Bab Tiga Puluh Lima

2K 169 2
                                    

Alarm dari jam kecil di atas nakas berbunyi, mengharuskan Anya untuk membuka matanya. Senyum Anya tersungging kecil saat menyadari ia berada dalam pelukan Abi.

Anya mematikan alarm itu, dan masih enggan untuk bangun.

"Nggak mau bangun?" tanya Abi dengan suara agak serak.

"Bentar. Anya kirain Abi belum bangun," jawab Anya yang semakin membenamkan wajahnya di dada Abi.

"Nya, nggak usah masuk kuliah yuk."

Anya menatap Abi. "Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Jalan-jalan aja."

"Aku ada kuis hari ini. Nggak bisa bolos."

"Hm... Semalem gimana Nya?"

"Gimana apanya?"

"Ya gimana? Seneng nggak?" tanya Abi sambil menatap Anya dengan senyum yang genit.

Anya mendengus kesal. Ia melepas pelukannya dan segera bangun dari tempat tidur.

"Ih mesum! Udah ah bangun. Ntar aku telat," kata Anya sambil melemparkan bantal ke arah Abi.

Anya memalingkan wajah dan segera keluar dari kamar. Wajahnya memerah karena menahan malu.

Abi tertawa kecil karena melihat Anya malu-malu seperti itu. Sesaat tawanya menghilang setelah Anya keluar dari kamar. Perasaannya sudah tidak enak. Pasti akan terjadi sesuatu hari ini.

Mereka disibukkan dengan urusan masing-masing, menyiapkan segala sesuatu sebelum berangkat kuliah. Anya bahkan tidak teringat ponselnya sama sekali.

Beberapa jam kemudian Anya dan Abi sudah berada di kampus. Abi sangat gugup. Beruntung sampai sekarang Anya belum mengaktifkan ponselnya sama sekali. Di dalam mobil pun Anya memilih untuk belajar daripada memainkan ponselnya.

"Bi, nggak mau turun?" tanya Anya yang melihat Abi tidak berkutik setelah memarkirkan mobilnya.

"Oh... Iya." Abi langsung mematikan mesin mobilnya dan membuka sabuk pengaman yang masih terpasang.

Anya menatap Abi heran, tapi ia tidak terlalu peduli. Anya turun dari mobil dan menunggu Abi di luar.

Mereka masuk ke dalam kampus bersama. Banyak sekali orang-orang yang memperhatikan mereka, dari yang bisik-bisik, sampai menatap Anya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Kenapa sih? Aku aneh ya?" tanya Anya pada Abi.

"Nggak kok. Bukannya udah biasa juga kalo kita jalan berdua gini diliatin?"

Abi berusaha menutupi ketakutannya. Mencoba bersikap tenang seperti biasa.

"Nggak usah anterin aku nggak apa-apa. Kamu langsung ke fakultas kamu aja," kata Anya.

"Ya udah. Semangat kuisnya." Abi mengelus lembut kepala Anya.

Anya tersenyum sumringah dan langsung meninggalkan Abi.

*****

"Kalo Anya dateng kita mesti ngomong apa ya?" tanya Dira resah.

"Nggak taulah. Gue juga nggak tau mesti bersyukur atau nggak dari semalem HP Anya nggak aktif," jawab Billa.

"Tapi di grup kelas fotonya udah dihapus kan?" tanya Dira sambil memeriksa chat di grup.

"Udah sih. Tapi gue takut aja." Billa menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Fotonya tuh udah nyebar kemana-mana. Gue ada banyak grup kan sama anak satu kampus. Mereka semua ngomongin," sambung Melly.

"Grup teater gue juga. Anak-anak teater sih pada kasian sama Anya," kata Sera menambahkan.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang