Bab Dua Puluh Tujuh

2K 171 52
                                    

Anya terbangun saat ia merasakan sesuatu menyentuh keningnya. Ia terkejut dan mendorong Abi begitu saja, sampai Abi jatuh ke lantai.

"Aduh, kok di dorong sih Anya?" tanya Abi sambil mengelus bokongnya yang sakit.

"Nggak usah cium-cium! Ngapain sih."

Anya mengerutkan wajahnya. Walaupun tidak sepenuhnya ia lihat kejadian Abi dan Rachel, namun hatinya masih sangat kesal.

Anya beranjak dari tempat tidurnya, hendak keluar dari kamar. Langkahnya terhenti karena Abi menahan lengannya.

"Kamu kenapa?" tanya Abi bingung.

Anya menepiskan tangan Abi dari lengannya. "Seharusnya kamu mikir, hari ini kamu ada salah apa," jawabnya dingin.

Anya benar-benar meninggalkan Abi yang masih berdiri mematung.

"Biasanya dia manja, tapi ini judes banget. Jangan-jangan dia liat lagi yang tadi. Astagaaaa! Pantesan tadi temen-temennya judes juga sama gue!"

Abi meracau sendiri dan menjambak rambutnya kesal. Ia bergegas menyusul Anya ke bawah.

Anya duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Ia melirik ke arah tangga saat Abi turun dari atas. Tapi hanya melirik sekilas, lalu kembali berfokus pada ponselnya.

"Mama mana?" tanya Abi yang kini di depannya.

"Di kamar," jawab Anya dingin.

"Ayo pamit sama mama, kita pulang. Udah sore."

Anya berdiri dan langsung pergi ke arah kamar ibunya tanpa menoleh sedikitpun pada Abi. Abi menarik lengannya, membuat Anya menoleh dan memandang Abi dengan kesal.

"Kalo ada masalah bisa diomongin?" tanya Abi serius.

Anya menarik lengannya dari genggaman Abi dan mendesah kesal.

"Nggak disini. Nggak enak sama mama."

Anya bergegas ke kamar ibunya, dan Abi menyusul di belakangnya.

"Ma, Anya pamit pulang ya," pamit Anya di depan pintu kamar ibunya.

Tak lama Tantri keluar dengan raut wajah yang bingung.

"Loh? Nggak makan dulu disini? Mama masak soto ayam tuh."

Anya menggeleng. "Nggak ma."

"Ya udah, bawa aja buat di rumah ya, sebentar mama pisahin buat kamu sama Abi."

Anya dan Abi hanya mengangguk serentak. Tak ada omongan apapun antara mereka sampai di dalam mobil perjalanan pulang.

"Apa yang kamu liat tadi?" tanya Abi memecah keheningan antara mereka.

"Cinta sama aku? Kamu ngerasa nggak kalo omongan kamu depan bunda tuh basi?" Anya tertawa masam.

"Aku nanya, kamu jawab. Jangan ngomong kemana-mana," gumam Abi datar.

"Apa lagi? Kalo bukan kemesraan kamu sama Rachel? Lagian omongan aku nggak kemana-mana kok. Masih satu jalur."

Abi terdiam tidak menjawab apa-apa sampai mereka tiba di parkiran apartement. Anya bergegas keluar mobil dan buru-buru masuk lift tanpa menunggu Abi.

Anya mengepalkan tangannya kesal. Ia berusaha menahan tangisnya. Ia tidak mau jadi gadis yang cengeng.

Sesampainya di apartement, Anya langsung masuk ke kamar dan membanting tasnya di lantai. Ia mendengar pintu apartement terbuka. Abi sudah masuk ke dalam. Anya bahkan tidak mau keluar untuk menyambutnya.

Ponselnya berbunyi, ada telepon masuk. Ia merogoh ponselnya di tas, dan matanya memutar begitu melihat nama Rachel disana. Anya mengangkatnya.

"Ada apa?" tanya Anya dingin.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang