Bab Dua Puluh Enam

1.9K 166 33
                                    

Anya terperanjat begitu ada yang memeluknya. Ia mengenal suara itu. Angga. Anya berusaha melepaskan pelukan Angga. Tapi Angga menahannya.

"Gue mohon jangan liat Anya," gumam Angga pelan.

Pandangan Angga tidak lepas dari Abi dan Rachel diujung sana. Entah kenapa hati Angga sangat sesak melihatnya. Rasanya ia ingin menghajar Abi saat itu juga.

Anya terdiam. Anya sedikit menangis tanpa suara. Anya memejamkan matanya, ia pasrah dan membiarkan Angga memeluknya.

"Angga. Makasih," gumam Anya pelan.

"Ayo pergi dari sini. Lebih baik nggak ngeliat. Oke?"

Anya mengangguk. Ia mengikuti Angga yang merangkulnya. Mungkin benar kata Angga, lebih baik tidak melihat daripada harus melihat sesuatu yang menyakitkan.

"Angga, temenin gue aja ke mobil ya," pinta Anya. Angga pun mengangguk menyetujuinya.

Sesampainya di mobil, Anya menelepon Dira kalau ia tidak jadi ke kantin. Billa dan Dira akan menyusul ke mobil setelah mereka selesai makan.

Anya menyenderkan kepalanya pada setir mobil. Berusaha menenangkan pikirannya.

"Lo yakin Nya tetep pertahanin pernikahan lo?" Tanya Angga.

"Gue pikir gue nggak akan cinta sama Abi. Tapi karena terbiasa hidup berdua, perasaan itu tumbuh. Gue selalu bilang sama diri gue sendiri, ini pernikahan pertama dan terakhir buat gue. Jadi sekuat tenaga gue akan pertahanin ini semua."

"Anya, lo kalo mau nangis, nangis aja nggak apa-apa. Ada gue doang disini."

Anya menggeleng. "Gue rasanya kayak nggak bisa nangis lagi Ngga. Nangis sih, tapi nggak ada suaranya."

"Gue tau ini bukan situasi yang tepat, tapi gue mau ngomong sesuatu sama lo Anya," gumam Angga serius.

Anya menoleh ke arah Angga. "Lo mau ngomong apa?"

"Gue sayang sama lo Anya. Dari dulu. Gue mau lo bahagia. Itu aja," jawab Angga dengan tatapan seriusnya.

Anya menatapnya hampir tak percaya. Ternyata dari dulu, cinta pertamanya tidak bertepuk sebelah tangan. Anya tersenyum kecil.

"Makasih atas jawabannya. Ini yang dulu gue tunggu. Jadi gue tau kalo cinta gue nggak sia-sia," kata Anya.

"Tapi Angga, sekarang keadaannya udah beda. Gue udah punya suami. Gue sayang sama dia."

Angga mengangguk dan tersenyum. Ia mengelus lembut kepala Anya.

"Iya gue tau kok. Gue ini sahabat lo dari dulu Anya. Gue mau lo bahagia. Maaf kalo tadi gue lancang meluk lo. Tapi jujur. Gue nggak mau lo liat itu semua."

"Gue tau kok," jawab Anya sambil tersenyum.

Mereka tersentak begitu seseorang mengetuk kaca mobil. Ternyata Dira dan Billa sudah sampai. Anya membuka kunci pintu mobilnya, agar mereka bisa masuk.

"Hoaaahh gila diluar panas. Mendingan ngadem dulu di mobilnya Anya bentaran," keluh Billa yang sudah duduk di kursi belakang dengan Dira.

"Beb, gue mau bandel dulu, mau bantuin gue nggak?" Tanya Anya kepada dua temannya.

"Mau apaan?" Tanya Dira.

"Dosen kita abis ini kan gampang tuh nggak perhatiin absen, gue nitip tanda tangan dong. Lo masih bisa kan Dir tanda tangan gue?"

"Lo mau kemana Nya?"

"Pulang. Ke rumah bokap nyokap. Tolongin ya? Sekali iniiiii aja." Pinta Anya memohon.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang