Bab Empat

2.6K 273 33
                                    

Anya membuka matanya perlahan. Ia melirik jam di dinding. Sudah pukul 08.00. Anya menoleh ke samping. Abi masih tidur dengan tenang.

Anya menyelesaikan aktivitasnya di kamar mandi. Setelah itu ia melangkah ke dapur.

"Gila. Gue mana pernah begini. Yang ada mama yang nyiapin sarapan."

Tapi Anya melupakan satu hal. Ia belum belanja!

"Lah iya gue kan belom belanja apa-apa. Nah tuh anak orang gue kasih makan apaan. Astaga." Anya menepuk jidatnya.

Beruntung Anya sudah mandi. Ia bergegas menuju ke bawah apartement, karena ada minimarket 24 jam disana. Setidaknya bisa membeli roti untuk mengganjal perut.

*******

Abi mengucek matanya kasar begitu ia sadar dari tidurnya. Ia menoleh ke samping, Anya tidak ada disana.

"Ih kemana nih anak?" ocehnya sendiri.

"Nyaaaa," panggilnya.

Hening tidak ada jawaban. Ia melihat keluar. Anya tidak ada.

Abi mengambil ponselnya di meja kamar. Ia menghubungi Anya beberapa kali entahlah yang pasti sangat banyak. Tapi tidak diangkat. Ia  melangkah keluar, sambil terus meneleponnya.

Ddrrrttt drrrrttt

Terdengar suara getaran ponsel. Abi menoleh ke arah sofa ruang tengah. Anya tidak membawa ponselnya. Abi kesal setengah mati.

Tidak lama pintu terbuka. Masuklah Anya yang sudah membawa satu plastik belanjaan.

"Darimana?" tanya Abi dingin.

"Minimarket di bawah. Beli roti buat sarapan," jawab Anya sekenanya.

"Bi, nanti belanja ya?"

"Bahan makanan kosong ini."

"Mau nggak? Kalo nggak mau yaudah gak apa-apa. Nanti Anya jalan sendiri."

"His! Iya bawel." Abi berlalu ke kamar mandi.

"Judes gitu orang. Lagian daritadi ditanyain diem aja."

Anya mengambil ponselnya yang ia tinggalkan di sofa tadi. Ia membuka layar ponselnya dan begitu terkejut melihat pemberitahuan, kalau Abi sudah meneleponnya 10 kali. Pantas saja Abi marah.

Anya membakar roti untuk Abi dan membuat teh manis hangat. Abi melangkah keluar dari kamar, setelah ia berpakaian sehabis mandi. Rambutnya sedikit basah.

"Ini sarapan dulu." Anya menyodorkan beberapa roti di atas piring.

Abi hanya diam lalu mengunyah makanannya, membuat Anya risau dan gelisah.

"Abi marah sama Anya?"

"Maaf ya Bi, Anya lupa bawa hp."

Abi tetap diam tidak bergeming. Anya meninggalkannya di meja makan. Bahkan nafsu makannya hilang saat ini. Padahal perutnya berbunyi. Anya menuju ke ruang rekamannya.

"Gila kali ya, gara-gara gue nggak bawa hp, marahnya sampe kayak gitu?"

"Bodo ah, dia diem gue juga diem."

Anya menggerutu kesal dan merebahkan dirinya di sofa ruangannya. Baru memejamkan mata, pintu ruangannya terbuka.

"Jalan jam berapa?" tanya Abi dari pintu.

"Jam 10.00. Tunggu supermarketnya buka," jawab Anya tanpa menoleh ke arah Abi.

Pintu terdengar tertutup. Berarti Abi sudah berada di luar. Anya membuka matanya dan mendengus kesal.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang