan berat hati Abi mengangkat Rachel dengan kedua tangannya dan menggendongnya di depan. Rachel menyematkan kedua tangannya di pundak Abi.

"Temen-temen tolong minggir sebentar ya darurat! Di belakang ada yang jatoh," teriak seorang senior laki-laki.

Semua orang termasuk Anya menepi agar tidak menutupi jalan. Anya terkejut melihat hal ini. Abi menggendong Rachel dan berjalan agak cepat. Melewati Anya begitu saja tanpa menolehnya.

"Nya... Ab... Abi... Itu...," ujar Dira terbata-bata.

"Nya... Gimana ini?" tanya Billa tak percaya dengan yang baru ia lihat.

Anya memperhatikan tubuh Abi yang berjalan menjauh. Ia menundukkan kepalanya dan menghembuskan napas pelan.

"Yuk lanjutin jalan. Sebentar lagi sampe tenda kan," ajak Anya yang berusaha tersenyum.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang